Contact Form

 

Teguran 'Yang Gaji Kamu Siapa' oleh Menkominfo, Hanum Rais Sebut Rudiantara Dipermalukan Balik


TRIBUNNEWS.COM - Putri Amien Rais , Hanum Salsabiela Rais , menuliskan kritikan untuk Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara , terkait video viralnya bertanya kepada seorang aparatur sipil negara (ASN), "yang bayar gaji kamu siapa?".

Hanum menuliskan tanggapannya kepada Rudiantara melalui sebuah cuitan di Twitter, Jumat (1/2/2019).

Istri Rangga Almahendra ini awalnya mengucapkan selamat kepada Rudiantara karena telah dianggap mempermalukan seorang wanita ASN yang disebut-sebut beda pilihan politik.

Hanum menganggap, Rudiantara dipermalukan balik di hadapan ratusan juta orang di Indonesia yang memberinya gaji.

Baca: Lihat Ahmad Dhani Dipenjara, Sandiaga Uno Janjikan Hal Ini jika Nanti Terpilih

Sebelumnya sempat viral, video yang memperlihatkan aksi Rudiantara bertanya kepada seorang wanita ASN.

Ia menanyakan alasan wanita ASN yang memilih angka 2 di atas panggung.

"Ibu kenapa memilih nomor ini?" tanya Rudiantara .

"Mungkin terkait keyakinan saja sih atas visi misi yang disampaikan oleh nomor dua," jawab wanita ASN tersebut kepada Rudiantara .




TEMPO.CO , Jakarta - Pelaksana tugas Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kominfo ) Ferdinandus Setu menjelaskan konteks pertanyaan “Yang Gaji Ibu Siapa?” yang dilontarkan Menteri Kominfo Rudiantara kepada aparatur sipil negara. Persoalan ini ramai dibicarakan netizen setelah video Rudiantara yang menanyakan asal gaji tersebut viral di media sosial. Baca:  Cara Kominfo Manangkal 800 Ribu Berita Palsu terkait Pemilu 2019 "Menkominfo hanya ingin menegaskan bahwa ASN digaji oleh negara sehingga ASN harus mengambil posisi netral, setidaknya di hadapan publik," kata Ferdinandus dalam siaran tertulisnya, Jumat, 1 Februari 2019. Ferdinandus menjelaskan kronologinya bermula dari Rudiantara yang meminta masukan kepada semua karyawan tentang dua buah desain Sosialisasi Pemilu untuk Gedung Kominfo. Rudiantara meminta masukan dengan gaya pengambilan suara. Menurut Ferdinandus, semua berlangsung dengan interaktif dan antusias sampai ketika seorang ASN diminta maju ke depan. Selanjutnya, kata Ferdinandus, ASN itu menggunakan kesempatan itu untuk mengampanyekan nomor urut pasangan tertentu. "Padahal sebelumnya, Menkominfo sudah dengan gamblang menegaskan bahwa pemilihan tersebut tidak ada kaitannya dengan pemilu. Penegasan tersebut terhitung diucapkan sampai 4 kalimat, sebelum memanggil ASN tersebut ke panggung," katanya. Ferdinandus menuturkan, zooming video hasil rekaman menunjukkan ekspresi Rudiantara terkejut dengan jawaban ASN, yang mengaitkan dengan nomor urut capres itu. Rudiantara juga menegaskan bahwa tidak boleh mengaitkan urusan ini dengan capres. Momen selanjutnya adalah upaya Rudiantara untuk meluruskan permasalahan desain yang malah jadi ajang kampanye capres pilihan seorang ASN di depan publik. "Terlihat bahwa ASN tersebut tidak berusaha menjawab substansi pertanyaan, bahkan setelah pertanyaannya dielaborasi lebih lanjut oleh Menkominfo," ucapnya. Rudiantara, kata Ferdinandus, merasa tak habis pikir mengapa ASN yang digaji rakyat atau pemerintah menyalahgunakan kesempatan untuk menunjukkan sikap tidak netralnya di depan umum. Dalam konteks inilah terlontar pertanyaan “Yang Gaji Ibu Siapa?”. Baca:  2018, Kominfo Terima 733 Aduan Konten Hoaks Disebar Via Whatsapp Ferdinandus menjelaskan, atas pernyataan “yang menggaji pemerintah dan bukan keyakinan Ibu”, “keyakinan” dalam hal ini bukanlah dimaksudkan untuk menunjuk pilihan ASN tersebut. Tetapi merujuk kepada sikap ketidaknetralan yang disampaikan kepada publik yang mencederai rasa keadilan rakyat yang telah menggaji ASN. "Dalam penutupnya sekali lagi Menkominfo menegaskan bahwa posisi ASN yang digaji negara/pemerintah harus netral dan justru menjadi pemersatu bangsa dan memerangi hoaks," kata dia. Tonton video viral #YangGajiKamuSiapa, Kominfo: digaji negara PNS harus netral disini .




Merdeka.com - Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara menyarankan agar beberapa perusahan Unicorn Indonesia mau menjajal pasar saham luar negeri dengan melakukan Initial Public Offering/IPO. Tindakan ini penting untuk menjadi modal bagi startup dalam negeri untuk naik level dari perusahaan bervaluasi USD 1 miliar (Unicorn) menjadi perseroan dengan nilai valuasi USD 10 miliar (Decacorn).

"Justru saya dorong yang namanya unicorn besar yang mau jadi decacorn ini berkiprah di internasional. Karena apa, penguasaan di internasional ini harus," tegas dia di Jakarta , Kamis (31/1).

Sebagai informasi, Indonesia saat ini memiliki 4 perusahaan berstatus Unicorn. Antara lain, Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

Rudiantara melanjutkan, perusahaan dalam negeri lebih berpeluang untuk mendapat dana modal besar bila membuka sahamnya di pasar internasional.

"Kalau mereka lepasnya 20 persen saja berarti sekitar USD 2 miliar. USD 2 miliar itu sama dengan sekitar Rp 28 triliun. Kalau dilepas di indonesia tidak ada pasar yang bisa nyerap Rp 28 triliun, harus di internasional," jelas dia.

Dia menilai, sulit untuk menemukan investor di pasar lokal yang mampu menyodorkan dana investasi segitu besarnya.

"Jadi strateginya memang unicorn Indonesia harus didorong ke internasional, agar presensi di internasionalnya pada saat listing itu sudah dikenal di internasional," ungkapnya.




VIVA  – Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika beberapa waktu lalu merilis Program ‘Lambe Hoaks'. Program audio visual itu dibawakan oleh sosok ikonik 'Miss Lambe Hoaks' dan sudah merilis satu episode di akun media sosial resmi Kominfo.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan mereka ingin menyampaikan klarifikasi hoax yang mana dikemas dalam bentuk yang lebih kekinian. Namun, dirinya menggarisbawahi bahwa konten ini bukan hanya ditujukan untuk generasi milenial saja. "Hadirnya program ini untuk menginformasikan adanya hoax kepada masyarakat sehingga bisa menjadi alert (peringatan). Karena, sebenarnya mayoritas masyarakat tidak tahu kalau apa yang mereka dapatkan itu hoax. Tapi masyarakat punya keinginan untuk meneruskannya," kata dia di Jakarta, Kamis, 31 Januari 2019.

Adapun akun resminya adalah YouTube dengan saluran KemkominfoTV, akun Instagram @kemenkominfo, akun Twitter @kemkominfo, dan laman Facebook dengan nama Kementerian Komunikasi dan Informatika. Maskot dari program ini mereka sebut dengan Miss Lambe Hoaks. Cara ini, diklaim Rudiantara, tidak lagi mengumumkan klarifikasi hoax dalam bentuk serius. Ia berharap program ini dapat meningkatkan pencegahan dini terhadap bahaya hoax, dan jauh lebih bermanfaat untuk masyarakat.

Rudiantara juga mengatakan tidak takut jika ada 'Lambe' tandingan di kemudian hari, namun jika kontennya tetap berada dalam konteks positif. Ia mengibaratkan hoax layaknya kucing dan tikus yang selalu berkejar-kejaran. "Tapi sebenarnya saya lebih senang kalau ada bantuan dari media. Jadi nanti dalam waktu dekat kita akan siapkan informasi hoax harian, sehingga masyarakat tidak perlu lagi ambil dari Kominfo. Kita akan dorong di komunitas yang concern mengatasi hoax. Alurnya jadi lebih cepat," papar dia. Lambe Hoaks merupakan salah satu cara Kominfo meliterasi masyarakat. Program ini diharapkan dapat memberi pemahaman kepada warganet untuk bersama-sama memerangi hoax, kabar bohong, dan informasi yang menyesatkan. (ann)



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply