Contact Form

 

Seniman Musik Djaduk Ferianto Meninggal Dunia Halaman all


View this post on Instagram

RIP. Djaduk Ferianto

A post shared by Butet Kartaredjasa (@masbutet) on Nov 12, 2019 at 1:21pm PST





TRIBUNNEWS.COM - Dunia hiburan Indonesia kembali berduka, seniman musik Djaduk Ferianto meninggal dunia pada, Rabu (13/11/2019).

Kabar duka Djaduk Ferianto meninggal dunia tersebut disampaikan oleh sang kakak, Butet Kertaradjasa melalui unggahan foto di akun Intagram pribadinya, @masbutet .

Lewat akun Instagram Butet Kertaradjasa, ia mengunggah foto berlatar belakang hitam dengan tulisan berwarna putih 'Sumangga Gusti'.

" RIP. Djaduk Ferianto " tulisnya dalam kolom caption.

Sontak postingan tersebut mendapatkan komentar dari warganet dan ikut berduka cita atas kepergian Djaduk Ferianto.

Semasa hidupnya Djaduk yang mempunyai nama lengkap Gregorius Djaduk Ferianto dikenal sebagai seorang aktor, sutradara, dan seniman musik.

Djaduk juga sering menggarap illustrasi musik sinetron, jingle iklan, penata musik pementasan teater, hingga tampil bersama kelompoknya dalam pentas musik di berbagai negara

Dilansir dari Wikipedia , kiprahnya di dunia seni di antaranya pernah mendirikan Kelompok Rheze pada 1978, mendirikan Kelompok Musik Kreatif Wathathitha.

Pada 1995, bersama kakaknya Butet Kertaradjasa dan Purwanto, Djaduk mendirikan Kelompok Kesenian Kua Etnika yang merupakan penggalian atas musik etnik dengan pendekatan moderen.

Djaduk mulai masuk industri hiburan nasional pada 1996 setelah muncul di acara Dua Warna RCTI.




Brilio.net - Kabar duka datang dari dunia seni Tanah Air. Seniman Djaduk Ferianto meninggal dunia di Yogyakarta, Rabu (13/11) pada pukul 02.30 WIB. Meninggalnya seniman bernama lengkap RM Gregorius Djaduk Ferianto ini disampaikan oleh sang kakak, Butet Kertaredjasa melalui akun Instagramnya.

" RIP. Djaduk Ferianto ," tulis Butet Kertaradjasa dalam unggahannya.

Jenazah Djaduk Ferianto disemayamkan di Padepokan seni Bagong Kussudiardjo. Kemudian akan dimakamkan di Makam Keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul pada pukul 15.00 WIB.

" Telah berpulang menghadap Tuhan: RM Gregorius Djaduk Ferianto, hr ini Rabu 13 Nov 2019 jam 02.30. Disemayamkan di Padepokan seni Bagong.K. Misa jam 14.00. Dimakamkan pkl 15.00 di Makam Keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul ," begitu berita yang dikirimkan via Whatsapp, Rabu (13/11).

Djaduk Ferianto meninggal dunia di usia 55 tahun dan meninggalkan seorang istri serta 5 anak. Sementara itu, Butet Kertaredjasa menuturkan penyebab meninggalnya sang adik lantaran penyakit jantung.

"Serangan jantung. Maafkan Djaduk," kata Butet seperti dikutip dari liputan6.com.

Butet juga mengungkap riwayat penyakit yang diderita sang adik. Menurutnya Djaduk memiliki riwayat darah tinggi.

"(Djaduk Ferianto) juga ada darah tingginya," ungkap Butet.

Djaduk Ferianto diketahui seharusnya sudah harus pasang ring di jantungnya. Namun, tindakan operasi ini belum juga diambil.

Djaduk Ferianto dan Butet Kertaradjasa adalah putra-putra seniman legendaris Bagong Kussudiardjo. Mereka juga dikenal dengan Teater Gandrik. Belakangan Djaduk aktif sebagai musikus dan sempat bermain sejumlah film.

Di Yogyakarta, Djaduk giat mengibarkan event Ngayogjazz. Dirinya dan sang kakak juga mendirikan Kelompok Kesenian Kua Etnika pada tahun 1995. Djaduk juga meracik dengan manis musik keroncong lewat grup Sinten Remen.




TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Berita kepergian budayawan dan musisi senior Djaduk Ferianto dibenarkan oleh Putri Sulungnya, Gusti Arirang saat dihubungi Tribunjogja.com melalui sambungan telepon, Rabu (13/11/19) pagi ini.

Gusti menuturkan, mewakili mendiang ayahnya, ia meminta maaf bila semasa hidup ayahnya ada perberbuatan salah kepada siapapun.

Sekaligus, Gusti mengucapkan banyak terimakasih kepada semua orang, khususnya kepada awak media yang terus mendukung karir dan pergerakan ayahnya di dunia seni selama ini.

Gusti mengingat pesan pesan sang Ayah yang hampir selalu disampaikan ketika bertemu.

Terakhir kali sebelum Gusti berangkat ke Jakarta untuk sebuah konser bersama band nya Tashoora.

"Sebagai sosok Ayah beliau selalu berpesan agar menjaga kepercayaan, selalu hati hati dalam melangkah dan selalu setia dengan pilihan hidup yang diambil," kata basis band Tashoora tersebut lirih.

Lanjut Gusti, mendiang ayahnya tersebut juga selalu memberikan dukungan pada karir anak anaknya.

Gusti mengingat, ayahnya pernah menyatakan salut terhadap perkembangan karirnya di bidang musik bersama Tashoora.

Belum lama ini, Gusti bersama Tashoora pernah terlibat kolaborasi bareng band Kuaetnika yang didirikan mendiang sang ayah. Di lagu berjudul Tatap,Tashoora dan Kuaetnika berkolaborasi.







VIVA  – Musisi sekaligus seniman teater, RM Djaduk Ferianto meninggal dunia dinihari tadi sekira pukul 02.30 WIB.  Dari sejumlah sumber, Djaduk memang diketahui menderita sakit jantung. Bahkan ia, sudah pernah didiagnosis dokter untuk operasi pemasangan ring. Namun, Djaduk membatalkan rencana pemasangan ring di jantungnya tersebut.  Putra seniman kondang Bagong Kussudiharjo ini dikenal sebagai musisi. Ia memimpin grup musik Kua Etnika dan Orkes Keroncong Sinten Remen.

Adik kandung dari Butet Kertarejasa ini, diketahui memang terkena sakit jantung. Dari laman instagramnya @djaduk, ia sempat mengunggah sebuah foto hitam putih satu hari lalu.  “di NGAYOGJAZZ tgl 16 Nov 2019 jam 16.45 di desa Kwagon, Godean, Sleman Jogjakarta anda akan temukan Idang Rasyidi tidak main keyboard tapi beliau akan jadi penyanyi diiringi Om Ole, Neo dkk dalam Educonsert. Datanglah kalian akan dapatkan Vitamin baru tentang Jazz dll nya. Tak tunggu kedatangannya”. Kelahiran Yogya, 19 Juli 1964 ini adalah musisi dan seniman teater. Djaduk dalam bermusik, dia lebih berkonsentrasi pada penggalian musik-musik tradisi. Djaduk adalah salah satu anggota dari kelompok musik Kua Etnika, musik humor Sinten Remen, dan Teater Gandrik.

Ucapan duka disampaikan warganet di akun instagram Djaduk. “sugeng tindak pak,” tulis warganet. “Mas Djaduk... Begitu cepat kepergianmu. Menyisakan Duka mendalam bagi seluruh sahabatmu. Aku mengenalmu, mengagumimu dan menghormatimu lebih dari sekedar sahabat. Selamat jalan suhu, selamat menuju keabadian hidup,” tulis warganet. “ selamat jalan pakdeeeee. ”




TRIBUNJABAR.ID, YOGYA   - Berita kepergian budayawan dan musisi senior   Djaduk Ferianto   dibenarkan oleh Putri Sulungnya,   Gusti Arirang   saat dihubungi Tribunjogja.com melalui sambungan telepon, Rabu (13/11/19) pagi ini.

Gusti menuturkan, mewakili mendiang ayahnya, ia meminta maaf bila semasa hidup ayahnya ada perberbuatan salah kepada siapapun.

Sekaligus, Gusti mengucapkan banyak terimakasih kepada semua orang, khususnya kepada awak media yang terus mendukung karier dan pergerakan ayahnya di dunia seni selama ini.

Gusti mengingat pesan-pesan sang Ayah yang hampir selalu disampaikan ketika bertemu.

Terakhir kali sebelum Gusti berangkat ke Jakarta untuk sebuah konser bersama band nya Tashoora.

"Sebagai sosok Ayah beliau selalu berpesan agar menjaga kepercayaan, selalu hati hati dalam melangkah dan selalu setia dengan pilihan hidup yang diambil," kata basis band Tashoora tersebut lirih.

Lanjut Gusti, mendiang ayahnya tersebut juga selalu memberikan dukungan pada karier anak-anaknya.

Gusti mengingat, ayahnya pernah menyatakan salut terhadap perkembangan kariernya di bidang musik bersama Tashoora.

Belum lama ini, Gusti bersama Tashoora pernah terlibat kolaborasi bareng band Kuaetnika yang didirikan mendiang sang ayah.

Di lagu berjudul Tatap, Tashoora dan Kuaetnika berkolaborasi.




Hari ini Pkl. 07:01 WIB  •  Dilihat 61 kali  •  http://www.mdn.biz.id/o/92484/

Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Djaduk Ferianto meninggal dunia. Pria yang dikenal sebagai aktor dan seniman itu dikabarkan tutup usia di usianya yang memasuki 55 tahun. Ungkapan duka mengalir untuk kepergian Djaduk Ferianto. Salah satunya diungkapkan oleh penulis Goenawan Mohammad.

"Kita kehilangan seorang musikus yang membahagiakan orang banyak, seorang teman yg menyenangkan dalam bekerja sama. Djaduk Ferianto wafat. "Urip mung mampir ngombe," kata orang2 tua. Hidup hanya sekedar singgah untuk minum; tapi Djaduk juga membawa air utk orang lain," ungkap Goenawan Mohammad lewat Twitter.

Instagram Djaduk juga dibanjiri ucapan duka. Kepergian seniman sekaligus penggiat teater Gandrik di Yogyakarta ini diucapi selamat jalan.

"Sugeng tindak Pak Djaduk. Semoga dilapangkan jalannya menuju rumah Bapa di Surga," ungkap netter berakun @stella_aq**la.

"Selamat jalan Pakdhe. Semoga Pakdhe diterima di dalam kemuliaan bersama Bapa di surga. Rest in Peace," tutur netizen @cerita***ve.(dth)




Teater Gandrik telah lama berinteraksi dengan publik di Surabaya. Hal itu dibangun sejak zaman kejayaan TVRI Surabaya, yang menayangkan produksi teater berbasis di Jogjakarta itu.

"Ya, di Surabaya kami telah lama hadir. Kebetulan ada Mas Bawong (Bawong Suatmadji Nitiberi, almarhum aktivis teater) di TVRI, maka kami pentas rutin," tutur Butet Kartaredjasa, aktor Teater Gandrik, saat melakukan kunjungan ke Radio Suara Surabaya, Senin 11 November 2019.

Dalam kunjungan terbut, Butet yang dikenal sebagai Raja Monolog, didampingi Arif Afandi, Founder dan CEO ngopibareng.id. Kegiatan tersebut, terkait dengan even Teater Gandrik Sambang Surabaya, yang bakal mementaskan naskah "Para Pensiunan" di Ciputra Hall, Surabaya, 6-7 Desember mendatang.

Acara digelar ngopibareng.id, kerja sama dengan Ciputra Hall, mendapat dukungan dari sejumlah pihak. Seperti Suara Surabaya dan JTV.

Butet yang putra seniman legendaris Bagog Kussudiardjo mengisahkan, sejak 1987 setiap memproduksi lakon baru, Teater Gandrik selalu mengagendakan pementasan di Surabaya.

"Kebetulan saat itu, kami didukung Jawa Pos. Hampir semua pimpinan redaksi di koran tersebut selalu berinteraksi dengan kami. Hingga, empat tahun lalu, kami memainkan lakon baru," tuturnya.

Lakon yang dipentaskan kali terakhir, empat tahun lalu, adalah Gundala Gawat di sebuah hotel di kawasan Blauran Surabaya. Animo masyarakat Surabaya, terhadap kehadiran Teater Gandrik selalu menunjukkan minat yang baik. Antusiasme masyarakat dalam mengapresiasi seni pertunjukan patut mendapat nilai yang menggembirakan.

"Karena itu, kami berharap dalam pementasan Teater Gandrik mendatang, juga mengulang sambutan yang membahagiakan dari publik di Kota Pahlawan ini," tutur Arif Afandi, yang mantan Wakil Wali Kota Surabaya.

Teater Gandrik Sambang Surabaya, merupakan tantangan tersendiri. Karena, dengan venue yang istimewa berstandar internasional di Ciputra Hall, Teater Gandrik mencoba untuk menggaet publik penonton dari generasi milenial.

"Tentu saja, gandrik kepingin tidak hanya ditonton oleh penonton tradisional gandrik. Ada segmen penonton lain yang bergabung, termasuk kelompok milenial," tutur Kusen Ali, penata artistik Teater Gandrik.

Dengan upaya menggaet generasi milenial itu, Teater Gandrik mempunyai trik-trik dan aneka gaya dalam penataan artistiknya. Yang jelas, dengan konsep baru yang disesuaikan dengan kebutuhan publik secara umum, tanpa meninggalkan khasnya, sekaligus memberi warna baru yang dibutuhkan generasi milenial itu.

"Mari ramai-ramai nonton Gandrik di Ciputra Hall Surabaya mumpung tertawa belum dilarang!," tuturnya.

Teater Gandrik, seperti biasanya, didukung sejumlah aktor gaek, dan penulis naskah yang memikat, seperti Agus Noor. Selain aktor Butet Kartaredjasa, dalam pertunjukan nanti, ilustrasi musik digarap musikus beken Djaduk Ferianto.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply