Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) memprediksi sejumlah wilayah di DKI Jakarta pagi dan siang ini akan diguyur hujan disertai petir. BMKG meminta warga waspada. "Waspada potensi hujan disertai kilat atau petir dan angin kencang di wilayah Jaksel, Jakbar dan Jaktim pada siang hingga menjelang malam," tulis BMKG dalam situs resminya, seperti dilihat detikcom , Senin (20/1/2020) Pada pagi hari ini, hujan diprediksi akan mengguyur wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Utara hingga Kepulauan Seribu. Memasuki siang hari, hujan disertai petir akan mengguyur beberapa wilayah, yakni Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat siang ini diperkirakan hanya terjadi hujan ringan. Untuk wilayah Jakarta Utara diperkirakan akan mendung, sedangkan di Kepulauan Seribu diprediksi cerah. Pada malam hari, wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur diprediksi akan berawan. Sedangkan di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu diperkirakan cerah. Memasuki dini hari, wilayah Kepulauan Seribu diprediksi akan diguyur hujan. Sedangkan wilayah Jakarta lainnya diprediksi akan berawan. Adapun suhu Jakarta hari ini diperkirakan berkisar 24 hingga 32 derajat Celcius. Sedangkan kelembapan udara berada di angka 80 hingga 95 persen.
tirto.id - Gempa hari ini mengguncang kawasan Mamasa dan sekitarnya pada 19:19:59 WIB, Minggu, 19 Januari 2020. Data BMKG menunjukkan gempa bumi tersebut berkekuatan Magnitudo 3.5 SR. Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat pusat gempa Mamasa tersebut berada pada titik koordinat 2.85 LS 119.48 BT. Dilansir dari BMKG, pusat gempa berada di darat 18 Km TimurLaut Mamasa. BMKG juga mengingatkan agar masyarakat di Mamasa mewaspadai potensi gempa susulan. Berdasarkan data yang dirilis BMKG, guncangan akibat gempa Mamasa hari ini dirasakan pada sejumlah tempat berikut (skala MMI): Untuk diketahui, sebagian besar wilayah Indonesia termasuk daerah rawan gempa. Merujuk pada data BMKG, selama 1976‐2006 saja, telah terjadi 3.486 gempa bumi dengan magnitudo lebih dari 6,0. Apa penyebab gempa bumi? Dari segi penyebab, gempa bumi bisa dibedakan dalam 2 jenis. Pertama, gempa tektonik yang terjadi karena pergerakan/pergeseran lapisan batuan di kulit bumi, secara tiba‐tiba. Hal ini terjadi akibat pergerakan lempeng‐lempeng tektonik. Selain itu gempa bisa juga terjadi karena aktivitas gunung api. Gempa jenis kedua ini disebut gempa bumi vulkanik. Pergerakan lapisan batuan di dalam bumi secara tiba‐tiba dapat menghasilkan energi yang dipancarkan ke segala arah berupa gelombang seismik. Saat gelombang itu mencapai permukaan bumi, getarannya bisa merusak segala sesuatu, seperti bangunan, dapat menimbulkan korban jiwa. Sementara pada hari ini, selain di Mamasa, gempa pun terjadi di kawasan Indonesia lainnya, yakni: # Waktu Gempa Koordinat Magnitudo - Kedalaman Dirasakan (Skala MMI) 1 19-Jan-20 07:14:40 WIB 2.67 LS 139.62 BT 5.2 SR - 63 Km Pusat gempa berada di darat 43 km BaratLaut Kab. Jayapura - II Jayapura - II Genyem
Reporter: Ibnu Azis Penulis: Ibnu Azis Editor: Agung DH
Jakarta, CNBC Indonesia - Gempa bumi tektonik kembali melanda Papua. Kali ini gempa magnitudo (M) 6,3 mengguncang Kota Jayapura, Papua, tetapi tidak berpotensi tsunami sebagaimana dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyonio dalam keterangan resmi mengatakan gempa bumi itu terjadi pada Sabtu, 18 Januari 2020 pukul 23.38.14 WIB di wilayah Jayapura. "Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki kekuatan M=6,3 yang selanjutnya dimutakhirkan menjadi M=6,1. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 2.77 LS dan 139.52 BT , atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 108 km arah Barat Kota Jayapura, Papua pada kedalaman 53 km," katanya dalam siaran pers BMKG, Minggu pagi (19/1/2020).
Hanya saja, BMKG memprediksi, masih adanya gempa susulan. "Hingga hari Minggu, 19 Januari 2020 pukul 00.17 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 1 aktivitas gempa bumi susulan ( aftershock ) dengan magnitudo M=4,4." Adapun terbaru, pada pukul 07.14 WIB tadi pagi terjadi gempa bumi susulan 5,2 magnitudo di mana pusat gempa berada di darat 43 km barat laut Kabupaten Jayapura dan Genyem. Oleh sebab itu, BMKG mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
"Agar menghindar dari lereng tanah/batuan yang berpotensi longsor serta menghindar dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa. Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," katanya. Rahmat Triyonio, menjelaskan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan kemarin adalah jenis gempa bumi dangkal akibat aktifitas sesar lokal.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik ( thrust fault ). Adapun dampak, guncangan gempa bumi ini dirasakan di Sentani IV MMI (pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), Jayapura dan Sarmi III-IV MMI (pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), Yahukimo dan Keerom III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu), dan Wamena II-III MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," kata Rahmat. Selain itu, BMKG juga menegaskan pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (https://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg atau infobmkg."
Liputan6.com, Kendari - Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan, dalam periode sepekan ke depan, curah hujan dengan intensitas lebat yang disertai kilat/petir berpotensi terjadi di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra).
Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R. Prabowo mengatakan, sirkulasi siklonik di sekitar Selat Karimata saat ini masih teridentifikasi aktif dan menyebabkan terbentuknya pola konvergensi, serta belokan angin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia bagian barat.
"Tingkat labilitas udara yang signifikan juga cukup berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di sebagian Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua," kata Mulyono di Kendari, Minggu (19/1/2020).
Ia mengungkapkan, akibat kondisi tersebut, BMKG memprediksi dalam periode sepekan ke depan, curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir berpotensi terjadi di berapa wilayah provinsi di Indonesia termasuk Provinsi Sultra, dilansir Antara .
Periode 19 Januari 2020, terjadi di Sumatera Barat (Sumbar), Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung (Babel), Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Utara (Kaltara), Kalimantan Timur (Kaltim) dan- Kalimantan Selatan (Kalsel). Kemudian Sulawesi Barat (Sulbar), Sulawesi Tengah (Sulteng), Sulawesi Selatan (Sulsel), Sulawesi Tenggara (Sultra) dan Papua.
Periode 20-23 Januari 2020, yakni Aceh, Sumatera Utara (Sumut), Sumbar, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Babel, Sumatera Selatan (Sumsel), Lampung, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jawa Timur (Jatim), Bali, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Sulbar, Sulsel, Sultra, Papua.
Sementara itu, BMKG Kendari juga mengeluarkan peringatan dini cuaca pada tanggal 19 Januari 2020 Pukul 12.10 Wita, dimana wilayah Sultra berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat yang disertai guntur dan angin kencang, yakni di wilayah Buton Utara (Kalisusu dan Ereke), Buton Tengah (Telaga Raya), Konawe Selatan (Laonti, Wolasi, laeya, Lainea), Konawe kepulauan (Wawoni timur, Selatan, tenggara), Konawe (Routa, tonggauna, meluhu, bondoala).
Selanjutnya, di Konawe Utara (Wiwirano), Kolaka (Wolo, Samaturu, latambaga), Kolaka Timur (Tirawuta, Lambandia, Uluiwoi), Bombana (Mata Usu, lantar jaya) dan sekitarnya. Hal itu dapat meluas ke wilayah Kolaka Timur, Kolaka Utara, Konawe, Konawe Utara dan sekitarnya.
"Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin," ungkapnya.
MALANGTIMES - Selama tiga hati ke depan, hingga Rabu (23/1/2020), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali ingatkan potensi hujan lebat di sejumlah wilayah. Salah satunya kawasan Jawa Timur, yang diprediksi alami hujan dengan intensitas tinggi. Dikutip dari laman BMKG, Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R. Prabowo menjelaskan, selain Jawa Timur, beberapa wilayah hingga 23 Januari mendatang diprediksi akan alami curah hujan dengan intensitas lebat. Selain itu hujan juga akan disertai kilat atau petir. Beberapa di antaranya seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, hingga Papua. "Sehingga masyarakat harus tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi hujan lebat dengan intensitas tinggi," katanya. Kondisi itu menurutnya terjadi lantaran sirkulasi siklonik di sekitar Selat Karimata saat ini masih teridentifikasi aktif dan menyebabkan terbentuknya pola konvergensi serta belokan angin. Hal itu dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Tingkat labilitas udara yang signifikan menurutnya juga cukup berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di sebagian Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan daerah tersebut akan alami hujan dengan intensitas lebat dan disertai kilat serta petir. Masyarakat pun diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan. Di antaranya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin. Selain itu, kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi diimbau agar selalu waspada.
TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis prakiraan cuaca untuk Senin (20/1/2020).
Sejumlah wilayah di Indonesia diperkirakan akan diguyur hujan berintensitas deras hingga petir, sedangkan di sebagian wilayah lainnya diprediksi cerah hingga cerah berawan.
Waspada wilayah Bengkulu , Pangkal Pinang, Bandar Lampung berpotensi hujan petir dan hujan lebat.
Sedangkan untuk wilayah Denpasar dan Ambon diprakirakan cerah berawan seharian.
Berikut prakiraan cuaca di beberapa daerah lainnya di Indonesia, berdasarkan laman bmkg.go.id :
Pagi: Cerah Berawan Siang: Cerah Berawan Malam: Cerah Berawan Dini Hari: Cerah Suhu: 23 - 32 Derajat Celcius Kelembapan Udara: 65 - 95%
Pagi: Cerah Berawan Siang: Cerah Berawan Malam: Cerah Berawan Dini Hari: Cerah Berawan Suhu: 26 - 34 Derajat Celcius Kelembapan Udara: 60 - 85%
Warga yang sedang beristirahat sejenak saat Car Free Night yang diwarnai hujan, di malam perayaan Tahun Baru 2020 di Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (31/12/2019). [Suara.com / Alfian Winanto]
Hitekno.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) memprakirakan hujan masih mengguyur sejumlah wilayah, termasuk Jakarta pada siang hingga Minggu malam.
Seperti diketahui, mayoritas cuaca wilayah Jakarta cerah berawan hingga berawan di pagi hari.
Selain itu sebagaimana dilansir laman Suara.com , BMKG menginformasikan peringatan dini cuaca, yakni adanya potensi hujan disertai kilat dan angin kencang dengan durasi singkat di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Barat pada Minggu sore.
Untuk kawasan Jakarta Pusat, pagi akan diwarnai cuaca cerah berawan, siang dan malam hari diprediksi hujan lokal. Sedangkan hujan dengan intensitas ringan pada dinihari.
Diperkirakan wilayah tersebut bersuhu 25 hingga 32 derajat Celsius, dengan tingkat kelembaban 80 hingga 95 persen.
Kemudian cuaca Jakarta Utara, pada pagi dan siang cuaca berawan. Kemudian malam hujan lokal dan hingga dini hari cuaca akan hujan dengan intensitas sedang.
Suhu Jakarta Utara diperkirakan 25 hingga 32 derajat Celsius dan tingkat kelembaban 80 hingga 95 persen.
Selanjutnya Jakarta Barat, pagi akan disambut dengan cuaca berawan, siang dan malam hari diprediksi hujan lokal. Sedangkan dini hari hujan dengan intensitas ringan.
Suhu wilayah tersebut diperkirakan 24 hingga 32 derajat Celsius dengan tingkap kelembapan 80 hingga 95 persen.
Berikutnya di Jakarta Selatan, pagi akan cerah berawan, siang hari akan hujan dengan intensitas sedang, kemudian malam cuaca akan berawan. Sedangkan dini hari akan hujan dengan intensitas ringan.
Prediksi cuaca tersebut juga berlaku untuk kawasan Jakarta Timur.
Dua wilayah tersebut bersuhu diperkirakan 24 hingga 32 derajat Celsius dan tingkat kelembaban 80 hingga 95 persen.
Sementara di Kepulauan Seribu akan diawali pada pagi dan siang cuaca berawan. Kemudian malam hujan lokal dan hingga dini hari cuaca akan hujan dengan intensitas sedang dengan suhu diperkirakan 26 hingga 30 derajat Celsius dan tingkat kelembaban 80 hingga 90 persen.
Itulah peringatan dini BMKG yang memprediksi hujan disertai kilat dan angin di sejumlah wilayah. (Suara.com/ Dythia Novianty) .
Surabaya - BMKG mengimbau potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin dan petir akan terjadi di Surabaya, Minggu (19/1/20120). Hal itu didasarkan pada pengumuman peringatan dini 3 harian yang dikeluarkan. "Tanggal 19 hari ini peringatan dini 3 dimulai siang sampai sore. Surabaya dan sekitarnya masuk salah satunya," kata Kepala bidang data dan informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto, Minggu (19/1/2020). "Selain Surabaya ada juga Kota Mojokerto, Madiun, Magetan, Batu, dan wilayah tapal kuda seperti Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, Bondowoso dan Jember serta Madura," lanjutnya.
Untuk Surabaya, jelas Teguh, pihaknya memperkirakan akan turun hujan sejak siang hari. Tak hanya hujan, angin juga akan turut menyertai dengan mencapai kecepatan 30 KM per jam. "Mulai sejak siang sampai malam kita perkirakan. Kecepatan angin 30 KM per jam dan suhu 27 sampai 33 derajat," terang Teguh. Menurut Teguh, berbeda dengan wilayah di Jatim lainnya, dalam beberapa hari ini memang ada penurunan intensitas hujan di Surabaya. Namum hujan akan kembali mengguyur Kota Pahlawan mulai hari ini hingga 2 hari ke depan. "Dua hari terakhir memang terjadi penurunan sampai kita prediksikan lagi ada hujan lagi sampai sekitar tanggal 19," tuturnya. "Ya memang peringatan 3 hari ini kalau lihat khususnya hanya wilayah tapal kuda saja selama ini. Kalau di situ kan nggak ada Surabaya dan Sidoarjo. Kan di situ tidak ada peringatan dininya juga," tambah Teguh. Ditanya terkait peringatan dini tiga harian, Teguh menjelaskan bahwa peringatan yang dibuat tidak untuk mengetahui prediksi apakah suatu wilayah akan hujan atau tidak. Namun sifatnya hanya mengetahui akan adanya potensi hujan disertai angin saja. "Peringatan dini itu tidak untuk mengetahui hujan atau tidak tapi adalah potensi angin dengan intensitas sedang dan sesaat. Kalau peringatan dini adalah tugas kami untuk membuat sesuai dengan pendekatan yang kita buat," tandasnya.
Penampakan merah langit akibat kebakaran di sebuah peternakan sapi di New South Wales, Australia pada 5 Januari 2020. (Suara.com/AFP/Saeeda Khan)
JAKARTA, AYOBEKASI.NET – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberi penjelasan terkait adanya berita yang menyebut bahwa asap kebakaran hutan di Australia bakal menyebar ke Indonesia dan berpotensi ‘menutupi’ permukaan bumi.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menyatakan bahwa potensi penyebaran asap kebakaran hutan di Australia di Indonesia termasuk kecil lantaran dinamika atmosfer Australia didominasi aliran angin kencang yang konsisten ke arah timur.
“Dan, di Indonesia sendiri dinamika atmosfer didominasi oleh angin baratan atau monsun Asia,” kata Herizal dalam keterangan resmi, Minggu (19/1/2020).
Dia melanjutkan, hasil analisis kondisi dinamika atmosfer pada awal hingga pertengahan Januari 2020 menunjukkan pergerakan penyebaran asap dominan terjadi di belahan bumi selatan. Asap ini menyebar dari Australia ke arah timur karena dipengaruhi oleh polar jet stream .
Polar jet stream adalah aliran angin kencang pada sekitar 60 derajat Lintang Selatan dengan kecepatan lebih dari 100 kilometer per jam, yang bergerak konsisten ke arah timur.
“Polar jet stream ini telah membawa asap kebakaran hutan Australia menyeberangi Samudera Pasifik bagian selatan pada ketinggian atmosfer sekitar 16 kilometer dan menyebar sampai ke negara Benua Amerika bagian selatan antara lain Chili, Argentina, dan Uruguay,” ujarnya.
Diperkirakan, hingga akhir Januari 2020 polar jet stream ini masih cukup kuat, sehingga potensi penyebaran asap masih dominan ke arah timur.
Adapun kejadian kebakaran hutan Australia pada tahun 2019-2020 termasuk ke dalam kejadian paling parah dalam sejarah kebakaran hutan. Meski tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan perubahan iklim, tapi kenaikan suhu udara global telah meningkatkan risiko kebakaran hutan sehingga akan lebih sering terjadi.
Jakarta, HanTer - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa kenaikan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) merupakan salah satu sebab terjadinya peningkatan risiko cuaca ekstrem, seperti hujan dengan intensitas curah hujan tinggi yang terjadi pada awal 2020.
"Cuaca ekstrem dilihat dari pemicunya disebabkan oleh perubahan iklim dengan indikator-indikatornya seperti kenaikan suhu global dan kenaikan konsentrasi gas rumah kaca," kata Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari di Jakarta, Jumat.
Ia menyebutkan bahwa berdasarkan analisis BMKG, cuaca ekstrem yang ditandai dengan adanya intensitas curah hujan tinggi, cenderung memiliki produksi dan intensitas yang meningkat. "Jadi waktu berulangnya itu dia semakin sering terjadi. Demikian juga dengan intensitas dan jumlahnya," katanya.
Contoh perilaku yang menyebabkan kenaikan konsentrasi gas rumah kaca tersebut salah satunya adalah penggunaan bahan bakar yang tidak ramah lingkungan sehingga meningkatkan pengeluaran emisi yang pada akhirnya meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca. "Jadi lebih banyak energi yang dikeluarkan emisi yang dikeluarkan juga lebih banyak," katanya.
Kemudian, selain kenaikan konsentrasi gas rumah kaca, faktor lain yang menyebabkan kondisi cuaca semakin ekstrem adalah meningkatnya suhu global. "Secara langsung memang variabel-variabel cuaca itu saling terkait," katanya.
Keterkaitan tersebut dapat dirunut mulai dari pola suhu udara yang menentukan pola tekanan udara dan pola tekanan udara yang menentukan pola angin. Kemudian lebih lanjut pola angin tersebut menentukan daerah tertentu yang berpotensi mengalami hujan dengan intensitas curah hujan cukup ekstrem.
"Suhu kan kadang bisa terasa dingin tapi nanti lebih sering terasa hangatnya dibandingkan dinginnya. Lebih sering tercatat lebih tinggi dibandingkan lebih rendah," katanya. (Sammy)