Contact Form

 

Ramai #YangGajiKamuSiapa, Menkominfo Rudiantara Kaget


Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika ( Menkominfo ) Rudiantara angkat bicara mengenai keriuhan tagar #YangGajiKamuSiapa. Ia kaget pernyataannya itu jadi ramai. "Saya kaget kenapa jadi begitu. Ini kan hanya soal memilih warna desain, tidak dikaitkan dengan pilpres ," ujar Menkominfo Rudiantara saat dihubungi detikINET, Jumat (1/2/2019).

Tagar #YangGajiKamuSiapa merujuk pada sebuah pernyataan Rudiantara dalam acara beserta seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) instansinya di Hall Basket Senayan, Kamis (31/1) kemarin. Saat itu Menkominfo berusaha melibatkan para pegawainya untuk terlibat memilih desain terkait sosialisasi Pemilu 2019 yang nantinya akan dipasang di gedung Kominfo, seperti halnya pada ajang Asian Games 2018. Ketika itu ada dua desain yang jadi pilihan dan diberi nomor 1 dan 2. Seakan mengetahui penomoran tersebut bisa disalahartikan, Menkominfo mengingatkan hal ini tak ada kaitannya dengan pemilu, sampai juga terucap kalimat yang kini ramai jadi tagar. Tonton video: Rudiantara Minta #YangGajiKamuSiapa Tidak Dipolitisasi [Gambas:Video 20detik] Menkominfo pun kini kembali menegaskan bahwa dalam acara tersebut ia tidak memanggil satu orang, melain dua ASN terkait pemilihan desain sosialisasi yang nantinya akan dipajang di gedung Kominfo. "Ini soal milih desain, bukan dikaitkan dengan pilpres," tegasnya. Tonton juga video 'Viral #YangGajiKamuSiapa, Ini Klarifikasi Kemkominfo': [Gambas:Video 20detik] (agt/krs)




Pernyataan Menkominfo Rudiantara yang menyindir pegawainya soal pemberi gaji menuai kontroversi. Politikus Partai Gerindra Andre Rosiade menilai Rudiantara emosi lantaran pegawainya disebutnya banyak yang memilih nomor 02. "Terlihat emosi ya bahwa ternyata mayoritas pegawai Kominfo pilih 02 sehingga dia emosi. Jadi ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula," kata Andre kepada wartawan, Jumat (1/2/2019). Pernyataan Rudiantara bermula saat dia meminta pegawainya memilih satu di antara dua desain stiker, Kamis kemarin (31/1). Konteksnya sebetulnya bukan mengenai pilihan di Pilpres 2019, melainkan memang melalui voting sorakan terdengar lebih banyak yang memilih desain nomor 2 yang berwarna putih.

Singkat cerita, dia seakan-akan tidak terima dengan jawaban salah satu pegawainya yang memilih desain nomor 2 karena menurutnya menjurus ke nuansa pilihan pilpres. Saat pegawainya itu kembali ke tempat, terlontarlah kalimat yang kemudian jadi viral di media sosial menjadi ' yang gaji kamu siapa '. Kebetulan di Pilpres 2019, pasangan nomor 02 adalah Prabowo Subianto-Sandiaga Uno . Sedangkan Presiden Jokowi yang merupakan petahana dan berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin mendapat nomor urut 01. Tonton video: Rudiantara Minta #YangGajiKamuSiapa Tidak Dipolitisasi [Gambas:Video 20detik] "Yang gaji kan bukan pemerintah, tapi gaji PNS didapatkan dari pajak negara dan pendapatan negara, intinya uang negara. Namun ini menunjukkan Rudiantara mendapatkan kejadian sangat memalukan," ungkap Andre yang juga juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi. Menurut Andre, Rudiantara agaknya mau membangun narasi bahwa pegawainya mayoritas mendukung Jokowi. Namun tak disangka, kata Andre, justru kebanyakan yang bersorak memilih nomor 2. "Ternyata di luar ekspektasi mayoritas dukung Prabowo, lalu marah kepada ibu-ibu, itu pelanggaran," kata Andre.




TEMPO.CO , Jakarta - Pelaksana tugas Kepala Biro Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kominfo ) Ferdinandus Setu menjelaskan konteks pertanyaan “Yang Gaji Ibu Siapa?” yang dilontarkan Menteri Kominfo Rudiantara kepada aparatur sipil negara. Persoalan ini ramai dibicarakan netizen setelah video Rudiantara yang menanyakan asal gaji tersebut viral di media sosial. Baca:  Cara Kominfo Manangkal 800 Ribu Berita Palsu terkait Pemilu 2019 "Menkominfo hanya ingin menegaskan bahwa ASN digaji oleh negara sehingga ASN harus mengambil posisi netral, setidaknya di hadapan publik," kata Ferdinandus dalam siaran tertulisnya, Jumat, 1 Februari 2019. Ferdinandus menjelaskan kronologinya bermula dari Rudiantara yang meminta masukan kepada semua karyawan tentang dua buah desain Sosialisasi Pemilu untuk Gedung Kominfo. Rudiantara meminta masukan dengan gaya pengambilan suara. Menurut Ferdinandus, semua berlangsung dengan interaktif dan antusias sampai ketika seorang ASN diminta maju ke depan. Selanjutnya, kata Ferdinandus, ASN itu menggunakan kesempatan itu untuk mengampanyekan nomor urut pasangan tertentu. "Padahal sebelumnya, Menkominfo sudah dengan gamblang menegaskan bahwa pemilihan tersebut tidak ada kaitannya dengan pemilu. Penegasan tersebut terhitung diucapkan sampai 4 kalimat, sebelum memanggil ASN tersebut ke panggung," katanya. Ferdinandus menuturkan, zooming video hasil rekaman menunjukkan ekspresi Rudiantara terkejut dengan jawaban ASN, yang mengaitkan dengan nomor urut capres itu. Rudiantara juga menegaskan bahwa tidak boleh mengaitkan urusan ini dengan capres. Momen selanjutnya adalah upaya Rudiantara untuk meluruskan permasalahan desain yang malah jadi ajang kampanye capres pilihan seorang ASN di depan publik. "Terlihat bahwa ASN tersebut tidak berusaha menjawab substansi pertanyaan, bahkan setelah pertanyaannya dielaborasi lebih lanjut oleh Menkominfo," ucapnya. Rudiantara, kata Ferdinandus, merasa tak habis pikir mengapa ASN yang digaji rakyat atau pemerintah menyalahgunakan kesempatan untuk menunjukkan sikap tidak netralnya di depan umum. Dalam konteks inilah terlontar pertanyaan “Yang Gaji Ibu Siapa?”. Baca:  2018, Kominfo Terima 733 Aduan Konten Hoaks Disebar Via Whatsapp Ferdinandus menjelaskan, atas pernyataan “yang menggaji pemerintah dan bukan keyakinan Ibu”, “keyakinan” dalam hal ini bukanlah dimaksudkan untuk menunjuk pilihan ASN tersebut. Tetapi merujuk kepada sikap ketidaknetralan yang disampaikan kepada publik yang mencederai rasa keadilan rakyat yang telah menggaji ASN. "Dalam penutupnya sekali lagi Menkominfo menegaskan bahwa posisi ASN yang digaji negara/pemerintah harus netral dan justru menjadi pemersatu bangsa dan memerangi hoaks," kata dia.




Merdeka.com - Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara menyarankan agar beberapa perusahan Unicorn Indonesia mau menjajal pasar saham luar negeri dengan melakukan Initial Public Offering/IPO. Tindakan ini penting untuk menjadi modal bagi startup dalam negeri untuk naik level dari perusahaan bervaluasi USD 1 miliar (Unicorn) menjadi perseroan dengan nilai valuasi USD 10 miliar (Decacorn).

"Justru saya dorong yang namanya unicorn besar yang mau jadi decacorn ini berkiprah di internasional. Karena apa, penguasaan di internasional ini harus," tegas dia di Jakarta , Kamis (31/1).

Sebagai informasi, Indonesia saat ini memiliki 4 perusahaan berstatus Unicorn. Antara lain, Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

Rudiantara melanjutkan, perusahaan dalam negeri lebih berpeluang untuk mendapat dana modal besar bila membuka sahamnya di pasar internasional.

"Kalau mereka lepasnya 20 persen saja berarti sekitar USD 2 miliar. USD 2 miliar itu sama dengan sekitar Rp 28 triliun. Kalau dilepas di indonesia tidak ada pasar yang bisa nyerap Rp 28 triliun, harus di internasional," jelas dia.

Dia menilai, sulit untuk menemukan investor di pasar lokal yang mampu menyodorkan dana investasi segitu besarnya.

"Jadi strateginya memang unicorn Indonesia harus didorong ke internasional, agar presensi di internasionalnya pada saat listing itu sudah dikenal di internasional," ungkapnya.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply