Contact Form

 

Menengok Nasib Driver Uber Pasca Dibeli Grab


Nantikan Uber dan Grab bersatu untuk memberikan layanan yang terbaik di Indonesia dan Asia Tenggara.

Sementara transisi penyatuan layanan berlangsung, kami memahami apabila ada pertanyaan ingin kamu sampaikan. Silakan klik salah satu tombol di bawah ini atau klik di sini untuk info lanjut.




Jakarta - Akuisisi yang dilakukan Grab kepada operasional Uber di Asia Tenggara tidak hanya memengaruhi bisnis kedua belah pihak, namun juga para pengemudi yang tergabung di dalamnya. Keputusan Grab dalam membeli unit bisnis Uber di Asia Tenggara menyisakan tanda tanya mengenai nasib para pengemudi mereka Indonesia. Untuk menghindari perdebatan, pihak Grab pun sudah memberikan keterangan resmi mengenai nasib driver di kedua belah pihak. Perusahaan yang berkantor pusat di Singapura ini menyebutkan bahwa dalam waktu dekat tidak akan ada perubahan berarti yang terjadi. Masing-masing pengemudi Grab dan Uber dapat mengambil pesanan perjalanan seperti biasa. Untuk driver Uber, aplikasi yang mereka gunakan masih akan aktif dalam waktu dua minggu ke depan hingga 8 April 2018. Selama periode tersebut, Grab menyebutkan bahwa pihak Uber masih bertanggung jawab dalam membayarkan setiap tarif dan insentif terkait perjalanan yang telah diselesaikan menggunakan aplikasi Uber Partner. Selama periode itu juga, Grab akan melakukan proses migrasi terkait dengan perpindahan informasi mengenai pengemudi Uber ke tangan perusahaan tersebut. Terkait dengan migrasi ini, pihak Grab mengingatkan bahwa para pengemudi Uber masih harus mendaftarkan diri ke Grab untuk kepastian mengemudi ke depannya setelah layanan Uber tidak lagi aktif. "Bagi pengemudi kendaraan roda dua akan diinformasikan mengenai proses pendaftaran dalam 5 hari kerja ke depan melalui SMS, telepon, dan email. Kami akan mengabarkan detail dari proses pendaftaran dan dokumen apa saja yang diperlukan," ujar Grab dalam pernyataan resminya. Nantinya begitu informasi sudah didapatkan, para pengemudi yang tinggal di kawasan Jabodetabek dapat langsung mendatangi salah satu Driver Centres Grab untuk mendaftar. Sedangkan yang tinggal di luar Jabodetabek, pihak Grab akan menginformasikan tempat pendaftarannya. Batasan Waktu Grab memberi batasan waktu hingga 20 April 2018 bagi para pengemudi kendaraan roda dua untuk mendaftar. Meski begitu, mereka menyarankan agar menyelesaikan pendaftaran sebelum layanan Uber terhenti pada 8 April 2018 untuk kepastian dan kelanjutan para driver untuk mengemudi. "Kami akan memberikan pelatihan yang dibutuhkan untuk menjadi pengemudi Grab di hari yang sama saat Anda mendaftar dan setelahnya Anda bisa diaktifkan menjadi pengemudi Grab juga di hari yang sama," kata Grab. Sedangkan bagi pengemudi kendaraan roda empat, mereka akan dihubungi melalui SMS, telepon, dan email dalam 3-5 hari kerja setelah informasinya sudah ditransfer ke Grab. Satu yang perlu dicatat, pihak Grab menyarankan para pengemudi Uber yang ingin melakukan pendaftaran untuk memiliki akun Google Mail (Gmail) agar proses yang dijalani menjadi lebih mudah. Grab pun juga menyarankan para pengendara kendaraan roda empat untuk menyelesaikan pendaftaran sebelum layanan Uber terhenti pada 8 April 2018 untuk kepastian dan kelanjutan para driver untuk mengemudi. "Untuk pengemudi roda empat, begitu Anda aktif dan berhasil log in sebagai mitra Grab, Anda akan menerima SMS & email berisi link online training, ID & Password. Anda akan diberikan waktu 28 hari untuk melengkapi online training dan dokumen yang dibutuhkan," tutur Grab. Setelah semua proses selesai dijalani, baik pengemudi kendaraan roda dua maupun empat, driver Uber yang telah memiliki akun Grab cukup melanjutkan mengemudi dengan menggunakan aplikasi mitra platform tersebut. Selain memberikan arahan tersebut, perusahaan besutan Anthony Tan ini juga memastikan pemasukan para driver Grab tidak akan ada terpengaruh dengan datangnya pengemudi Uber. "Dengan pengguna dan pengemudi Uber ada dalam satu aplikasi Grab, akan ada lebih banyak pemesanan, lebih banyak pekerjaan, berkurangnya waktu tunggu, dan lebih besar pemasukan bagi Anda. Insentif akan berjalan seperti biasa," pungkasnya. Saksikan video 20Detik untuk mengetahui kisah bersatunya Grab dan Uber kawasan Asia Pasifik di sini: [Gambas:Video 20detik] (fyk/fyk)




Jakarta - Bisnis Uber di Asia Tenggara telah dibeli oleh Grab. Tentu hal ini menimbulkan kecemasan pada para karyawan Uber di wilayah ini. CEO Dara Khosrowshahi pun berusaha menenangkan mereka. Dalam suratnya pada karyawan Uber Asia Tenggara, Dara menjelaskan bahwa Uber telah sepakat bisnisnya dibeli Uber dengan imbalan saham 27,5%. Uber akan membantu ratusan karyawannya pindah ke Grab. "Sekitar 500 kolega di wilayah ini akan bertransisi ke Grab dan dalam minggu-minggu mendatang, kami akan membantu konsumen pindah ke aplikasi Grab," tulis Dara di situs resminya, Senin (26/3/2018). Uber masuk ke Asia Tenggara sekitar tahun lampau, pertama kali di Singapura. Dara pun berterima kasih pada seluruh karyawan Uber atas kerja keras mereka. "Aku menyadari bahwa banyak kerja keras sudah berlangsung sebelum kedatanganku. Setelah berinvestasi USD 700 juta di wilayah ini, kita akan memiliki saham senilai miliaran dolar. Itu semua karena kalian," tandasnya. "Ini bukan keputusan mudah dan aku tahu mungkin terjadi perubahan besar pada kalian dan keluarga, tapi aku yakin menyatukan kekuatan dengan Grab adalah hal tepat bagi Uber untuk jangka panjang," tambah pengganti Travis Kalanick ini. "Pertumbuhan dan kesuksesan di Asia Tenggara takkan mungkin tanpa tim mengagumkan ini. Usaha kalian membawa manfaat ride sharing ke jutaan orang di Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Myanmar telah mengubah kehidupan dan transaksi ini tak mengubah sejarah itu," tulisnya lagi. "Aku yakin kalian punya banyak pertanyaan sehingga pemimpin lokal kita akan mengadakan pertemuan dengan setiap orang di wilayah ini. Terima kasih atas dedikasi kalian dan semua yang kalian lakukan pada Uber," pungkasnya. (fyk/rou)




Jakarta - Persiapan menuju IPO pada 2019 hingga 'lelahnya' mereka dengan persaingan yang terlampau ketat menjadi sejumlah alasan Uber untuk mengibarkan bendera putih di Asia Tenggara. Menyerah menghadapi persaingan dengan Grab serta Go-Jek. Uber resmi menyerah di pasar Asia Tenggara setelah menyerahkan seluruh unit bisnisnya di kawasan tersebut kepada Grab, yang notabene merupakan pesaingnya, dengan menyisakan kepemilikan Uber terhadap 27,5% bagian saham gabungan keduanya. Ini merupakan kegagalan ketiga erusahaan asal California tersebut dalam mencoba peruntungan di luar pasar Amerika Utara. Sebelumnya, Uber telah menjual unit bisnisnya di China kepada Didi Chuxing pada 2016, sekaligus menyisakan mereka 17,5% bagian saham dari perusahaan asal Beijing tersebut. Lalu, Uber juga sudah menyerahkan seluruh operasionalnya di Rusia kepada Yandex, dengan imbalan 37% bagian dari saham gabungan keduanya. CEO Uber, Dara Khorowshahi, mengatakan bahwa mundurnya Uber dari pasar Asia Tenggara dikarenakan perusahaan yang dipimpimpinnya memiliki batasan dalam mendominasi sektor transportasi online di sejumlah negara di dunia. "Satu potensi bahaya dari strategi global kami adalah terlalu banyak turun gelanggang dalam pertarungan melawan kompetitor yang tidak sedikit, dan ini terjadi di cakupan kawasan yang luas," ujarnya, seperti detikINET kutip dari CNN, Senin (26/3/2018). Persaingan yang terlalu ketat di Asia Tenggara pun juga menjadi salah satu alasan bagi SoftBank dalam mempercepat proses transaksi antara Uber dan Grab. Perusahaan pendanaan asal Jepang tersebut merupakan penanam modal terbesar Grab sekaligus pemegang saham mayoritas di Uber. Selain memotori Grab dan Uber, SoftBank juga menyokong layanan transportasi online lain, seperti Ola di India dan Didi Chuxing di China. Gabungan dari empat platform tersebut melayani sekitar 45 juta perjalanan tiap harinya, seraya membayangkan betapa besarnya minat terhadap pemesanan kendaraan online, sekaligus melahirkan persaingan yang ketat. Dara juga mengatakan, dengan menyerahkan operasional Uber di Asia Tenggara kepada Uber, akan membuat perusahaan asal California tersebut untuk lebih fokus dalam sejumlah pasar utama yang mereka sasar. Selain itu, Dara juga optimis bahwa kepemilikan saham Uber di gabungan bisnis mereka dengan Grab, Didi Chuxing, dan Yandez akan terus tumbuh. Selain itu, dengan mundurnya Uber dari persaingan di Asia Tenggara diharapkan mampu menyeimbangkan neraca keuangannya demi rencana mereka untuk melantai di bursa saham, atau IPO, pada 2019 mendatang. Terlebih, Uber sudah menggelontorkan sekitar USD 10,7 miliar sejak didirikan sembilan tahun lalu. Keuangan memang menjadi masalah tersendiri bagi Uber dalam beberapa waktu terakhir. Tahun lalu, mereka mengalami kerugian hingga USD 4,5 miliar, hampir dua kali lipat dari yang terjadi pada 2016, yaitu USD 2,8 miliar. Meski begitu, mereka masih mampu bertahan dengan pendapatan mencapai USD 11,1 miliar pada Kuartal IV 2017. Uber pun mengakhiri tahun tersebut dengan kas USD 6 miliar dalam bentuk uang tunai. Saksikan video 20Detik untuk mengetahui kisah bersatunya Grab dan Uber kawasan Asia Pasifik di sini: [Gambas:Video 20detik] (fyk/fyk)



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply