Contact Form

 

Peringatan Hari Bumi 2019, Berikut 6 Seleb Indonesia yang Aktif Kampanyekan Kelestarian Lingkungan


TRIBUNKALTIM.CO - Hari ini merupakan momen spesial yaitu peringatan Hari Bumi Sedunia, Senin (22/4/2019) Peringatan Hari Bumi atau Earth Day telah dirayakan rutin setiap tahunnya tepatnya tanggal 22 April. Hari Bumi pertama kali diperingati pada tahun 1970. Ide awal terbentuknya Hari Bumi terinspirasi oleh banyaknya protes dan demonstrasi dari pelajar di Amerika Sertikat terkait kecamuk perang di Vietnam. Pada momen peringatan Hari Bumi sendiri digunakan sebagai penanda gerakan peduli lingkungan modern. Setiap Hari bumi banyak dari berbagai kalangan dan gerakan yang gencar untuk menyadarkan betapa pentingnya menjaga kelestarian alam. Meningkatkan kesadaran manusia akan kelestarian alam wajib dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Bukan tanpa sebab, pasalnya kini gejala-gejala global warming kian kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu penting untuk menumbuhkan sikap kesadaran manusia untuk mengajak masyarakat ikut dalam aksi nyata untuk menjaga kelestarian lingkungan beserta isinya. Nah, berkaitan dengan perayaan Hari Bumi , tahukah Anda terdapat sejumlah selebriti Indonesia yang diketahui menjadi aktivis lingkungan . Pada artikel berikut TribunKaltim.co telah menghimpun dari berbagai sumber, 6 seleb yang menjadi aktivis lingkungan . 1. Hamish Daud




Peringatan Hari Bumi di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), diwarnai aksi teatrikal. Para aktivis memainkan aksi tentang lingkungan hidup, kondisi bumi dan alam saat ini. Aspirasi dituangkan dalam aksi teatrikal di jalanan, kawasan Armadidi. Mereka menceritakan tentang bumi yang semakin hari semakin rusak akibat perbuatan tangan-tangan Manusia. "Ini aksi peringati Hari Bumi se-Dunia, kami mengharapkan pemerintah secara nasional bisa turut memperhatikan kondisi bumi dan alam dalam pembangunan demi kemajuan bersama", ungkap Aryanti Rahman, di lokasi, (22/4/2019).

Foto: Peringatan hari bumi di Manado (Michelle-detikcom) Aksi solidaritas ini diikuti dari berbagai elemen komunitas di antaranya Pecinta Alam, Asosiasi Lembaga Bantuan Hukum, Tunas Hijau, Mahasiswa, warga Sipil dan Organisasi Masyarakat Adat. Dalam aksinya, mereka menilai, manusia tidak bertanggung jawab dengan buang sampah sembarang, merusak dan meraup hasil sumber daya alam tanpa pengkajian lingkungan hidup yang semestinya dengan dalih pembangunan. Humas aksi solidaritas peringati hari bumi mengungkapkan maksud dan tujuannya diadakan aksi ini khusus untuk mengajak setiap orang sekitar untuk sama-sama merawat bumi. Dalam aksi ini juga membagikan selebaran yang berisikan tentang lingkungan hidup dan kerusakan alam, dengan tujuan masyarakat bisa turut andil dalam merawat bumi.




Aktivis dari berbagai komunitas di Banda Aceh memperingati hari bumi dengan berkeliling sejumlah ruas jalan. Mereka menyerukan penyelamatan empat satwa kunci yang terancam punah. Aksi Global March for Elephants, Tigers, Rhinos and Orang utan dimulai dari Taman Sari, Banda Aceh, Aceh, Senin (22/4/2019). Para peserta aksi lintas komunitas ini mengecat wajah dan mengenakan topeng gajah, harimau, orang utan dan badak. Mereka juga membawa beberapa poster berisi seruan penyelamatan hutan, bumi dan satwa. Massa kemudian long march mengitari sejumlah ruas jalan protokol dan berakhir di depan Masjid Raya Baiturrahman, Aceh.

Aksi ini menarik perhatian pengguna jalan. Sejumlah polisi mengawal massa pejalan kaki ini hingga tiba di lokasi terakhir long march "Kita harus ambil bagian dari aksi masyarakat dunia untuk menyerukan penyelamatan spesies satwa dari ancaman kepunahan. Sebagai daerah yang masih memiliki satwa langka seperti harimau, badak, gajah dan orang utan, penting kita mengingatkan semua orang untuk ambil aksi untuk menyelamatkan satwa-satwa kita," kata Koordinator Parade Hari Bumi, Nuratul Faizah kepada wartawan. Aksi peringatan hari bumi ini bertepatan dengan aksi Global March untuk Gajah, Harimau, Badak dan Orang Utan yang juga dilakukan serentak di banyak negara. Di Banda Aceh aksi digelar karena dalam beberapa waktu terakhir banyak kasus pembunuhan satwa dilindungi. Faizah mencontohkan seperti pembunuhan gajah jinak Bunta di Aceh Timur dan penganiyaan Orang Utan Hope. Dua kasus tersebut menyita perhatian publik dan pelaku diminta ditindak tegas. "Kasus ini bisa menjadi preseden buruk bagi negara kita dalam membuktikan komitmennya untuk menyelamatkan satwa yang dilindungi. Untuk itu kita harus menunjukkan sikap kita bahwa kita ingin kasus-kasus pembunuhan satwa dihentikan dan ditindak secara hukum," jelas Faizah. Faizah mengajak semua pihak mulai peduli terhadap nasib satwa-satwa yang terus diburu di alam liar untuk diperdagangkan secara ilegal. Aceh merupakan salah satu pemasok satwa-satwa yang diperdagangkan di kota-kota besar dan hingga keluar negeri. "Jika satwa kita habis, yang rugi adalah kita, karena keseimbangan ekosistem akan terganggu, tak ada lagi penyebar bibit di hutan. Tinggal kita menunggu bencana datang," bebernya.




Jakarta detikNews - Sejumah aktivis peduli lingkungan menggelar aksi Hari Bumi di Jakarta. Mereka berkeliling membawa spanduk dan sejumlah atribut.

Sejumlah aktivis menggelar peringatan Hari Bumi di kawasan Jakarta, Senin (22/4/2019).

Barisan Advokat Indonesia (BADI) melaporkan komisioner KPU Ilham Saputra ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum (DKPP). Apa tuduhannya?

Cawapres Sandiaga Uno menggelar rapat bersama para jubir di media center BPN, Jakarta. Disana Sandi terlihat sangat semringah.

Ketua KPU Jabar Rifqi Ali Mubarok menyatakan ada dua TPS di Kabupaten Pangandaran harus melaksanakan coblos ulang atau pemungutan suara ulang (PSU).




Bisnis.com, JAKARTA – Memperingati Hari Bumi yang jatuh pada hari ini (Senin, 22/4/2019) Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengingatkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama untuk menjaga stabilitas bumi.

Hal itu disampaikan Menteri melalui media sosial instgram. "Selamat Hari Bumi, Sungguh masih banyak pekerjaan yang perlu kita selesaikan bersama untuk menjaga bumi tempat kita hidup," tulis Siti di akun instagram resminya @siti.nurbayabakar.

Tak lupa, Siti mengucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang dinilainya telah memberikan perhatian dalam upaya-upaya penyelamatan bumi.

Dia juga mengingatkan agar masyarakat Indonesia mau untuk bergotong-royong dalam rangka memelihara bumi bersama. "Semoga niat baik, upaya dan kerja keras ini mendapatkan ridha Allah SWT. Let us do our best for our Country, for the earth," tandasnya.

Sebelumnya pada momentum Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2019 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan Gerakan Indonesia Bersih.

Gerakan Indonesia Bersih diharapkan dapat mendorong peningkatan kerjasama antar sektor dan peningkatan kinerja pemerintah daerah dalam upaya-upaya pengelolaan sampah, baik peningkatan sarana dan prasarana maupun mendorong partisipasi publik.


Skenario 1. Tuntutan di Pengadilan Tuhan

Saya tahu surat ini tak bakal bisa dibaca oleh kalian semua. Kalian sudah mati dalam kondisi yang jauh lebih baik dari kehidupan kami sekarang. Tapi dalam kegerahan luar biasa yang kami rasakan, saya merasa harus menuliskannya sekarang, di Hari Bumi 2050 ini, supaya ketika kita berjumpa di akhirat kelak, saya pastikan akan menuntut kalian di hadapan Pengadilan Tuhan dengan apa yang saya tuliskan ini.

Kalian punya semua kesempatan. Pengetahuan, teknologi, kekayaan ekonomi untuk menyelamatkan kehidupan. Tetapi kalian semua pemalas. Kalian memilih untuk hidup dengan mudah, tak mau bekerja keras mewujudkan masa depan yang baik bagi kami. Kalian kerap berpidato soal betapa kalian mencintai kami, anak-cucu kalian. Dari apa yang kami saksikan dan alami sekarang jelaslah itu semua omong kosong. Cuma segelintir saja di antara kalian yang berusaha, dan itu tak ada artinya.

Bukankah kalian tahu dampak perubahan iklim sejak dekade 1990-an? Bukankah kepastian sains sudah sejelas itu di dekade 2000-an? Bukankah semua yang kalian butuhkan untuk mengatasinya tersedia di dekade 2010-an? Tetapi kalian diam. Kalian terpaku, seakan kalian tidak tahu apa-apa. Kalian terus menikmati kehidupan yang nyaman dengan mencuri sumberdaya yang seharusnya menjadi jatah kami, dan terus menerus membuang segala polutan di satu-satunya tempat tinggal kita.

Alih-alih bertindak menurunkan emisi gas rumah kaca secara cepat, kalian malah terus-menerus menghamburkannya ke atmosfer. Kalian seperti orang yang lapar, dan satu-satunya makanan adalah batubara. Rasa dahaga kalian seperti hanya bisa dipuaskan dengan meminum minyak. Dan kalian seperti hanya bisa bernafas dengan gas. Bagaimana mungkin sumber-sumber energi kotor itu kalian tak gantikan sehingga naik terus sampai satu dekade lalu?

baca : Katowice, Janji Perubahan Iklim dan Nasib Generasi Mendatang

Kalian kotori Bumi ini dengan sampah plastik, yang kalian sadari telah mencekik seluruh makhluk. Ketika paus, lumba-lumba, dan penyu mati dengan plastik di dalam perut mereka, apa yang kalian pikirkan? Ketika mikroplastik sudah ditemukan di seluruh air yang kaliam minum sendiri, apa yang kalian lakukan? Kalian ejek teman-teman kalian yang mengkotbahkan penggunaan plastik yang bijak, kalian hinakan sahabat-sahabat kalian yang menyerukan ekonomi sirkular.

Tidakkah kalian merasakan panasnya kebakaran hutan dan sesaknya nafas lantaran asapnya? Mengapa kalian tetap saja membuka hutan dengan serampangan? Mengapa kalian tidak merestorasi kerusakan yang sudah kalian buat, padahal kalian sudah terus-menerus kekeringan dan kebanjiran? Kita tinggal di Indonesia, sebuah negeri tropis, yang mudah sekali mengembalikan kesuburan lahannya. Tetapi, apa yang kalian lakukan? Mana klaim keberhasilan penanaman yang kalian kerap nyatakan di berbagai seremoni itu? Hutan terus saja menghilang, dan kalian terus-menerus mengklaim keberhasilan?

Ke mana larinya rasionalitas kalian ketika racun-racun kimiawi kalian terus gelontorkan, menghancurkan kesuburan lahan, meracuni tanah dan air? Mengapa kalian tak bisa mengubah pertanian menjadi benar-benar berkelanjutan ketika seluruh teknologinya sudah tersedia sejak lama? Mengapa kalian membuat hasil-hasil pertanian organik begitu mahalnya padahal input yang dipergunakan jauh lebih sedikit? Ketika tanah menjadi kering, keras, dan hilang nutrisinya, mengapa kalian tinggalkan begitu saja ketika teknologi untuk menyuburkannya kembali sudah kalian tahu?

Kalian tahu berapa kandungan Gas Rumah Kaca di atas atmosfer sekarang? Kalian tahu berapa jumlah ppm-nya di atas 350, yang aman buat kita semua? Model yang kalian punya sudah meramalkannya kalau kalian melakukan business as usual, dan kalian malah memilih itu! Kalian tahu betapa sering banjir dan kekeringan yang kami alami? Kalian tahu berapa persen populasi yang menjadi pengungsi perubahan iklim? Kalian tahu berapa penurunan populasi ikan di laut? Kalian sadar berapa jumlah spesies yang hilang di darat dan di laut akibat pilihan kalian? Kalian semua sudah meramalkannya, dan malahan seperti memiliki determinasi untuk mewujudkannya!

Dua puluh tahun lampau, ketika SDGs berakhir, tak satupun Tujuan kalian penuhi. Itulah rapor kalian yang memalukan! Bisakah kalian menatap wajah anak-cucu kalian dengan bangga? Tentu kalian tak bisa melakukannya. Kalian, yang mewariskan kepada kami Bumi yang centang perenang ini, tentu cuma bisa tertunduk malu. Dan kami tahu, ada di antara kalian yang bahkan tahu malupun tidak. Demi Tuhan, saya dan generasi saya bakal menuntut kalian semua di akhirat kelak. Kesengsaraan kalian di akhirat adalah buah yang kalian akan petik lantaran kesengsaraan yang kalian timpakan kepada kami, padahal kalian memiliki kesempatan panjang untuk memperbaiki diri.

baca juga : Akankah Ekonomi Hijau Terwujud?

Skenario 2. Terima Kasih Tak Terhingga

Siapapun tak bisa tidak bersyukur di Hari Bumi 2050 ini. Kami menikmati udara yang sedemikian segarnya. Saya baru saja memeriksa data time series mutu udara, dan mendapati bahwa sejak tahun 2025, seperempat abad yang lalu, udara terus membaik. Tahun ini adalah udara dengan mutu yang terbaik, dan trajektorinya jelas menunjukkan bahwa tahun depan mutu udara akan menjadi lebih baik lagi.

Begitu juga yang terjadi dengan konsentrasi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Tahun 2028 adalah tahun di mana konsentrasinya memuncak, lalu relatif mendatar selama empat tahun, dan setelahnya menurun. Yang paling membanggakan, penurunan setelah 2032 itu benar-benar curam. Tampaknya semua negara berlomba-loma menurunkan emisi dari energi, lahan dan sumber-sumber lainnya. Perlombaan kebajikan benar-benar mereka lakukan, dengan penuh kegembiraan.

Bukan saja kemajuan dalam mitigasi yang generasi orangtua dan kakek kami lakukan, melainkan juga dalam adaptasi. Adaptasi dalam, itu istilah yang mereka pergunakan untuk menggambarkan upaya sungguh-sungguh agar membuat kehidupan manusia tahan terhadap berbagai dampak perubahan iklim. Memang, bencana-bencana iklim terus terjadi sebagai dampak dari kenaikan konsentrasi Gas Rumah Kaca selama beberapa dekade sebelum mitigasi berhasil, tetapi dengan ketangguhan yang dibangun lewat upaya-upaya adaptasi itu, umat manusia akhirnya bisa meminimumkan dampak buruk yang tadinya sangat dikhawatirkan.

Pertanian, misalnya, kini tak lagi perlu menyebutkan kata ‘berkelanjutan’ di belakangnya, lantaran—sama dengan seluruh sektor industri—hanya itulah satu-satunya bentuk pertanian yang dilakukan umat manusia. Tak ada lagi pupuk dan pestisida yang menggerus kesuburan, yang ada adalah tambahan hara yang mengembalikan bahkan meningkatkan kesuburan lahan. Hasil-hasil penelitian pertanian itu benar-benar diaplikasikan di seluruh dunia bahkan sebelum tahun 2025. Kalau dahulu, saya baca, ada 800 juta hingga 1,2 miliar orang yang kelaparan dan bergizi buruk, angka itu sudah jauh menurun, dan benar-benar hilang di tahun 2037.

Soal kelaparan itu, selain produksi pertanian yang melesat dengan semua teknik yang (kalau di masa lalu dilabel sebagai) berkelanjutan itu, tak ada lagi yang namanya food loss dan food waste. Sekitar 30 tahun lampau, penduduk Bumi memang aneh, ada sebegitu banyak orang yang kelaparan dan bergizi buruk, tapi mereka malahan membuang sekitar 30% dari makanan yang diproduksi. Untungnya hal itu terhenti bersama-sama dengan pemanfaatan teknologi pertanian yang jauh lebih baik itu. Pada mulanya memang masih ada yang ‘terbuang’, tetapi logika ekonomi sirkular yang tetiba menjadi sangat popular membuat semuanya dimanfaatkan sebagai bahan penyubur tanah, energi, serta pemanfaatan lainnya.

baca juga : Ini yang Dilakukan Warga Pinggiran Hutan Maknai Hari Bumi

Sampah non-organik juga demikian. Plastik memang masih dimanfaatkan, tetapi seluruhnya tidak lagi berasal dari virgin material. Semuanya hasil daur ulang. Bahkan, sebagian di antaranya terus jadi material yang lebih tinggi pemanfaatannya, alias up-cycle, sejak 20 tahunan lampau. Industri pengolahan sampah elektronik mulai muncul secara massif lebih dari 30 tahun lampau, tapi benar-benar menjadi industri yang menyelamatkan dunia sepuluh tahun kemudian. Barang-barang kemudian menjadi sangat awet dan ketika masa hidupnya habis, semua diambil oleh produsennya, dan konsumen bisa mendapatkan barang yang baru.

Apa yang membuat itu semua terjadi? Banyak yang menjawab lantaran Revolusi Industri 4.0 yang jadi tonggak penting di tahun 2025. Tetapi, berbeda dengan yang kebanyakan orang pikir sebelum tahun 2020, penekanannya bukan semata pada teknologi-teknologi yang muncul, melainkan pada bagaimana teknologi yang muncul itu bisa dimanfaatkan untuk kebaikan seluruh dunia, bukan cuma buat para pemilik modal dan pencipta teknologi itu. Masyarakat 4.0, begitu yang mereka sebut, adalah masyarakat yang bertindak untuk maslahat kolektif. Bukan cuma buat segelintir orang, bukan hanya untuk warga negara masing-masing, melainkan benar-benar untuk seluruh dunia.

Lantaran cara berpikir yang demikian, irasionalitas gila pertumbuhan tak lagi jadi panduan pembangunan. Pertanyaan persentase pertumbuhan ekonomi tak lagi pernah terdengar. Yang ada adalah dialog nasional dan global soal keberhasilan penurunan ketimpangan, persen peningkatan kesejahteraan kelompok rentan, persen penurunan ignoransi, penurunan ppm konsentrasi gas rumah kaca, peningkatan mutu udara, persen pertumbuhan kawasan hutan, dan lain-lain. Mereka, orang dewasa yang hidup di dekade 2020-an, mulai sadar penuh bahwa kualitas kehidupan itu sebetulnya jauh lebih ditentukan oleh indikator-indikator yang tadinya ditaruh di bawah pertumbuhan ekonomi. Dan karena itulah, saya pikir, kehidupan benar-benar menjadi lebih baik mulai dekade itu.

Ya Tuhan, dalam basuhan air wudhu luar biasa segar yang saya rasakan barusan, pada Hari Bumi ini saya bersaksi bahwa generasi orangtua dan kakek kami adalah generasi yang baik. Mereka menyingkirkan ego mereka semua, bersikeras hanya menghadirkan bentuk-bentuk ekonomi yang regeneratif, untuk menghadirkan masa depan terbaik bagi kami semua. Lindungilah mereka semua dari siksa-Mu di akhirat, berikanlah surga-Mu yang tertinggi kepada mereka yang telah memberikan warisan tak ternilai kepada kami.

***

Dalam buku Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed, Jared Diamond menegaskan bahwa perilaku manusia terhadap alam (juga masyarakat dan ekonomi) mencerminkan pilihan yang mereka ambil. Pilihan tersebut akan menentukan gagal atau suksesnya manusia untuk melanjutkan kehidupannya. Kalau Diamond mendasarkan pemikirannya itu lewat contoh masyarakat dalam skala kecil, peraih penghargaan Nobel, Paul Crutzen, menciptakan istilah Antroposene untuk menggambarkan bahwa Bumi sudah tiba pada masa di mana manusialah yang menentukan nasib segala hal, termasuk nasib manusia sendiri.

Gagal atau suksesnya manusia tidak lagi terjadi dalam skala terbatas, sebagaimana yang digambarkan Diamond, melainkan dalam skala global. Kini, kita ada dalam posisi bisa memilih masa depan kita sendiri, yang merentang dari versi distopia hingga utopia. Selamat Hari Bumi 2019. Selamat memilih masa depan.

*Jalal, Reader on Corporate Governance and Political Ecology Thamrin School of Climate Change and Sustainability. Artikel ini merupakan opini penulis.

(Visited 1 times, 485 visits today)


Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi rap Lil Dicky merilis lagu baru berjudul "Earth" Pada 19 April 2019. Lagu ini terbilang unik ketimbang karya-karya sebelumnya. Pasalnya, lirik yang ditulis tak lagi tentang wanita, tapi untuk memperingati  Hari Bumi Sedunia.

Video lagu "Earth" berhasil menjadi trending di seluruh dunia dengan konsep animasi CGI (Computer-Generated Imagery) nan lucu. Lagu ini melibatkan 30 artis papan atas dunia. Mereka tak hanya menyambut Hari Bumi , namun juga memiliki kepekaan terhadap isu-isu lingkungan yang menimpa seluruh belahan Bumi.

Sebut saja di antaranya Justin Bieber, Ariana Grande, Halsey, Hailee Steinfeld, Wiz Khalifa, Snoop Dogg, Kevin Hart, Adam Levine, Shawn Mendes, Charlie Puth, SIA, Miley Cyrus, Rita Ora, Katy Perry, Ed Sheeran, Meghan Trainor, John Legend, Backstreet Boys, Bad Bunny, hingga Psy.

Bahkan, lagu yang memperingati Hari Bumi ini juga melibatkan Backstreet Boys dan Leonardo DiCaprio. Selain DiCaprio, Kevin Hart, dan Lil Dicky, para penyanyi lain memerankan karakter bukan manusia seperti hewan, tumbuhan, hingga Bumi.




TRIBUNPAREPARE.COM, UJUNG -Dalam rangka Peringatan Hari Bumi , penggiat lingkungan di Kota Parepare menggelar aksi penanaman mangrove disekitaran pantai Parepare .

"Kita ambil tema Hari Uumi yakni 'Bumi Butuh Solusi Bukan Polusi'. Kami melakukan aksi nyata dengan melakukan penanaman pohon mangrove ,"ungkap Penggiat Lingkungan Parepare , Amri Kalbu, Senin siang (22/4/2019).

Salah satu tujuan aksi nyata dalam rangka Hari Bumi ini, kata Amri yakni untuk memberi kesadaran bahwa laut bukan tempat membuang sampah.

Baca:   Lepas 10 Peserta STQH XXXI, Bupati Toraja Utara Minta Tampil Baik dan Jaga Kesehatan

Baca:   Pasca Pemilu 10 PPS di Jeneponto Jatuh Sakit Karena Kelelahan

Baca:   Bupati Luwu Utara Keliling Pantau Perhitungan Suara Pemilu di Kecamatan

"Masyarakat harus bersama-sama ikut melindungi laut khususnya dari sampah plastik,"terang Ketua Badan Lingkungan Hidup (BLH) MPC Pemuda Pancasila Parepare ini.

Ia mengungkapkan, sampah di laut sebagian besar berasal dari daratan. "Laut adalah masa depan anak cucu kita, mari kita melindingi spesies kita, lindungi Bumi,"ujarnya.

"Hari ini Hari Bumi Sedunia, marilah kita semua ambil bagian dari solusi bukan bagian dari polusi,"kata dia.

Penggiat lingkungan Parepare selama ini khususnya dibawah koordinir Amri Kalbu aktif bergerak dalam sejumlah kegiatan lingkungan.

Sebelumnya, pada Hari Air Sedunia, Amri bersama puluhan anak muda Parepare juga turun melakukan penyelamatan mata air.

Penyelamatan mata air ini dipusatkan di Bukit Mareso, Kelurahan Lemoe, Kecamatan Bacukiki.

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:




Jakarta, CNN Indonesia -- Pariwisata  adalah salah satu ranah yang paling rentan terhadap isu-isu terkait lingkungan, entah itu perubahan iklim hingga pemanasan global. Itu sebabnya cukup banyak traveler yang sangat peduli terhadap apa yang terjadi dengan bumi . Salah satu momentum yang kerap dimanfaatkan oleh para traveler untuk mewartakan terkait kondisi bumi, adalah hari bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April. Meskipun sebenarnya banyak di antara mereka yang menyuarakan kegelisahan yang sama setiap saat, entah dalam bentuk tulisan hingga audio visual, namun hari bumi adalah 'gong' untuk menyuarakan. Berikut adalah 5 hal yang sebaiknya dilakukan traveler saat hari bumi. Tujuannya hanya satu yakni membangun kesadaran masyarakat agar untuk lebih peduli terhadap kondisi bumi.

Hindari penggunaan plastik Dampak negatif kantong plastik sudah menjadi pengetahuan dasar bagi para traveler. Tidak ada toleransi untuk kantong plastik, khususnya bagi mereka yang mengaku traveler bertanggung jawab. Bijak menggunakan air Salah satu langkah kecil namun signifikan untuk merawat bumi adalah hemat air. Shower adalah aktivitas yang sebaiknya tidak usah dilakukan agar sumber air di bumi tidak segera mengering. Mengurangi konsumsi daging Meskipun terdengar agak berkampanye untuk hidup anti daging, namun tujuan dari tindakan ini adalah mengurangi emisi yang dihasilkan oleh peternakan-peternakan skala besar atau kecil. Terus berbicara Meskipun tidak perlu diterjemahkan secara harfiah, namun hal ini harus terus menerus dilakukan oleh para traveler. Tanpa mengenal kata bosan. Mereka yang lihai membuat video bisa mengemasnya dalam bentuk audio visual, sedangkan mereka yang pandai menulis bisa membuat narasi yang ciamik. Singkatnya, sesuaikanlah dengan kemampuan dan minat dengan tujuan pesannya tersampaikan dengan baik. Hemat energi Sebagai traveler yang bertanggung jawab, hemat energi adalah bagian dari gaya hidup yang tidak boleh diabaikan. Meskipun berada di lingkungan yang mudah untuk mengakses listrik, bukan berarti menyia-nyiakan listrik lantas menjadi pengecualian. Banyak cara yang bisa dilakukan terkait pola hidup hemat listrik, mulai dari mengganti lampu hemat energi, mencabut charger jika sudah tidak digunakan, hingga mengubah sumber listrik dengan energi alternatif. [Gambas:Video CNN] (agr)




Liputan6.com, Jakarta Warga Surabaya menerima pembagian ratusan bibit tanaman dari masyarakat dalam rangka hari bumi. Diharapkan warga akan kembali melakukan penghijauan di lingkungannya.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply