Contact Form

 

Meninggal Dunia, Djaduk Ferianto Akan Dimakamkan di Makam Keluarga page-1 : Okezone Celebrity


View this post on Instagram

RIP. Djaduk Ferianto

A post shared by Butet Kartaredjasa (@masbutet) on Nov 12, 2019 at 1:21pm PST


Brilio.net - Kabar duka datang dari dunia seni Tanah Air. Seniman Djaduk Ferianto meninggal dunia di Yogyakarta, Rabu (13/11) pada pukul 02.30 WIB. Meninggalnya seniman bernama lengkap RM Gregorius Djaduk Ferianto ini disampaikan oleh sang kakak, Butet Kertaredjasa melalui akun Instagramnya.

" RIP. Djaduk Ferianto ," tulis Butet Kertaradjasa dalam unggahannya.

Jenazah Djaduk Ferianto disemayamkan di Padepokan seni Bagong Kussudiardjo. Kemudian akan dimakamkan di Makam Keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul pada pukul 15.00 WIB.

" Telah berpulang menghadap Tuhan: RM Gregorius Djaduk Ferianto, hr ini Rabu 13 Nov 2019 jam 02.30. Disemayamkan di Padepokan seni Bagong.K. Misa jam 14.00. Dimakamkan pkl 15.00 di Makam Keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul ," begitu berita yang dikirimkan via Whatsapp, Rabu (13/11).

Djaduk Ferianto meninggal dunia di usia 55 tahun dan meninggalkan seorang istri serta 5 anak. Sementara itu, Butet Kertaredjasa menuturkan penyebab meninggalnya sang adik lantaran penyakit jantung.

"Serangan jantung. Maafkan Djaduk," kata Butet seperti dikutip dari liputan6.com.

Butet juga mengungkap riwayat penyakit yang diderita sang adik. Menurutnya Djaduk memiliki riwayat darah tinggi.

"(Djaduk Ferianto) juga ada darah tingginya," ungkap Butet.

Djaduk Ferianto diketahui seharusnya sudah harus pasang ring di jantungnya. Namun, tindakan operasi ini belum juga diambil.

Djaduk Ferianto dan Butet Kertaradjasa adalah putra-putra seniman legendaris Bagong Kussudiardjo. Mereka juga dikenal dengan Teater Gandrik. Belakangan Djaduk aktif sebagai musikus dan sempat bermain sejumlah film.

Di Yogyakarta, Djaduk giat mengibarkan event Ngayogjazz. Dirinya dan sang kakak juga mendirikan Kelompok Kesenian Kua Etnika pada tahun 1995. Djaduk juga meracik dengan manis musik keroncong lewat grup Sinten Remen.




JAKARTA - Berita duka kembali datang dari seniman Indonesia. Djaduk Ferianto meninggal dunia dalam usia 55 tahun, Rabu (13/11/2019).

Baca Juga: Lestarikan Musik Tradisional, Djaduk Ferianto Diganjar Anugerah Pustaka Nusantara 2019

Kabar duka tersebut diterima melalui pesan singkat whatsapp. Pemeran Kertarajasa dalam film Petualangan Sherina ini mengembuskan napas terakhir pada dini hari tadi.

"Berita duka: telah berpulang menghadap Tuhan. RM. Gregorius Djaduk Ferianto, Rabu 13 Nov 2019 jam 02.30," bunyi pesan singkat tersebut.

Jenazah Djaduk disemayamkan di Padepokan Seni Bagong K. Rencananya, mendiang akan dimakankan pukul 15.00 WIB di makam keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul. Sebelum dimakamkan, akan diadakan upacara pemberkatan pada pukul 14.00 WIB.

Mengembuskan napas terakhir dalam usia 55 tahun, putra bungsu senimana Bagong Kussuadiarja ini meninggalkan seorang istri yang bernama Petra serta 5 orang anak. Mereka adalah Gusti Arirang, Ratu Hening, Rajane Tetabuhan, Kandida Rani Nyaribunyi dan Presiden Dewa Gana.

Djaduk Ferianto dikenal sebagai seniman serba bisa Tanah Air. Selain aktor, Djaduk juga berprofesi sebagai sutradara dan musikus.







Suara Purwokerto -  Musisi terkenal Djaduk Ferianto dinihari tadi sekira pukul 02.30 WIB, Rabu 13 November 2019.  Putra seniman kondang Bagong Kussudiharjo ini dikenal sebagai musisi. Ia memimpin grup musik Kua Etnika dan Orkes Keroncong Sinten Remen. Djaduk disemayamkan di Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo di Yogyakarta. Rencananya Djaduk akan dikebumikan di makam keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul, pada Rabu pukul 15.00 Kabarmeninggalnya putra alm Bagong Kussudiardjo tersebar setelah Butet, Kakak Djaduk memposting  kalimat singkat "Sumonggo Gusti" dengan latar belakang hitam.Djaduk dikabarkan memiliki kelainan jantung  yang diketahui dokter beberapa waktu lalu namun belum sempat dilakukan tindakan pasang ring.Meninggalnya Djaduk diduga serangan jantung pada dinihari tadi. Foto : ist/dok djaduk




Hari ini Pkl. 07:01 WIB  •  Dilihat 45 kali  •  http://www.mdn.biz.id/o/92484/

Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Djaduk Ferianto meninggal dunia. Pria yang dikenal sebagai aktor dan seniman itu dikabarkan tutup usia di usianya yang memasuki 55 tahun. Ungkapan duka mengalir untuk kepergian Djaduk Ferianto. Salah satunya diungkapkan oleh penulis Goenawan Mohammad.

"Kita kehilangan seorang musikus yang membahagiakan orang banyak, seorang teman yg menyenangkan dalam bekerja sama. Djaduk Ferianto wafat. "Urip mung mampir ngombe," kata orang2 tua. Hidup hanya sekedar singgah untuk minum; tapi Djaduk juga membawa air utk orang lain," ungkap Goenawan Mohammad lewat Twitter.

Instagram Djaduk juga dibanjiri ucapan duka. Kepergian seniman sekaligus penggiat teater Gandrik di Yogyakarta ini diucapi selamat jalan.

"Sugeng tindak Pak Djaduk. Semoga dilapangkan jalannya menuju rumah Bapa di Surga," ungkap netter berakun @stella_aq**la.

"Selamat jalan Pakdhe. Semoga Pakdhe diterima di dalam kemuliaan bersama Bapa di surga. Rest in Peace," tutur netizen @cerita***ve.(dth)




Foto: Seniman dan Budayawan RM Gregorius Djaduk Ferianto

Inilahdepok.id – Berita duka bagi dunia Seni dan Budaya Indonesia dengan Meninggalnya Djaduk Ferianto. Seniman yang bernama lengkap RM Gregorius Djaduk Ferianto ini tutup usia di Yogyakarta, Rabu 13 Nopember 2019 pukul 02.30 WIB.Dini hari

“Telah berpulang menghadap Tuhan: RM Gregorius Djaduk Ferianto, hr ini Rabu 13 Nov 2019 jam 02.30. Disemayamkan di Padepokan seni Bagong.K. Misa jam 14.00. Dimakamkan pkl 15.00 di Makam Keluarga Sembungan, Kasihan. Bantul”, itulah berita duka yang dikirimkan melalui Whatsapp.

Butet Kertaredjasa, (kakak) mengatakan penyebab meninggalnya Djaduk Ferianto.

Djaduk Ferianto menghembuskan nafas terakhirnya di kediamannya di Yogyakarta dan akan dikebumikan di makam keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Djaduk meninggal dunia di usia 55 tahun. Seniman ini meninggalkan seorang istri dan 5 anak.

Butet menjelaskan selain jantung adiknya itu juga punya riwayat penyakit yang diderita sang adik. “(Djaduk Ferianto) juga ada darah tingginya,” tutup Butet.(Skt/id*)




Djaduk Ferianto dikenal sebagai seniman kondang multitalenta asal Yogyakarta. Dia meninggal dunia pada usia 55 tahun.




Teater Gandrik telah lama berinteraksi dengan publik di Surabaya. Hal itu dibangun sejak zaman kejayaan TVRI Surabaya, yang menayangkan produksi teater berbasis di Jogjakarta itu.

"Ya, di Surabaya kami telah lama hadir. Kebetulan ada Mas Bawong (Bawong Suatmadji Nitiberi, almarhum aktivis teater) di TVRI, maka kami pentas rutin," tutur Butet Kartaredjasa, aktor Teater Gandrik, saat melakukan kunjungan ke Radio Suara Surabaya, Senin 11 November 2019.

Dalam kunjungan terbut, Butet yang dikenal sebagai Raja Monolog, didampingi Arif Afandi, Founder dan CEO ngopibareng.id. Kegiatan tersebut, terkait dengan even Teater Gandrik Sambang Surabaya, yang bakal mementaskan naskah "Para Pensiunan" di Ciputra Hall, Surabaya, 6-7 Desember mendatang.

Acara digelar ngopibareng.id, kerja sama dengan Ciputra Hall, mendapat dukungan dari sejumlah pihak. Seperti Suara Surabaya dan JTV.

Butet yang putra seniman legendaris Bagog Kussudiardjo mengisahkan, sejak 1987 setiap memproduksi lakon baru, Teater Gandrik selalu mengagendakan pementasan di Surabaya.

"Kebetulan saat itu, kami didukung Jawa Pos. Hampir semua pimpinan redaksi di koran tersebut selalu berinteraksi dengan kami. Hingga, empat tahun lalu, kami memainkan lakon baru," tuturnya.

Lakon yang dipentaskan kali terakhir, empat tahun lalu, adalah Gundala Gawat di sebuah hotel di kawasan Blauran Surabaya. Animo masyarakat Surabaya, terhadap kehadiran Teater Gandrik selalu menunjukkan minat yang baik. Antusiasme masyarakat dalam mengapresiasi seni pertunjukan patut mendapat nilai yang menggembirakan.

"Karena itu, kami berharap dalam pementasan Teater Gandrik mendatang, juga mengulang sambutan yang membahagiakan dari publik di Kota Pahlawan ini," tutur Arif Afandi, yang mantan Wakil Wali Kota Surabaya.

Teater Gandrik Sambang Surabaya, merupakan tantangan tersendiri. Karena, dengan venue yang istimewa berstandar internasional di Ciputra Hall, Teater Gandrik mencoba untuk menggaet publik penonton dari generasi milenial.

"Tentu saja, gandrik kepingin tidak hanya ditonton oleh penonton tradisional gandrik. Ada segmen penonton lain yang bergabung, termasuk kelompok milenial," tutur Kusen Ali, penata artistik Teater Gandrik.

Dengan upaya menggaet generasi milenial itu, Teater Gandrik mempunyai trik-trik dan aneka gaya dalam penataan artistiknya. Yang jelas, dengan konsep baru yang disesuaikan dengan kebutuhan publik secara umum, tanpa meninggalkan khasnya, sekaligus memberi warna baru yang dibutuhkan generasi milenial itu.

"Mari ramai-ramai nonton Gandrik di Ciputra Hall Surabaya mumpung tertawa belum dilarang!," tuturnya.

Teater Gandrik, seperti biasanya, didukung sejumlah aktor gaek, dan penulis naskah yang memikat, seperti Agus Noor. Selain aktor Butet Kartaredjasa, dalam pertunjukan nanti, ilustrasi musik digarap musikus beken Djaduk Ferianto.




Gelaran musik jazz tahunan di Yogyakarta , Ngayogjazz akan digelar 16 November mendatang. Akan dimeriahkan oleh Didi Kempot

TRIBUNSTYLE.COM - Gelaran musik Jazz tahunan di Yogyakarta , Ngayogjazz kembali digelar Sabtu, 16 November mendatang.

Ngayogjazz tahun ini digelar di Dukuh Kwangon, Desa Sidorejo, Kecamatam Godean, Kabupaten Sleman, Yogyakarta .

Event yang sudah digelar sejak 2007 ini diadakan setahun sekali dan berpindah-pindah tempat, dan selalu menempati desa wisata di wilayah DIY.

• Hari Jazz Internasional - Benarkah Musik Jazz Dapat Meningkatkan Kreativitas? Ini Jawaban Ilmiahnya

Djaduk Ferianto selaku ketua dari Ngayogjazz mengatakan, tujuan utama diselenggarakan Ngayogjazz 2019 adalah untuk memberdayakan masyarakat di sekitar tempat diadakannya event.

“Dengan adanya Ngayogjazz ini diharapkan bisa menggerakkan ekonomi masyarakat. Dan jika tidak ada halangan acara ini nanti akan dibuka oleh bapak Gubernur DIY,"ujar Djaduk, seperti dikutip dari Tribun Jogja.

Maka dari itu, desa wisata dipilih untuk event Ngayogjazz ini.

Tema yang diangkat untuk Ngayogjazz tahun ini adalah 'Satu Nusa, Satu Jazznya'

Ngayogjazz kali ini menampilkan sederet musisi jazz dari Indonesia maupun mancanegara.

Musisi yang akan tampil di Ngayogjazz 2019 antara lain adalah Idang Rasjidi, Indro Hardjodikoro, Dewa Budjana , Mus Mujiono dan masih banyak lagi.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply