Contact Form

 

Sinopsis Ada Apa Dengan Cinta 2, AADC 2 Tayang di Movieveganza Pagi Ini Jam 08.00 WIB


Sinopsis Ada Apa Dengan Cinta 2, AADC 2 Tayang di Movieveganza Pagi Ini Jam 08.00 WIB

TRIBUNJATENG.COM - Sinopsis Ada Apa Dengan Cinta 2 AADC 2 tayang di Movievaganza Trans 7, Minggu, (19/4/2020) pukul 08.00 WIB.

AADC 2 merupakan sekuel dari film Ada Apa Dengan Cinta yang rilis 2002.

Film AADC 2 menyabet beberapa penghargaan antara lain Best Original Score dan Best Original Song di Festival Film Indonesia 2016.

Persahabatan yang ia jalin sejak SMA terbilang langgeng.

Cinta, Karmen, Milly, dan Maura masih saling berhubungan hingga saat ini.

Cinta juga sudah melupakan Rangga dan kisah cinta mereka.




Sinopsis & Trailer The Half of It yang Tayang di Netflix Pada 1 Mei


View this post on Instagram

Reposted from @red_imagination_adventure One of many wonders on this planet Earth - BOROBUDUR TEMPLE . . This photo was taken just before sunrise, from approximate 2,5kms away. The morning fog blanketing the villages below it, really gives that somewhat eerie yet beautiful ambience ???? TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANYA DI WISATA ALAM PUNTHUK SETUMBU #PunthukSetumbu #Borobudur #Magelang #Sunrise #WisataAlam #Nature #GenPiMagelang #GenPiJateng #PesonaMagelang #PesonaIndonesia #WonderFullIndonesia #Sun #Siluet @wisatamagelang @borobudur @magelangraya @pesonaindonesia @bandung HTM Domestik Rp 20.000 Foreigner Rp 50.000 IG @punthuksetumbu FP punthuk setumbu cp 08562778569 - #regrann

A post shared by punthuksetumbu (@punthuksetumbu) on Feb 7, 2020 at 3:15pm PST


TRIBUNTRAVEL.COM -   Yogyakarta merupakan satu destinasi andalan di tanah air.

Setelah lelah mengelilingi tempat wisata di Jogja, restoran dan kafe menjadi tempat persinggahan yang pas untuk melepas lapar dan haus.

Nongkrong pun tak terelakan karena restoran dan kafe yang satu ini dijamin bikin traveler betah berlama-lama sambil mengobrol.

Berikut lima kafe hits di Jogja yang cocok buat yang gemar nongkrong:

• 7 Tempat Wisata di Jogja dengan Latar Foto Tempo Dulu Buat Percantik Feed Instagram

Interior Kafe Lawas 613 berupa susunan jendela kayu ala Potato Head di Bali ini menjadi keunikan tersendiri. Kafe Lawas 613 berada di Jalan Prawirotaman II Nomor 613, Yogyakarta. (KOMPAS.COM/ADHIKA PERTIWI)

Kafe Lawas 613 adalah satu tempat yang ramai didatangi anak muda untuk makan atau sekadar bercengkrama menghabiskan waktu.

Lokasinya adalah di Jalan Prawirotaman II Nomor 613, tepatnya di bagian depan Adhisthana Hotel.

Kafe dua lantai ini menyuguhkan tempat yang unik, perpaduan gaya retro dikombinasikan dengan furnitur yang terkesan lawas dan retro.

Desain restorannya yang kekinian menjadi daya tarik kalangan anak muda.

Di lantai kedua yang berkonsep semi outdoor biasanya menjadi favorit pengunjung yang ingin berkumpul sambil makan.

Pilihan furnitur kayu tanpa pelitur dipadukan dengan sofa berwarna abu-abu menambah kesan lapang dan nyaman.

Buatmu yang penasaran ingin mampir ke restoran ini, dapat merogoh kocek yang cukup terjangkau.   Untuk makanan berat, bisa menikmati mulai dari harga Rp 25.000.

Berbagai pilihan rasa es krim bisa dinikmati di Il Tempo del Gelato, Jalan Prawirotaman, Yogyakarta. (KOMPAS.COM/ADHIKA PERTIWI)

Para pencinta gelato pasti akan senang jika mampir tempat ini.

Il Tempo Del Gelato, kafe khusus gelato yang berlokasi di Jalan Prawirotaman ini selalu tampak ramai setiap harinya.

Kafe ini menyuguhkan variasi puluhan rasa es krim khas Italia, mulai dari rasa buah hingga kreasi rasa populer lainnya.

Berbagai pilihan rasa mulai dari rasa cokelat dan buah hingga rasa unik seperti cinnamon, nutella, matcha tea, ginger, hazelnut praline, hingga lemongrass.

Selain gelato, traveler bisa memilih sorbet yang juga disuguhkan oleh Il Tempo Del Gelato.

Jika ingin memesan dua rasa gelato dalam satu cone, kamu cukup membayar Rp 25.000 untuk menikmati di toko mungil berdesain industrial ini.

Suasana luar ruangan yang santai dan penuh warna ini dapat dinikmati di Restoran Honje, Jalan Margo Utomo no 125 Yogyakarta. (KOMPAS.COM/ADHIKA PERTIWI)

Restoran yang terletak di Jalan Margo Utomo ini merupakan bangunan cagar budaya dua lantai yang disulap menjadi restoran yang unik.

Di lantai pertama, traveler akan menemui ruangan showroom untuk produk tas rajut dengan merek Dowa.

Memasuki lantai dua, pengunjung akan disuguhkan restoran dengan dua pilihan ruang, yaitu indoor dan outdoor.

Kombinasi ubin dengan penataan furnitur yang penuh warna menambah keistimewaan restoran berkonsep fine dining ini.

Bagi traveler yang ini menikmati sore bersama keluarga, lokasi di luar ruangan terasa nyaman dan lapang.

Jika tertarik, silakan pilih meja di teras dengan pemandangan langsung ke Tugu Yogyakarta.

Pilihan menu pun beragam, mulai dari menu western, menu Indonesia, hingga menu khas Honje.

Dengan harga menu makanan mulai dari Rp 30.000, traveler bisa menikmati suasana santai di restoran yang buka sejak pukul 11.00 hingga pukul 23.00 WIB.

Restoran Lokal yang beralamat di Jalan Jembatan Merah nomor 104C, Gejayan, Yogyakarta ini memiliki interior berkonsep rustic industrial. (KOMPAS.COM/ADHIKA PERTIWI)

Betuliskan “ Jogjakarta” dengan pola warna warni tentu menjadi daya tarik dari Restoran Lokal.

Restoran yang beralamat di Jalan Jembatan Merah Nomor 104C ini selalu ramai didatangi pengunjung terutama kalangan muda.

Makanan yang disajikan di restoran ini terdiri dari makanan lokal, makanan Asia, hingga western.

Gita mengakui, meskipun banyak menu western tetapi koki berusaha untuk menggunakan bahan-bahan lokal untuk diolah agar harga makanan bisa terjangkau kantong mahasiswa.

Restoran ini beroperasi mulai dari pukul 6.30 pagi hingga 11 malam setiap harinya.

Sellie Coffee menjadi salah satu lokasi syuting film AADC2 tempat Rangga dan Cinta berbincang-bincang setelah lama tak bertemu. (KOMPAS.com/Adhika Pertiwi)

Kedai kopi yang beralamat di Jalan Gerilya Nomor 822 atau lebih dikenal dengan Jalan Prawirotaman II, Yogyakarta, ini menjadi satu lokasi tempat Rangga dan Cinta bertemu di Ada Apa dengan Cinta? 2 (AADC 2).

Jika selama ini kedai kopi identik dengan gaya modern minimalis dengan mesin kopi yang cukup mahal, kedai yang satu ini mencoba menghadirkan konsep lama yakni kopi tubruk.

Kopi favorit pengunjung adalah kopi yang berasal dari Gayo, Toraja, Papua, dan Flores, termasuk kopi dari lereng Merapi dan kopi dari Menoreh.

Kedai kopi ini tampak mungil saat dilihat dari bagian depan, tetapi penempatan kaca bening sebagai jendela membuat ruangan terasa lebih lega dan luas.

Selaras dengan penyajian kopi yang menggunakan cara tradisional, dinding ruangan Sellie Coffee sengaja dibuat dengan anyaman bambu bercat putih sehingga memberikan kesan tradisional, tetapi tetap artistik.

Beberapa lukisan karya seniman Kota Gudeg juga menghiasi dinding kedai ini.

Buatmu yang ingin mengunjungi kedai ini untuk bernostalgia dengan Rangga dan Cinta, tak perlu khawatir merogoh kocek terlalu dalam.

Harga sajian di kedai kopi ini sangat terjangkau, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 20.000.

• Selain Gudeg, Cicipi 6 Bubur Ayam di Jogja untuk Sarapan Pagi Ini

• Daftar 7 Restoran Korea di Jogja, Ada Sarangeui Oppa Hingga Silla Restaurant

• Rekomendasi 5 Mi Ayam Enak di Jogja, Mie Ayam Goreng Mekaton Punya Cita Rasa Unik

• Tongseng Pak Kribo dan 9 Kuliner Malam di Jogja untuk Liburan Akhir Pekan

Berita ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul   Gemar Nongkrong? Yuk, Mampir ke 5 Gerai Hits di Jogja




Mencintai Liverpool memang rasanya seperti menghirup petrikor, ada namun datang saat tertentu saja. Berbalut hal-hal puitis tanpa menyentuh senja dan kopi, Liverpool menghantarkan para pengagumnya kepada sebuah babak tentang ikhlas dalam mencintai.

Apa, sih, tahap cinta yang lebih tinggi dari ikhlas tanpa menggurui? Atau lebih menyeluruh seperti paradoks senjanya Fiersa Besari? Ah, terlampau indah bukan mencintai Liverpool, juga tetek-bengek di belakangnya yang selalu datang menghampiri.

Dari awal tahun, laju Liverpool yang tidak terbendung itu akhirnya digoncang oleh isu perang dunia ketiga. Kemudian datang lagi isu meteor yang akan menyerang bumi April. Dan akhirnya harus bertekuk lutut kepada pandemi virus corona. Sebagian fans mengatakan hal indah di sosial medianya. Entah karena legowo atau males berdebat sama fans sebelah, mereka kompak berkata, “kemanusiaan lebih penting, ambil saja trofi kami!”

Sudah indah dan romantis, bagaimana jadinya jika para pujangga (((misalnya))) mencintai Liverpool? Mungkin tim ini akan menjadi narasi besar pemikiran dan inspirasinya dalam menulis. Dari Sapardi hingga Dilan, beginilah sekiranya kala para pujangga mencintai Liverpool sepenuh hati dan tak lekang menjadi abadi.

Sapardi Djoko Damono

Saya adalah penggemar puisi-puisi Eyang Sapardi yang menusuk dan sampai kapan pun juga bakalan related sama keadaan cinta di berbagai jaman. Lalu, bagaimana ya jadinya jika Eyang membuat puisi atas dasar keadaan Liverpool yang kini sedang galau? Mungkin begini jadinya.

“Aku ingin mencintai Liverpool dengan sederhana

dengan Premier League yang tak sempat diucapkan selebrasi kepada jemari yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintai Liverpool dengan sederhana

Dengan dua kemenangan yang tak sempat disampaikan kemanusiaan kepada tragedi yang menjadikannya tiada.”

Atau menjadi seperti ini:

“Tak ada yang lebih tabah

dari hujan di Anfield

Dirahasiakannya trofi rindunya

kepada trofi-trofi itu”

Dikutip dan dirombak sedikit puisinya Eyang Sapardi dengan judul Hujan Bulan Juni.

Aan Mansyur

Siapa yang tidak tersihir kala membaca bukunya Aan Mansyur yang berjudul Melihat Api Bekerja atau Tidak Ada New York Hari Ini? Melalui bingkai-bingkai kata-kata nan indah juga realitas akan kehidupan. Juga, ia adalah penulis puisi Rangga untuk film Ada Apa dengan Cinta 2. Bagaimana, ya, jadinya jika ia adalah seorang Kopites?

“3.

atau, seperti trofi,

adalah dan yang telah tercuri.”

Dikutip dan dirombak sedikit dengan judul asli puisi M. Aan Mansyur dengan judul Dan.

Joko Pinurbo

Puisi-puisi yang indah dan cerdik dari Joko Pinurbo pasti cocok ketika membuat puisi tentang Liverpool. Dengan indah dan kata-kata menawan, mungkin jadinya seperti ini:

“Tuhan yang cantik,

temani aku

yang sedang menyepi

dari Premier League yang berhenti.”

Dikutip dan dirombak sedikit dengan judul asli puisi Joko Pinurbo dengan judul Doa Seorang Pesolek.

Fiersa Besari

Bukan hanya lagu yang menawan, Bung Fiersa tentunya menghidupkan lagunya melalui lirik yang puitis. Tidak hanya itu, buku-bukunya juga best seller seantero toko buku di Indonesia. Nah, seumpamanya nih, Bung Fiersa adalah Kopites, mungkin seperti ini ya jadinya:

“Lambat laun kusadari, beberapa trofi memang harus sembunyi-sembunyi. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat sepakbola. Beberapa rasa memang harus dibiarkan menjadi rahasia. Bukan untuk diutarakan, hanya untuk disyukuri kemenangannya.”

Dikutip dan dirombak sedikit dalam kutipan Fiersa Besari dengan bukunya yang berjudul Garis Waktu.

Atau bisa juga mengambil dari lagunya Fiersa Besari yang banyak digandrungi muda-mudi masa kini, yakni Celengan Rindu. Barangkali jika ia menulis maksud untuk Liverpool, maka jadinya seperti ini:

Aku kesal dengan FA

Yang tak lekas memutuskan

Barang sejenak

Agar aku bisa menangkat trofi Premier League~

Beni Satryo

Bagaimana jadinya jika Beni Satryo yang terkenal dengan pwissie-pwissie-nya yang mbeling ini adalah fans Liverpool dan melihat kondisi timnya yang sedang gundah gulana menanti keputusan liga? Mungkin jadinya seperti ini.

“Kepalaku terbuat dari sebuah kulkas.

Setiap laga pertandingan bernyanyi.

Sekali dibuka, cuma ada sebutir piala.

Itu pun tak pernah bertambah.”

Udah mau pecah telor, eh malah jadi gonjang-ganjing dunia persepakbolaan Inggris. Yaudah, kemanusiaan memang harus diutamakan, bukan? Dikutip dan dirombak sedikit puisinya Beni Satryo dengan judul Kulkas.

Pidi Baiq

Ayah memang nyeleneh tiap bikin puisi. Apa lagi tentang dunia kehidupan yang melingkupinya terkadang malah menemukan barisan kata sederhana padahal maknanya dalam. Bagaimana jadinya jika ayah adalah fans Liverpool? Mungkin puisi ini tercipta di tengah perasaanya yang sedang limbung:

“Meskipun membosankan di rumah tanpa bola,

jangan ingin cepat pulang kepada Tuhanmu!

Liverpool!

Kamu masih ada tugas untuk sembuh!

Masih ada tugas premier league!”

Bagaimana? Lebih ke arah pusi ala Dilan atau ayah? Ah, bukannya Dilan itu ayah, ya? Hehe. Dikutip dan dirombak sedikit dari puisinya Pidi Baiq dengan judul Joy Sakit.

Putri Marino

Saya pribadi, sih, suka dengan kata-kata Mbak Marino tiap membuat sajak dalam akun Istagramnya. Salah satunya, yang paling cocok untuk Liverpool saat ini sesuai dengan jargonnya you will never walk alone…

“…Liverpool tidak sendirian

Kau punya dirimu, dan

Kau punya aku. #poempm”

Dapat mewujudkan konsep manunggal antara Liverpool dan penggemarnya, bukan? Dikutip dan dirombak sedikit dari kutipan puisi Putri Marino di instagram.

Dilan

Pujangga fiktif yang jago gombal ini juga ahli masalah bikin puisi. Jika dia adalah fans Liverpool, Dilan akan menulis seperti ini:

“Bolehkah aku punya pendapat?

Ini tentang Liverpool yang ada di bumi

Ketika Tuhan menciptakan dirinya

Kukira Dia ada maksud mau menyuruhku untuk sabar.”

Dikutip dan dirombak sedikit dari puisinya Pidi Baiq dengan judul Milea 1. Atau ada opsi lain, yakni seperti ini:

“Aku di mana waktu kamu juara?

Aku ingin melihatnya.

Tapi, tapi, pada saat itu aku masih bayi”

Sumber Gambar: Twitter Liverpool FC

BACA JUGA Tiga Kebahagiaan Seorang Fans Liverpool atau tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

18

---

fans liverpool juara premier league Liverpool premier league pujangga


Instagram

Kanal247.com - Bintang film Dian Sastro memang satu dari sekian banyak artis yang tak pernah luput dari perhatian publik. Bahkan, ada saja yang membuat Dian menjadi buah bibir di kalangan khalayak ramai. Terutama para kaum adam.

Laman media sosial Dian pun tak lepas dari sorotan. Ditambah, Dian cukup rajin membagikan postingan foto maupun video terkait karya sekaligus aktivitas kesehariannya di media sosial.

Dan rupanya wanita yang memiliki nama lengkap Dian Paramita Sastrowardoyo ini baru saja membagikan sebuah potret diri. Ia tampil stylish dengan jaket jeans seraya menunjukkan pose menganga ke arah kamera.

"Stay at home but make it fashion! Wearing @sightfromtheearth," tulis bintang film "Ada Apa dengan Cinta? 2" ini singkat dalam keterangan foto yang dibagikan pada hari Jumat (17/4/2020).

Tak butuh waktu lama, unggahan Dian tersebut berhasil mencuri perhatian. Banyak netter bahkan tak hanya memberikan tanda suka melainkan juga sederet komentar di unggahan Dian kali ini.

Komentar yang kebanyakan netter sematkan rupanya berupa sederet pujian pada wanita kelahiran Jakarta 16 Maret 1982 itu. Mereka pun ramai mengaku terheran-heran dengan foto Dian tersebut.

Rupanya, banyak pihak keheranan lantaran Dian tak terlihat seperti ibu anak dua, melainkan layaknya anak muda. Sampai-sampai beberapa netter mengaku pangling hingga sempat mengira Dian adalah penyanyi Maudy Ayunda.

"Beautiful as always," puji akun @wek*********ld. "Kupikir maudy ayunda," celetuk netter dengan akun @tho*********is.

"Udah punya anak 2 tapi wajahnya masih kayak anak sma," timpal akun @ik*********va. "DianSastro adalah Vampire," seloroh pemilik akun Instagram @lia*********dy.


Brilio.net - Berbagai film animasi sering menemani dan menjadi tontonan menarik bagi semua kalangan. Rasanya, dunia akan hambar jika tidak ada film-film animasi tersebut. Bahkan tidak jarang beberapa karakter dalam berbagai film animasi  dikenal oleh semua orang.

Karakter dalam film animasi ini sering kali dianggap mirip dengan selebriti. Nah, kira-kira seberapa mirip wajah karakter film animasi dengan wajah selebriti? Beberapa warganet membuat cocoklogi perihal kemiripan seleb Indonesia dengan karakter pada film-film animasi.

Unggahan cocoklogi ala warganet pun viral. Pasalnya, selain kocak, cocoklogi tersebut dirasa memang mirip dan banyak disetujui oleh warganet. Kira-kira seperti apa saja sih cocoklogi wajah seleb Indonesia dengan karakter animasi?

Berikut brilio.net rangkum cocoklogi wajah seleb Indonesia dengan karakter animasi dari berbagai sumber, Jumat (17/4).

1. Eno Bening sering disamakan oleh warganet dengan Carl Wheezer.

YouTuber kondang yang terkenal kocak dan pernah membuat ramai warganet karena membahas meme ini disamakan dengan Carl Whezzer, karakter pada animasi Jimmy Neutron.

2. Rina Rose yang memiliki rambut panjang serta ceria ini sangat cocok jika berperan sebagai karakter Jessi.

Seleb yang punya hobi ngelawak sekaligus mempunyai suara merdu ini memiliki kecocokan dengan karakter Jessi pada film Toy Story 2.

3. Bang Tigor memang mirip dengan Robert Parr. Dilihat dari rambut, bentuk badan dan raut wajahnya.

Seleb berotot dengan nama asli Sumaisy Djaitov Yanda ini terkenal karena memerankan tokoh bang Tigor di Suami-Suami Takut Istri. Wajahnya banyak dibilang mirip dengan karakter Robert Parr pada film The Incridibles.

4. Tingkah seram sekaligus pakaian yang biasa dikenakan Limbad memang pas dengan Scar.

Magician asal Tegal yang sering diundang berbagai acara televisi ini sering disamakan dengan karakter Scar pada film The Lion King versi kartun, lho

5. Charly sang vokalis  ST 12 ini disebut-sebut mirip dengan Uchiha Itachi.

Warganet sering menyamakan Charly dengan Uchiha Itachi, lho. Selain rambutnya yang hampir, Charly dan Itachi sama-sama pendiam.

6. Pretty yang terkenal karena aksi kocaknya cocok jika menjadi Charlotte Linlin.

Seleb kondang yang sudah tiada pada 2018 lalu disamakan dengan Charlotte Linlin, karakter pada One Piece.

7. Deddy Corbuzier adalah magician yang rasanya paling cocok jika berperan sebagai Gru Muda jika dilihat dari fisik.

Deddy memiliki badan yang tinggi dan besar, rambut plontos, serta wajahnya yang terkadang bisa serius, senang ataupun malas. Ini cocok dengan karakter Gru pada film Minions.

8. Andika Kangen Band yang memilki kesamaan rambut dengan Uchiha Sasuke pantas disebut mirip.

Kalau ini sudah nggak pada heran. Rambutnya yang ikonik sering disamakan oleh warganet dengan Uchiha Sasuke. Kocak banget deh pokoknya.

9. Wajah polos Raditya Dika sangat cocok jika disamakan dengan karakter Nobita.

Komika paling terkenal se-Indonesia ini dari jaman dulu sering disamakan dengan karakter Nobita pada film Doraemon. Memang mirip, ya haha.

10. Adinia Wirasti yang terkesan perempuan kuat dan pemberani pantas jika disamakan dengan Moana.

Adinia Wirasti adalah seleb yang berperan menjadi Karmen pada film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 2. Pada saat memerankan Karel di film AADC, ia memiliki rambut yang bergelombang, kulit eksotis dan jiwa yang pemberani. Ini sangat cocok dengan karakter Moana, salah satu putri Disney asal Kepulauan Pasifik.




Editor: Anjar Wulandari

BANJARMASINPOST.CO.ID - Di masa karantina akibat pandemi Covid-19, menikmati hiburan dengan menonton drama korea menjadi pilihan sebagian orang. Bahkan artis ternama tanah air, Dian Sastrowardoyo, juga hobi menonton drama korea saat memiliki waktu luang.

Namun bintang film Ada Apa dengan Cinta itu memiliki kebiasaan saat menonton drama Korea. Beralasan tidak mau digantung cerita, dia selalu menghindari drama korea yang belum tamat atau masih berjalan ceritanya.

Beberapa drama yang sudah tamat ia tonton adalah Fight for My Way dan Reply 1988. Saking jatuh cinta pada Fight for My Way, Dian sampai meminta Gritte Agatha untuk ikut menonton drama tersebut.

• Ada Apa dengan Cinta di Netflix, Ini Sinopsis Film AADC Dibintangi Dian Sastro Nicholas Saputra

• Duet Dian Sastro & Yura Yunita Trending di Twitter, Ini Lagu yang Dinyanyikan

"Yang aku suka banget Fight for My Way, kamu nonton please," kata Dian dikutip Kompas.com, Minggu (19/4/2020) dari Live Stream Fest 2020 Vol.2 #GritteBukaPraktek.

Bukan hanya terpikat dengan drama yang dibintangi Park Seo Joon dan Kim Ji Won itu saja, karena ternyata Dian Sastro juga dibuat kagum dengan serial Reply 1988.

"Reply 1988 gila aku banget. Inget zaman aku SD main di komplek, gue langsung terinspirasi kalau bikin serial harus kayak gini," kata Dian dengan antusias.

Meskipun menyukai drama Korea untuk mengisi waktu, Dian mengaku enggan menonton drama yang masih berjalan atau belum tamat. Alasannya sederhana.

"Aku tuh orangnya butuh kejelasan, aku harus menemukan finalnya kayak apa. Aku enggak bisa digantungin," kata Dian sambil tersenyum.

Tak hanya drama Korea, ternyata dalam hal buku hal itu juga berlaku bagi Dian. Oleh sebab itu Dian biasanya akan berfokus pada satu hal di satu waktu, menonton drama hingga tamat atau membaca buku sampai selesai.


Tahukah Anda siapa sosok yang mengintimidasi sekaligus menginspirasi Lukman Sardi di insdustri yang membesarkannya ini?

Setelah dipertemukan untuk sesi foto majalah Harper’s Bazaar Indonesia bulan Maret, tepatnya Movie Issue, Dian Sastro dan Lukman Sardi kembali berada dalam satu ruang dan waktu.

Masih untuk edisi yang sama, namun kali ini Bazaar mengajak Dian untuk menggali pengertian progres perfilman negeri ini dan juga pengaruhnya pada Lukman Sardi. Simak wawancaranya di bawah ini.

Harper’s Bazaar (HB): Kapan kali pertama kalian bertemu?

Dian Sastro (DS): Kapan ya? Sepertinya memori pertemuan pertama kita berbeda.

Lukman Sardi (LS): Pertama kali lihat Dian waktu jemput Mita di rumah Dian, kenalan. Tapi kan tidak pernah ngobrol atau apa. Benar-benar notice Dian waktu main film.

DS: Lo mulai main film kapan berarti?

LS: Dulu sekali mulai di umur tujuh tahun. Enam tahun malah! Lalu berhenti lama dan kembali lagi di tahun 2004.

DS: Itu berarti eranya siapa?

LS: Kalau sutradara lagi zamannya Wim Umboh, Sjuman Djaya, Teguh Karya. Teman-teman ayah saya. Hingga akhirnya saya main berakting pertama kali di filmnya Wim Umboh. Saat itu beliau sedang membutuhkan pemain anak laki-laki untuk menjadi anaknya Cok Simbara di film Kembang-Kembang Plastik. Lalu lanjut hingga delapan film dan berhenti saat SMA.

DS: Film Indonesia juga sudah mulai redup saat itu.

LS: Film yang diproduksi saat itu juga tidak ada yang untuk peran anak-anak. Setelah puluhan tahun akhirnya saya main lagi di film Gie.

DS: Cerita dong, apa yang berbeda ketika kembali ke dunia film yang sedang bangkit kembali? Apa yang beda dari kedua zaman itu?

LS: Sebenarnya saya tidak pernah kepikiran untuk kembali ke film.

DS: Kenapa?

LS: Karena saat itu saya sedang bekerja di Cikal sebagai manajemen dan guru. Selang satu tahun, saya mendapatkan tawaran untuk casting di film Gie. Akhirnya saya berkunjung ke tempat Mira Lesmana. Di sana saya diminta untuk membaca bukunya terlebih dahulu. Film Gie itu merupakan kedua kali saya bekerja dengannya. Sinetron Enam Langkah di tahun 1994 adalah yang pertama. Akhirnya saya berperan sebagai Herman Lantang di Gie. Saat itu, ketika saya sedang berbincang dengan Mira, Riri Riza dan Yuri Datau. Di momen tersebut saya sadar bahwa secara tidak langsung Mira sudah menarik saya kembali ke passion saya.

DS: Seperti perkataan kalau jodoh tidak akan kemana, ya? Begitukah panggilan Anda di dunia ini?

LS: Betul. Itu dan juga pertaruhan. Setelah mengundurkan diri dari Cikal, saya memutuskan untuk fokus di film. Setelah Gie, saya ikut dalam filmnya Rudi Soedjarwo yang berjudul 9 Naga. Nah, dari situ saya tidak berhenti. Berlanjut ke Berbagi Suami, Jakarta Undercover, Nagabonar Jadi 2, dan seterusnya.

DS: Hingga akhirnya ada sebutan khusus untuk Lukman, yaitu aktor segala film. Istilah tadi menjadikan dia sebagai lambang perfilman Indonesia, sebagai lambang keaktoran.

LS: Makanya saya selalu bilang i’m a lucky bastard. You know why? Setelah lama tidak main film, saya kembali dalam film Gie, di mana orang-orang di balik layarnya adalah mereka yang membangkitkan film Indonesia. Berlanjut ke karakter yang berbeda sekali di 9 Naga, seorang pembunuh bayaran yang dalam sekali karakternya, lalu menjadi pria beristeri empat di Berbagi Suami. Ketiga film tadi membentuk karakter kuat dalam diri saya. Gie memberikan saya pelajaran yang benar mengenai reading, workshop, riset, dan observasi. Di sana saya berperan sebagai Herman Lantang, seseorang yang masih hidup, sahabatnya Gie. Mau atau tidak, saya harus observasi dia, ngobrol sama dia, sehingga menjadi kebiasaan.

DS: Apa yang berbeda dari cara sutradara yang tadi disebut dengan generasi zaman sekarang?

LS: Jelas beda sekali. Dulu, sutradara tidak ada monitornya. Mereka sangat mempercayakan sang Director of Photography (DP). Viewfinder juga dulu hanya hitam putih. Lalu, dubbing. Sekarang, dubbing dilakukan untuk kepentingan mengkoreksi. Kalau dulu, dari awal hingga akhir film pasti menggunakan dubbing, karena tidak ada direct sound. Sekitar satu bulan saat selesai syuting, akan ada panggilan untuk dubbing. Proses ini dilakukan di studio seperti PFN (Produksi Film Negara) yang menggunakan layar besar. Saat menjalani ini semuanya harus pas dan sync. Kadang-kadang pulang sekolah langsung ke tempat sana, paling sama bokap itu diizinin hingga jam tujuh. Dubbing itu prosesnya beberapa hari. Yang beda adalah mereka itu proses pra-produksinya panjang. Latihan itu harus serius dan detail karena kan seluloid, kalo salah melulu, kan mahal ya? Semua orang itu berusaha agar kesalahannya jangan terlalu banyak karena seluloid itu.

"I'm a lucky bastard." - Lukman Sardi

DS: Bagaimana Anda menggambarkan hubungan antara kita, as a professional and as friends. Gimana sih mas? Karena kalo saya melihatnya itu sangat questionable dengan kesibukan kita yang beragam kita masih bisa maintain pertemanan dan professional relationship.

LS: Kalau kita kan kenal, lalu kerja berbarengan di 7/24, di mana kita berdua lagi sibuk-sibuknya. Tapi menurut saya yang menggambarkan hubungan kita itu best friend.

Sambil tertawa Dian lalu menjawab dengan cepat.

DS: Kalau best friend waktu di hubungi lewat WhatsApp itu tidak butuh waktu satu atau dua jam untuk membalas.

LS: Menurut gue teman baik itu it's not about WhatsApp.

DS: Ngerti, tapi ga minggu depan juga balasnya!

LS: Gini, kita punya prinsip yang berbeda akan konsep teman baik. Saya modelnya gini, best friend itu care. Gue peduli dengan teman-teman gue, tapi juga punya teman-teman yang susah ketemu dan sama-sama sibuk tapi tetap care.

DS: Oke, kalo profesional?

LS: Melihat dari karier, Anda itu berjalan dengan proses yang luar biasa. Pernah berhenti, dan saat kembali lagi memiliki komitmen yang solid. Apalagi sekarang juga berperan sebagai produser, berarti Anda juga mempunyai niat untuk untuk mempelajari segala hal tentang film. Saya yakin ini bukan titik terakhir Anda belajar dan berkarya di film, akan ada terus.

DS: Nah, sekarang gantian. Saya melihat mas Lukman itu sebagai family-friend yang selalu ada setiap lebaran, paham kan? Kita mulai punya hubungan profesional saat kerja di film 7/24. Itu adalah film pertama setelah saya setelah hiatus enam tahun. Sempat saya merasa itu titik saya udahan. Sebelum 7/24, saya tidak pernah berpikir untuk kembali lagi ke film. Setelah syuting yang hanya dua minggu di studio, saya juga melihat perubahan industri ini. So, thanks to you, karena jika saya tidak main di 7/24, kemungkinan saya belum kembali lagi di dunia perfilman. Tidak akan main Ada Apa Dengan Cinta 2. Dari situ juga lanjut ke Kartini, The Night Comes for Us, Aruna & Lidahnya. Di momen itu, saya mulai menemukan hal yang bisa saya gunakan ke dalam film juga. Akhirnya saya mulai menjajaki kesempatan producing. Dan sepertinya tidak mau membatasi itu aja, saya mau belajar menulis juga, direct juga.

LS: Benar kan, tidak akan berhenti di situ kalo Dian.

DS: Lanjut ya, kenapa sih melihat film adalah dunia lo, dan kenapa seni peran?

LS: Dulu saya itu belajar musik, sampai ada di titik cinta sekali dengan musik. Namun tekanan dalam diri saya itu sangat tinggi untuk menjadi seorang anak Idris Sardi. Setiap ujian di sekolah, semua orang ekspektasinya tinggi. Meskipun tidak pernah dapat nilai jelek, saya selalu bertanya apakah ini benar yang ingin saya lakukan. Akhirnya saya juga merasa beban terlalu tinggi di dunia musik. Kalau mau main biola, levelnya harus sama dengan bokap atau di atasnya dia. Karena tidak mungkin saya di bawahnya dia, saya akan selalu menjadi bayang-bayang dari bokap kan. Makanya seperti yang saya katakan tadi, saya menemukan passion di sini. Saya diperkenalkan ke dunia film lagi oleh Mira Lesmana, Riri Riza, dan lainnya. Saya ketemu dengan orang yang tepat. Kalau waktu itu tidak ketemu mereka, mungkin sekarang saya masih kerja di tempat lain.

DS: Apa yang ditemukan di film akhirnya membuat tidak bisa lepas?

LS: Saya menikmati prosesnya. Mulai dari riset, explore, hingga ketemu banyak orang. Saya menyebutnya dengan nafkah batin. Saya bisa mendapatkan banyak hal hanya dengan duduk di lokasi syuting dan mengamati orang. Makanya ada satu titik di mana saya merasa, kalau saya berhenti di dunia film, itu sama saja seperti saya berhenti bernafas. Ini semua seperti nafas saya setiap hari. Sudah segitunya. Saya juga berterima kasih dengan ayah saya. Karena beliau bilang, begitu saya memilih satu hal, saya harus bertanggung jawab terhadap pilihan tersebut. Itu juga membawa saya untuk selalu belajar. Dia juga berkata, di seni itu tidak ada yang nomor satu. Karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Makanya jangan sombong.

DS: Film sebagai seni. Di keluarga Anda, art is in the blood. Menurut Anda, kenapa seni itu penting untuk orang banyak?

LS: Susah mendeskripsikannya karena itu hal yang abstrak. Menurut saya, seni itu membuat jiwa saya utuh. It feels your heart and soul.

"Dia (Idris Sardi) juga berkata, di seni itu tidak ada yang nomor satu. Karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Makanya jangan sombong." - Lukman Sardi

DS: Menurut Anda, apa arti aktor?

LS: Life. Kehidupan untuk saya. Menjadi seorang aktor adalah eksplorasi yang tidak ada habisnya, makanya saya juga ikut seni teater.

DS: Gue ingat kapan pertama kali kita kerja bareng! Justru waktu di teater! Inget ga?

LS: Yang dengan mba Leila S. Chudori. Ingat!

DS: Jadi, waktu itu Leila S. Chudori mau meluncurkan novelnya yang berjudul 9 dari Nadira. Lalu, cara dia meluncurkan buku tersebut adalah dengan pertunjukan kecil, fragment dari buku itu. Itu pertama kali saya tampil di teater.

DS: Balik lagi, apa artinya piala untuk Anda?

LS: Piala itu bonus. Bukan berarti tidak penting. Piala adalah sebuah motivasi untuk menjadi lebih baik lagi, bukan tujuan akhir. Kembali lagi ke yang tadi, saya main film untuk menafkahi batin saya.

DS: Anda kan pernah jadi sutradara. Seberapa banyak insting sebagai aktor ternyata berguna saat Anda sedang men-direct atau sebaliknya?

LS: Seperti berdansa, semua itu ada waktunya. Akting adalah aksi dan reaksi. Asal tahu ritmenya, jadi sama sama enak. Maksud saya, aktor itu tidak hanya jago akting. Hal-hal seperti tadi juga menjadi bagian dari pekerjaannya aktor. Director kasih visinya, dan kita sebagai aktor mengikuti arahan dia. Dari sana lah kita tau ritme kita tadi.

DS: Bagaimana cara Anda menetralisir diri? Pernahkah kehilangan Lukman Sardi-nya?

LS: Pernah di beberapa film. Sekarang terbantu dengan hadir ya anak-anak. Momen bertemu mereka itu bisa melunturkan peran manapun secara perlahan.

DS: Apakah masih ada peran yang ingin Anda mainkan dan belum kesampaian?

LS: Ada, tapi sudah dalam proses.

DS: Apa harapan untuk film Indonesia dan generasi muda yang tertarik dengan seni peran?

LS: Menurut saya, mereka adalah orang-orang yang tidak seharusnya banyak mengeluh. Semuanya kini sudah serba mudah. Ini adalah momen mereka untuk berkembang tanpa batas. Hanya kemauan dan mental yang diperlukan untuk maju. Untuk para generasi muda, pekerjaan seorang aktor itu lebih dari akting. Aktor patut memiliki wawasan yang luas, empati, kemauan beradaptasi, mau berkembang, jangan cepat puas, dan yang terpenting adalah jaga sikap.

Portofolio ini:

Keseluruhan busana, Louis Vuitton

Makeup: Angelika Samara

Hair: Desy Untadi

Retoucher: Ragamanyu Herlambang

Pengarah gaya: Astrid Bestari


MOJOK.CO – Munculnya hasrat selingkuh itu sebenarnya masuk akal. Toh nyatanya ada paribahasa “selimut tetangga lebih anget dari selimut sendiri” kan?

Selingkuh. Baik itu dari skala rendahan (baca: cemen) seperti kencan sama pacar orang buat nonton bareng, sampai yang skalanya tinggi (baca: pro) seperti ngajak istri orang buat nonton bareng, memang selalu didasari perasaan rasa tidak puas terhadap pasangan yang sudah ada.

Untuk urusan selingkuh, film Ada Apa dengan Cinta 2 cukup mewakili betapa urusan selingkuh-selingkuhan ini memang terlihat asyik, menyenangkan, dan menggairahkan (ya iyalah, wong partner selingkuhnya aja Babang Nicholas Saputra).

Satu-satunya yang bikin kita nggak kesal pada Rangga, si lelaki tukang ambil calon istri orang, adalah karena film ini diambil dari sudut pandang Rangga. Titik.

Kalau kisah Cinta itu terjadi di kehidupan nyata, sudah pasti Rangga bakal digebukin sama emak-emak dari pihak Cinta maupun calon suaminya. Ni anak, gedung sudah dipesan, katering udah dicicil, WO sudah dibooking, tahu-tahu malah digaet sama anak senja nggak jelas yang datang dari Amerika.

Well, kita pada akhirnya sama-sama tahu, kisah mengharukan tentang Rangga yang sukses merebut Cinta dari calon suaminya memang nggak semudah membulatkan niat berbisnis ternak lele.

Namun munculnya hasrat selingkuh itu sebenarnya masuk akal. Soalnya, pada dasarnya, manusia memang selalu menyukai hal yang tidak ia miliki.

Orang jomblo ingin nikah; orang nikah ingin jomblo; anak kecil ingin dewasa; orang dewasa ingin kembali menjadi anak kecil; mahasiswa ingin lulus; yang sudah lulus ingin kembali menjadi mahasiswa.

Yap, gara-gara bawaan orok yang seperti itu, maka terbitlah peribahasa, “Selimut tetangga lebih anget dari selimut sendiri,” eh, bukan ding, “Rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri.”

Perasaan seperti ini memang manusiawi dan wajar untuk dimiliki. Paling tidak, dengan memiliki perasaan iri, manusia dipaksa untuk mempertahan eksistensinya di muka bumi.

Dengan alasan eksistensi pula, hormon cinta bernama dopamin dan didukung dedengkotnya adrenalin, menjadi penyebab manusia mengartikan perasaan berdebar setiap kali bertemu dengan lawan jenis sebagai rasa suka, cinta sejati, atau belahan jiwa.

Dan, ketika dua insan manusia ini sudah menikah apakah mereka akan bahagia selamanya seperti kisah dongeng Cinderella? Sayangnya nggak gitu, my looove.

Dua insan manusia yang sedang dimabuk hormon pasti bahagia di awal pernikahan. Namun kebahagiaan ini akan menjadi sebuah kebiasaan sehingga tidak lagi memompa hormon kebahagiaan untuk tumpah ruah seperti dulu kala.

Dulu, waktu status masih gebetan, cuman kena lirik aja rasanya kesengsem luar biasa. Begitu udah sah untuk berkembang biak tanpa didobrak bapak-bapak ronda, rasa deg-degannya justru menguap begitu saja. Yah, emang hormon cinta itu sebegitu menipunya.

Menghilangnya perasaan berdebar bersama pasangan sah bukan pertanda buruk kok, itu pertanda kenyamanan. Jadi, nggak usah buru-buru merasa jadi manusia paling sial karena salah memilih pasangan.

Siapapun pasangannya, mau babang artis Korea kek, mau pangeran Charles kek, pasti akan memiliki dampak yang kurang lebih sama aja. Yah, walaupun jika kamu benar-benar berjodoh dengan babang Lee Min Ho, hormon berdebarnya bisa bertahan sedikit lebih lama sih.

Hormon berdebar itu akan aktif kembali jika kamu melihat adanya lawan jenis potensial lain yang kira-kira berkualitas untuk dijadikan partner berkembang biak. Memang kok, biadab benar hormon cinta dalam diri manusia. Seolah kita memang dirancang untuk selingkuh. Minimal selingkuh hati selama lima detik, alias selemah-lemahnya niat selingkuh.

Oleh karena itu, manusia menciptakan sebuah sistem yang bernama norma sosial. Supaya, kita setidaknya tidak bertingkah seperti kucing kampung yang kerjanya cuman eek dan gonta-ganti pasangan. Meskipun norma sosial tidak memberikan hukuman pidana, tetapi hukuman tak kasat mata juga punya daya hantam yang warbiyasyah.

Pertama, kamu berpotensi jadi bahan gosip emak-emak sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Kedua, dianggap sebagai invisible man sampai maut menjemput. Dan ketiga, dijauhi seperti sedang mengisap penyakit menular.

Emang, nggak enak kalau sudah berhubungan sama norma sosial karena hakimnya, emak-emak kompleks atau kampung, bisa lebih kejam dibandingkan hakim Mahkamah Agung.

Selain tipuan hormon, ilusi juga berperan dalam membuat diri kita menjadi merindukan seseorang that we can’t have. Ilusi ini sendiri pemicunya macam-macam. Bisa dari drama korea, lagu, buku, teman.

Anggaplah saya ketiban durian runtuh dan benar-benar menikah dengan babang Lee Min Ho yang—misalnya—kebetulan baru aja mualaf. Di awal pernikahan saya sangat bahagia karena mendapat pasangan yang sangat sempurna; ganteng, saleh, kaya, dan punya tabungan yang banyak buat masa-masa lockdown.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya menyadari bahwasanya Lee Min Ho ini ternyata kalau kentut baunya naudzubillah jabang bayiiik (((ingin mengumpat tapi tak sampai hati karena ini ceritanya sama Lee Min Ho))).

Selain itu, ternyata temperamen Lee Min Ho buruk pula. Sering banting barang dan ngambek nggak jelas. Malasnya juga luar biasa. Handuk basah ditaruh di atas kasur. Baju kotor ditaruh dekat kamar mandi sembarangan. Yah, seperti gambaran rusuh rumah tangga pada umumnya laaah.

Kesimpulannya, rasa cinta nggak mesti harus ditandai dengan perasaan berdebar. Rasa nyaman untuk bisa kentut di depannya saja sudah bisa menjadi faktor bahwa kita mungkin sudah menemukan seseorang yang tepat untuk menemani perjalanan hidup sampai tua nanti.

Jika nanti dalam perjalanan hidup kita menemukan lagi seseorang yang kembali mengaktifkan perasaan yang berdebar seperti ini, mungkin sebaiknya segera mengartikan ini dalam konteks yang benar. Bukan dalam konteks bahwa itu waktu yang tepat buat selingkuh. Bukan.

Bahwa benar kita memang tertarik lalu kepikiran ingin selingkuh, bahwa benar ini hanya soal tipuan hormon supaya kita bisa berkembang biak sebanyak-banyaknya, dan bahwa benar di niat selingkuh itu sebenarnya hanya janji-janji politisi yang lebih palsu dibandingkan dengan kenyataan yang sudah kita miliki.

Terakhir, saya ingin bagikan sebuah nasihat pernikahan dari teman yang cukup absurd tapi menarik. Jadi, setelah bertahun-tahun menikah, banyak-banyaklah nonton film bertema thriller dan misteri tapi yang berlatar rumah tangga.

Soalnya, film seperti itu akan bikin horor dalam kehidupan rumah tangga kita, kayak utang KPR rumah selama 20 tahun atau dighibahin tetangga jadi terlihat sepele. Sehingga kita akan merasa jadi lebih gampang bahagia karena ternyata ada penderitaan yang lebih pedih dari yang pernah/sedang kita rasakan.

BACA JUGA Pengakuan Lima Pria tentang Mengapa Mereka Selingkuh atau tulisan ESAI lainnya.

Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply