Contact Form

 

Probosutedjo, Adik dari Soeharto Meninggal Dunia


Abi Sarwanto , CNN Indonesia | Senin, 26/03/2018 08:25 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Adik dari Presiden kedua RI Soeharto, Probosutedjo, dikabarkan meninggal dunia pada pagi ini. Hal itu dikonfirmasi dari salah satu staf putri mendiang Soeharto, Siti Hediyati Hariyadi alias Titiek Soeharto.

"Iya mas, pak Probosutedjo meninggal pagi tadi, dan ibu [Titiek Soeharto] sedang menuju Jogja [Yogyakarta] menghadiri pemakaman," demikian keterangan dari Dina, staf Titiek kepada CNNIndonesia.com , Senin (26/3). Belum ada konfirmasi lebih lanjut terkait penyebab serta waktu wafatnya Probosutedjo tersebut. CNNIndonesia.com masih mencari keterangan lebih lanjut terkait hal ini.

Probosutedjo lahir di Kemusuk, Bantul pada 1 Mei 1930. Sepanjang hidupnya, Probo dikenal sebagai seorang pengusaha ternama di Indonesia. (kid)




YOGYAKARTA , KOMPAS.com - Adik Presiden RI kedua Soeharto, Probosutedjo , tutup usia pada Senin (26/3/2018). Sosoknya meninggalkan kesan mendalam kepada sopir pribadinya di Yogyakarta , Bambang Sulistyo (62).

"Saya jadi driver sudah lama, sejak 1978. Kalau ke Yogya, saya yang ngantar ke mana-mana," ujar Bambang Sulistyo (62), saat ditemui Kompas.com di Ndalem Polowijan, Jalan Polowijan No 64, Kadipaten, Kraton, Yogyakarta, Senin.

Di mata Bambang, Probosutedjo merupakan pribadi yang santun. Probosutedjo, lanjut Bambang, selalu bersikap baik kepada dirinya meskipun dirinya hanya seorang sopir.

"Santun dan baik hati. Beliau tidak pernah ada istilah majikan dan pembantu, Saya sebagai driver ini dimanusiakan banget sama beliau," ungkapnya.

KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Bambang Sulistyo (62), sopir pribadi pengusaha Probosutedjo di Yogyakarta. Satu hal yang diingatnya tentang Probosutedjo sampai saat ini. Setiap kali akan mengantar, Probosutedjo selalu menanyakan dirinya sudah sarapan atau belum.

"Beliau setiap pagi selalu bertanya, 'sudah sarapan belum? Jangan sampai lupa makan'. Kalau lagi di hotel pun, beliau tidak lupa bertanya juga, disuruh sarapan," tuturnya.

(Baca juga: Probosutedjo Akan Dimakamkan di Samping Makam Ayahnya ) Selain itu, di mata Bambang, Probosutedjo merupakan pribadi yang dermawan. Menurut dia, majikannya itu tidak pernah pilih-pilih dalam menolong. "Saya tidak melebih-lebihkan, tetapi memang Beliau suka menolong masyarakat. Tidak pilih-pilih dan tidak perhitungan kalau menolong, sikap ini yang membuat saya sangat kagum dengan beliau," ungkapnya.

Jenazah Probosutedjo disemayamkan di rumahnya di Ndalem Polowijan, Jalan Polowijan No 64, Kadipaten, Kraton, Yogyakarta. Setiap kali ke Yogyakarta, lanjut Bambang, Probosutedjo selalu singgah di Ndalem Polowijan. "Setiap ke Yogyakarta pasti singgah di sini (Ndalem Polowijan). Terakhir ke sini itu sekitar tiga bulan lalu," ucapnya. Pengusaha yang lahir di Yogyakarta 1 Mei 1930 ini pun sering membuat acara makan-makan di Ndalem Polowijan.

"Ya mengundang untuk makan-makan, pernah reunian teman sekolah, pernah mengundang akademisi, pokoknya makan-makan sambil cerita-cerita santai," tegasnya. Tak hanya itu, warga masyarakat pun diundang datang ke Ndalem Polowijan untuk ikut makan-makan. Probosutedjo bahkan pernah memanggil 100 angkringan untuk melayani tamu dalam acara makan-makan. "Beliau memesan 100 angkringan, disini sampai penuh warga masyarakat. Sangat perhatian, saya ingat waktu itu beliau berpesan jangan sampai ada warga yang tidak kebagian," tegasnya. Pengusaha Probosutedjo meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Senin (26/3/2018) pagi. Jenazahnya sempat disemayamkan di rumah duka di Jalan Diponegoro No 20, Jakarta Pusat, sebelum dibawa ke Yogyakarta untuk dimakamkan di pemakaman keluarga di Kemusuk.




TRIBUNNEWS.COM, JAKARTa - Tanggal 26 Maret, menjadi hari bersejarah dan kelabu bagi keluarga Soeharto.

Mengapa? Pada tanggal 26 Maret 1968, Soeharto dilantik menjadi Presiden RI ke 2 menggantikan Presiden Soekarno.

Sebelum menjadi Presiden, Soeharto pada hari Minggu 12 Maret 1967, dilantik sebagai Pejabat Presiden RI.

Pelantikan ini merupakan pelaksanaan dari Ketetapan MPRS No. XXXIII/1967 yang menetapkan mencabut kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Soekarno.

Ketetapan ini selanjutnya menetapkan mengangkat Pemegang Ketetapan MPRS No. IX/1966, Jenderal Soeharto, sebagai Pejabat Presiden sampai dipilihnya Presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.

Sementara itu, dalam pidato sambutannya setelah dilantik menjadi Pejabat Presiden, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa apa yang telah dicapai melalui Sidang Istimewa MPRS adalah kemampuan mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat yang dilaksanakan oleh MPRS sebagai penyelenggara tertinggi penjelmaan rakyat dan pemegang kedaulatan rakyat.

Diharapkan pula perlunya melaksanakan ketentuan-ketentuan UUD 1945 untuk mencegah kesewenang-wenangan penguasa rakyat.

Baca: 9 TKI Asal Jatim Tidak Diketahui Rimbanya di Arab Saudi

Dan Senin pagi hari ini (26/3/2018), Probosutedjo, adik Soeharto meninggal dunia di Jakarta. Jenazah akan dimakamkan di Yogyakarta.

Probosutedjo, lahir di Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, 1 Mei 1930. Ia adalah seorang pengusaha Indonesia yang sukses.

Mempunyai Yayasan Menara Bhakti, Pemilik Universitas Mercu Buana, Universitas Mercu Buana Yogyakarta dan salah satu pendiri Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia.

Ia juga adalah adik seibu mantan presiden Indonesia, Soeharto.




TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Probosutedjo dilahirkan di Desa Kemusuk, Yogyakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 1 Mei 1930.

Beliau adalah anak kelima dari delapan kakak beradik. Bapaknya bernama Atmoprawiro dan ibunya bernama Soekirah. Berikut penuturan Probostedjo soal Soeharto seperti dilansir hmsoeharto.com.

"Kita sebenarnya punya kakak satu lagi. Ya Mas Harto itu. Ibu bilang begitu. Itu kalimat kakak saya yang nomor tiga, Mbakyu Basirah, yang masih saya ingat betul hingga kini.

Kalimat itu terucap pada tahun 1936,saat usia saya 6 tahun. Ucapan mbakyu saya memancing kening berkerut.

Setahu saya itu, kakak saya hanya tiga orang. Sukiyem yang sudah almarhum, Sucipto,dan Basirah sendiri. Mana ada seorang kakak lagi? Saya tidak pernah melihatnya ada di rumah."

“Mas Harto?” saya mengulang pertanyaan dengan lugu. Pikiran kanak-kanak saya segera menjelajah. Berusaha mengetahui siapa pemilik nama itu.

Baca: Kehebatan Wiljan Pluim Pukau Pelatih Asal Italia

“Yang kadang mampir ke rumah kita itu lho. Yang dari Wuryantoro,” kata Mbakyu Basirah lagi, mencoba mengingatkan saya.

Saya masih tidak bisa membayangkan wajah siapa pun. Waktu kemudian bergulir. Dan akhirnya sosok itu datang lagi ke rumah kami di Kemusuk.

Perlahan-lahan saya bisa mengingat bahwa dia memang pernah ke rumah kami, tapi jarang sekali.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply