Contact Form

 

Hari Pahlawan, Kisah Hotel Majapahit Surabaya yang Legendaris Halaman all


TEMPO.Co, Jakarta - Kementerian Sosial mengimbau agar seluruh rakyat Indonesia ikut mengheningkan cipta pada Hari Pahlawan 10 November 2019. Melalui akun media sosialnya, Kemensos mengajak masyarakat mengheningkan cipta mulai pukul 08.15, selama 60 detik. "Mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mengheningkan cipta besok pagi pukul 08.15 waktu setempat di Hari Pahlawan 10 November 2019 #HariPahlawan2019 #AkuPahlawanMasaKini," tulis akun Twitter @KemensosRI, Sabtu, 9 November 2019. Menteri Sosial Juliari P. Batubara juga mengajak masyarakat untuk ikut mengheningkan cipta. "Marilah segenap Bangsa Indonesia kita luangkan waktu besok pagi 10 November pukul 08.15 Mengheningkan cipta sejenak guna mengenang jasa para Pahlawan yang telah mendahului kita," tulis Juliari di akun Twitter @juliaribatubara. Kemensos telah menetapkan Rohana Kudus atau Ruhana Kuddus, jurnalis perempuan pertama asal Sumatera Barat, sebagai Pahlawan Nasional tahun 2019. Hal ini ditetapkan berdasarkan pertemuan Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Presiden Joko Widodo pada 6 November 2019 lalu. Ada pula Surat Menteri Sosial Rl nomor :23/MS/A/09/2019 tanggal 9 September 2019 perihal usulan calon Pahlawan Nasional tahun 2019. "Usulan itu mendapatkan persetujuan untuk dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2019, atas nama Almarhumah Ruhana Kuddus," kata Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Pepen Nazaruddin melalui keterangan tertulis, Kamis 7 November 2019. Rencananya, penobatan gelar itu akan dilakukan dalam acara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara pada tanggal 8 November 2019. Kemensos turut mengundang Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, dan juga sejumlah ahli waris dari Ruhana Kuddus. Berdasarkan penelusuran Tempo, Ruhana Kuddus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam 20 Desember 1884. Pada 1911, Ruhana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang. Sembari aktif di bidang pendidikan yang disenanginya, Ruhana Kuddus juga menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia. Ketika dibredel pemerintah Belanda, Ruhana berinisiatif mendirikan surat kabar, bernama Soenting Melajoe. Dia meninggal di Jakarta pada 17 Agustus 1972 pada usia 87 tahun. IMAM HAMDI | HALIDA BUNGA




KOMPAS.com - Momentum perobekan bagian biru bendera Belanda menjadi bendera Indonesia di hotel Yamato, Surabaya menjadi salah satu momen ikonik pada Hari Pahlawan , 10 November 1945 .

Baca juga: Selain Hotel Indonesia, Ini 4 Hotel Bersejarah yang Masih Beroperasi

Kemarahan arek-arek Suroboyo memuncak saat bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) dikibarkan tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya. Bendera ini dikibarkan di tiang pada tingkat teratas sisi sebelah utara Hotel Yamato.

Hotel Yamato kini dikenal dengan Hotel Majapahit yang berada di Jalan Tunjungan Nomor 65, Surabaya, Jawa Timur.

Sudut tempat perobekan bendera masih bisa dilihat hingga saat ini. Pada tahun lalu, dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November, diadakan teaterikal perobekan bendera Belanda menjadi Sang Saka Merah Putih.

Hotel ini menyimpan nilai sejarah yang hendak dipertahankan oleh Pemerintah Daerah Surabaya. Gedung hotel dibangun tahun 1910.

Awalnya, hotel ini menjadi salah satu hotel bagi kaum elit Belanda yang tinggal di Surabaya atau yang sedang berkunjung di Kota Pahlawan.

Pada zaman kolonial, Hotel Majapahit bernama Hotel Oranje yang didirikan oleh Sarkies Bersaudara berdarah Armenia.

Jepang kemudian datang ke Indonesia dan hotel Oranje yang berubah nama menjadi hotel Yamato saat Surabaya diduduki oleh Jepang.

Kini hotel Yamato yang berubah nama menjadi hotel Majapahit Surabaya managed by AccorHotels masih mempertahankan bentuk bangunan awal khas zaman kolonial yaitu bergaya art-deco .

Sesampainya di hotel dan masuk ke lobby, pengunjung langsung disuguhkan penampilan mobil tua yang dipajang dengan rapi di sudut depan lobby .

Ornamen yang dominan dari kayu menghiasi pilar-pilar penyangga lobby . Lukisan yang mengambarkan suasana Surabaya tempo dulu ditata rapi di dinding lobby .

Jika berjalan ke sebelah kiri maka pengunjung akan menemukan toko suvenir yang menyuguhkan pernak-pernik, oleh-oleh khas Surabaya. Jika berjalan ke arah kanan hotel pengunjung akan mendapati Indigo Restorant.

Dalam restoran, pengunjung disuguhkan interior berkonsep gatsby yang bergaya tahun 1920-an. Kursi-kursi kayu yang tinggi mengelilingi bar yang ada di sudut ruangan.

Di atap restoran ini terdapat lampu yang dilapisi oleh kaca biru sehingga cahaya berwarna biru, terlihat seakan-akan langit yang cerah menyinari bagian tengah ruang restoran.

Pengunjung bisa melihat hall atau aula yang menjadi tempat pertemuan atau pesta para kaum elit Belanda pada zaman kolonial.

Dari lobi langsung saja masuk lewat pintu kaca samping kiri resepsionis dan menuju lorong yang berujung pada aula.

Artis Hollywood kelas atas seperti Charlie Chaplin pernah mengunjungi hotel ini dan berpesta di dalam aula. Foto tersebut diabadikan dan dipajang di depan pintu aula.

Di bagian bawah aula dulunya dibuat tempat berdansa dan pertunjukan dan di bagian atas diperuntukan bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan pesta.

Lampu-lampu yang bergelantungan di atap aula terkesan mewah dan glamor. Di bagian atas juga diberi pembatas atau pagar yang masih asli dari awal dibangun.

Aula ini dikelilingi dengan jendela kaca lengkap dihiasi gorden berwarna merah maroon yang menambah nilai glamor dari aula.

Hotel Majapahit Surabaya managed by Accor Hotels memberikan ruang terbuka bagi para pengunjung yang ingin menikmati teh dan snack pada sore hari di tengah taman.

Taman dihiasi dengan kolam dan air mancur. Kehadiran stained glass makin mempercantik berbagai sudut hotel.

Hotel Majapahit menyediakan 143 kamar yang mengusung tema interior ala Eropa. Kamar-kamar tersebut menyimpan sejarah, termasuk kamar yang dijadikan perundingan antara Sudirman dan W.V.Ch Ploegman saat situasi Indonesia sedang memanas di awal Proklamasi.

Ada juga kamar dari Jendral Mallaby menjelang pertempuran akhir bulan Oktober 1945 dan sebelum ia tewas dengan ledakan bom dari pahlawan Surabaya.

Salah satu kamar di Hotel Majapahit Surabaya juga pernah ditiduri oleh aktor ternama Charlie Caplin.

Kamar-kamar yang berjejeran berada dalam lorong yang nuansanya sangat kental dengan zaman Belanda. Bentuk arsitektur yang menonjol dari bagian lorong kamar adalah bentuk jendelannya yang besar-besar. Detail ornamen geometris sangat menonjol di sini.

Keunikan lain dari hotel ini adalah bagian toiletnya. Pengunjung yang masuk ke dalam toilet jangan kaget jika tuas untuk flush toilet masih mengunakan tuas zaman Belanda, yang berada di atas dudukan wc toilet dengan cara ditarik.

Tak heran jika hotel ini menjadi salah satu cagar budaya di Surabaya. Hotel Majapahit menyediakan paket tur yang bernama Heritage Hotel Tour.

Hotel ini meyimpan segudang nilai sejarah yang dipertahankan dan dijaga agar tidak mati terkikis oleh waktu.




Tepat di tanggal 10 November, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Peringatan hari pahlawan ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kita atas kemerdekaan Indonesia dan mengenang jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawanya untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.  Kita merasa beruntung karena hidup dimasa yang damai dan menikmati hasil jerih payah dari para pahlawan yang telah berhasil melepaskan Indonesia dari tangan penjajahan. Awal mula peringatan hari pahlawan yang jatuh ke tanggal 10 November adalah diambil dari peristiwa perlawanan masyarakat Surabaya (yang dikenal arek-arek Suroboyo) terhadap sekutu sebagai bentuk mempertahankan kemerdekaan yang menewaskan Jenderal AWS Mallaby.  Momentum tersebut menjadikan spirit para pejuang bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan di berbagai daerah, seperti di Bandung yang dikenal dengan Bandung Lautan Api, di Semarang dikenal dengan pertempuran 5 hari, di Yogyakarta dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret, di Ambarawa dikenal dengan peristiwa pertempuran Ambarawa, di Medan dikenal dengan peristiwa Medan Area. Selain kita mengenal berbagai pertempuran, kita pun mengenal pahlawan yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan, baik sebelum merdeka maupun setelah merdeka. Pahlawan yang kita kenal saat Indonesia belum merdeka seperti: Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bondjol, Sultan Ageng Tirtayasa, R.A Kartini, Pattimura, Sultan Hasanuddin. Setelah merdeka kita mengenal seperti: Jenderal Sudirman, Bung Tomo, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Tan Malaka dan masih banyak lagi.  Dengan ditetapkannya hari pahlawan pada tanggal 10 November melalui Keputusan Presiden (KEPPRES) No.316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, maka masyarakat Indonesia dapat memperingati hari Pahlawan satu tahun sekali. Peringatan Hari Kepahlawanan Tidak Hanya Sebatas Seremonial

Dalam rangka peringatan hari pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November, pada umumnya masyarakat Indonesia memperingatinya dengan melakukan Upacara Bendera, melakukan ziarah ke makam para pahlawan dan juga ikut membersihkan makam. Terdapat juga terdapat perlombaan tentang seputar tokoh-tokoh pahlawan. Walaupun peringatan hari pahlawan ini tidak semeriah memperingati hari kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus, tentunya masyarakat Indonesia masih mempunyai kepedulian terhadap aksi heroik, rela berkorban, dan semangat para pahlawan yang berjuang sampai titik darah penghabisan melawan penjajah. Namun yang dapat digarisbawahi adalah dalam memperingati hari pahlawan ini tidak hanya sebatas sebagai seremonial. Yaitu hanya sebatas ikut memperingati, namun tidak sampai memaknai. Terkadang kita merasa terpaksa dalam mengikuti kegiatan upacara kemerdekaan. Bahkan terdapat punishment jika kita tidak ikut serta dalam kegiatan upacara memperingati hari pahlawan. Selain itu, yang menjadi masalah ketika generasi muda yang lebih interest mengenal tokoh-tokoh fiksi seperti Avenger, Iron Man, Spider Man, Hulk, daripada mengenal tokoh pahlawan asli Indonesia.  Maka dalam memperingati hari pahlawan ini, perlunya pemaknaan nilai moral yang dapat diambil dari aksi heroik para pahlawan kita dalam mempertahankan kemerdekaan kepada masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang dapat mencontoh nilai dan moral dari para pahlawan seperti Keberanian, Tanggung Jawab, Rela Berkorban, dan Jiwa Kepemimpinan dalam menghadap tantangan ke depan. Mohamad Ully Purwasatria, M.Pd

Tulisan adalah kiriman netizen, isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.




20 Kata Bijak untuk Peringati Hari Pahlawan 10 November , Cocok Buat Update Status Facebook & Twitter

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini 20 kata bijak yang bisa memacu semangat memperingati Hari Pahlawan .

Setiap tahunnya di Indonesia Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November , Minggu (10/11/2019).

Hari Pahlawan adalah hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.

Hari Pahlawan ditetapkan sebagai hari nasional melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.

Hal tersebut diperingati sebagai bentuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berkorban dan berjuang demi Bangsa Indonesia.

Baca: Siapa Sangka, 5 Artis Cantik Ini Ternyata Keturunan Pahlawan Indonesia

Ketika memperingati Hari Pahlawan biasanya merayakannya dengan memberikan qoutes atau kutipan tokoh nasional sebagai Ucapan Selamat Hari Pahlawan 2019.

Berikut kumpulan kata bijak dari berbagai tokoh untuk mengenang perjuangan para pahlawan yang telah dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber.

1. Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata membela cita-cita. (Mohammad Hatta)

2. Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membuat secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu kita tidak akan mau menyerah kepada siapapun juga. (Bung Tomo)




TEMPO.CO , Surabaya  - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengimbau kepada warga Kota Pahlawan untuk menjaga persatuan di acara Parade Surabaya Juang 2019 yang digelar untuk memperingati Hari Pahlawan dimulai dari Tugu Pahlawan hingga Taman Bungkul, Surabaya, Sabtu, 9 November 2019. "Kepada seluruh warga Surabaya pada saat Indonesia merdeka pada 1945, kita berjuang dengan seluruh lapisan masyarakat, ada seluruh suku bangsa yang ada Indonesia. Itu disebutkan di dalam pidato Bung Tomo saat itu," kata Risma yang mengenakan pakaian ala pejuang saat berpidato di Tugu Pahlawan. Risma berpesan agar semangat persatuan terus dipegang oleh semua kalangan dengan tidak pernah membedakan golongan, etnis, agama, suku dalam satu kesatuan NKRI. Saat berjuang, para pejuang tidak membedakan mereka dari latar belakang suku dan agama. Untuk itu, ia meminta agar masyarakat tidak mudah terprovokasi untuk terpecah belah karena berbeda suku bangsa, agama, atau etnis. "Untuk menjadi kita maju, untuk kita tetap menjaga kemerdekaan, maka kita harus bersatu padu melawan kemiskinan dan kebodohan."  Ia meminta warga Surabaya tidak mudah dihasut dan mudah menerima hoaks karena sesungguhnya mereka yang ingin memecahkan persatuan dan kesatuan negara tercinta. "Jadi karena itu, saya ingin menyampaikan kita jangan pernah melupakan apa yang pernah diperjuangkan oleh para pahlawan untuk negara kita tercinta seperi ini saat ini." Sebanyak 3.000 peserta ikut meramaikan Parade Surabaya Juang 2019 dengan mengambil tema Wira Bangsa yang berarti pahlawan bangsa.

Acara itu dibuka dengan atraksi pemberangkatan Parade Surabaya Juang 2019 dan dilanjutkan dengan pembacaan puisi dan teatrikal pidato tokoh Bung Tomo di depan Gedung Siola. Perayaan berikutnya adalah pengibaran Bendera Merah Putih dan pembacaan puisi di depan Hotel Majapahit. Atraksi perang digelar di depan Gedung Grahadi dengan pertunjukan penampilan band dan teatrikal pidato Gubenur Suryo oleh komunitas pecinta sejarah Indonesia. Setelah itu, pertunjukkan teatrikal kolosal digelar di Monumen Bambu Runcing dan Monumen Polisi Istimewa. Menyambut Hari Pahlawan itu, ada pula atraksi di Santa Maria dan prosesi di perempatan Jalan Bengawan dan berakhir di Taman Bungkul. Ribuan warga antusias menonton Parade Surabaya Juang di sejumlah jalan protokol yang dilalaui para peserta. "Saya senang bisa melihat acara tahunan ini. Saya berharap acara ini digelar setiap tahun dengan konsep yang berbeda-beda," kata penduduk Surabaya, Andi.




Suara.com - Menjelang Hari Pahlawan yang jatuh setiap 10 November, warganet kenang deretan kisah perjuangan pahlawan dalam potret jadul ini.

Memperjuangkan kemerdekaan sampai kesejahteraan masyarakat, deretan para pahlawan ini mempertaruhkan nyawa demi Indonesia.

Jarang diketahui, jasa perjuangan para pahlawan ini begitu heroik dan mampu menyentuh hati siapa saja yang membacanya.

Diunggah akun @ringkasansejarah, kembali ke masa perjuangan pahlawan ini, berikut potret beberapa pahlawan dan kisah-kisah perjuangannya masing-masing.

Jenderal Sudirman merupakan salah satu tangan kanan Soekarno yang membantu menyelamatkan Indonesia dari jajahan Belanda dan para sekutu.

Panglima besar TNI ini begitu identik dengan perang gerilya yang sangat hebat. Menempuh jarak ratusan kilometer, Jenderal Sudirman menyusun strategi perang terbaiknya untuk melawan Belanda dan sekutu.

Hasilnya, taktik Jenderal Sudirman berhasil membuat Belanda kalah.

Jendral Sudirman. [Instagram] Jenderal Sudirman mengalami sakit yang cukup parah, dirinya mengidap TBC dan membuat paru-parunya rusak. Usai Belanda menyerah dan Indonesia benar-benar merdeka, penyakit Jenderal Sudirman merenggut nyawa pahlawan ini di umur 34 tahun.

Warganet mengenang Jenderal Sudirman ini sebagai sosok jenderal sepanjang masa yang mendapat respect besar dari seluruh rakyat.

"Sang jenderal Alfateha," tulis singkat @helmybatara.

Bung Tomo atau Sutomo merupakan pahlawan yang dikenang perannya dalam melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA. Sosok ini dikenal dengan pidato-pidatonya yang mampu menggugah semangat perjuangan rakyat.

Bung Tomo. [Instagram] Potret yang diunggah @ringkasansejarah ini memperlihatkan sosok Bung Tomo yang sedang diwawancarai para wartawan mengenai larangan pidato yang ia terima. Perjuangan Bung Tomo berakhir saat dirinya meninggal pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah saat menunaikan ibadah haji.

Warganet mengenang Bung Tomo sebagai sosok yang tidak tergiur dengan jabatan dan terus mempejuangkan kemerdekaan secara seutuhnya.

"Tampak kuat, cerdas dan berkelas," kata @akmal.jf.nst.

Sosok Kapten Pierre Tendean dikenal sebagai seorang perwira militer yang menjadi salah satu korban peristiwa Gerakan 30 September tahun 1965.

Potret jadul yang diunggah @ringkasansejarah, menampilkan Pierre Tendean berfoto bersama sang adik, ibu, dan ayahnya. Sebelum kembali ke Jakarta, Pierre Tendean sempat menitipkan adiknya pada suami si adik, "Mas, aku titip adikku, tolong jaga dia" ucap Pierre Tendean.

Tidak disangka, pertemuan tersebut adalah yang terakhir. Pierre Tendean ditembak mati di Lubang Buaya dan mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua bersama enam jasad perwira lainnya. Saat itu, jenderal ini masih berumur 26 tahun.

Pierre Tendean. [Instagram] Potret Pierre Tendean ini membuat netizen mengenang sosok ini sebagai salah satu putra terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

"Beliau salah satu putra terbaik yang pernah Indonesia miliki," tulis @dedi__sbr.




TRIBUNNEWS.COM - Menjelang Hari Pahlawan tahun 2019, Presiden RI Joko Widodo kembali menganugerahkan gelar pahlawan nasional untuk enam tokoh yang berjasa bagi bangsa Indonesia.

Mengutip unggahan di akun Instagramnya yang terverifikasi, @jokowi, Presiden Joko Widodo menyerahkan gelar pahlawan nasional kepada para ahli waris penerima.

Penganugerahan gelar pahlawan nasional digelar di Istana Negara pada Jumat (11/9/2019) siang.

Enam tokoh ini memiliki latar belakang bidang yang berbeda.

Yakni tokoh jurnalisme dan pendidikan, serta tiga anggota BPUPKI/PPKI.

Enam tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan nasional tahun ini telah berjasa dalam perjuangan di berbagai bidang untuk mencapai, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

2. Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa Yii Ko) dari Sulawesi Tenggara

3, Prof. Dr. M. Sardjito M,D., M.P.H. dari Yogyakarta




Madiun fasilitasi Festival Bonsai 2019 peringati Hari Pahlawan

Wali Kota Madiun Maidi (kiri) saat meghadiri kegiatan Madiun Bonsai Festival 2019 di Taman Hutan Kota Madiun Jalan Basuki Rahmat pada Sabtu (9/11/2019) malam. (Antara/ HO/ Diskominfo Kota Madiun)

Madiun (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun, Jawa Timur memfasilitasi ajang Madiun Bonsai Festival 2019 yang digelar oleh sejumlah komunitas bonsai dalam rangka Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November.

Wali Kota Madiun Maidi mengapresiasi kegiatan yang baru pertama kali digelar di Kota Madiun tersebut. Ia mengatakan pemerintah daerah akan selalu berusaha memfasilitasi semua kegiatan masyarakat yang berdaya guna, positif, kreatif, inovatif, dan bernilai ekonomis.

"Kalau hutan kota digunakan untuk pameran bonsai, sudah pas. Untuk kegiatan yang berhubungan dengan tanaman, ini cocok di sini. Pemkot Madiun berupaya menfasilitasi," ujar Wali Kota Maidi saat membuka ajang Madiun Bonsai Festival 2019 di Taman Hutan Kota Madiun Jalan Basuki Rahmat pada Sabtu (9/11) malam.

Ia berharap, acara pameran yang cukup sukses tersebut dapat digelar hingga tingkat nasional pada tahun mendatang, sehingga akan memberikan dampak positif yang lebih besar lagi kepada masyarakat Kota Madiun dan pemda.

"Saya minta komunitas bonsai Madiun untuk mengadakan acara pameran yang lebih besar dengan standar nasional. Bonsai ini seninya tinggi dan punya nilai jual tinggi. Jadi, hobi berjalan, ekonomi kreatif, juga produktif," kata dia.

Sementara, Ketua Panitia Madiun Bonsai Festival 2019 Wignyo Yulianto mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Madiun yang telah memfasilitasi sehingga komunitasnya bisa menggelar acara dengan sangat baik. Dirinya tak menyangka, animo para penghobi bonsai dalam pameran tersebut sangat tinggi.

"Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya Pemkot Madiun. Madiun Bonsai Festival ini pertama kali diadakan, tapi peminatnya membludak hingga ratusan peserta," kata dia.

Ia menyebutkan, total peserta pameran mencapai sebanyak 245 yang berasal dari para pecinta bonsai yang ada di Jawa Timur. Di antaranya Kota Madiun, Jombang, dan Mojokerto. Bahkan, ada juga peserta yang berasal dari Jawa Tengah.

Selain untuk menggelar kegiatan positif dalam momentum Hari Pahlawan, ajang tersebut juga bertujuan mengenalkan bonsai kepada masyarakat, terlebih warga Kota Madiun.

"Tujuan kita juga untuk memasyarakatkan bonsai. Agar semua itu tahu kalau untuk merawat dan membudidayakan bonsai ini tidak serumit yang dipikirkan," tambah Wignyo.

Sesuai jadwal ajang Madiun Bonsai Festival 2019 akan digelar selama satu minggu, yakni mulai tanggal 7 - 14 November 2019 mendatang.

Baca juga: Putra Bung Tomo bicara soal berjuang tanpa pamrih jelang Hari Pahlawan

Baca juga: Dua pahlawan film menurut Reza Rahadian

Baca juga: Risma tekankan jaga persatuan di acara Parade Surabaya Juang Pewarta: Louis Rika Stevani Editor: Ruslan Burhani COPYRIGHT © ANTARA 2019




Surabaya (beritajatim.com) – Peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada Minggu (10/11/2019) bisa dirayakan dan diperingati dengan banyak hal. Bukan hanya berziarah atau teaterikal yang kerap kali dilakukan arek-arek Suroboyo.

Seperti yang dilakukan ratusan balerina cilik ini. Mereka membuat pertunjukam drama musikal dengan tema The Swan Lake In Modern Balet. Dalam drama tersebut, sosok Siegfried adalah seorang pangeran yang berjuang merebut wanita idaman dari gerumbulan angsa. Drama musikal ini akan ditampilkan oada Minggu (10/11/2019) bertepatan Peringatan Hari Pahlawan.

Perpaduan tarian modern balet dengan iringan musik gugur bunga yang dipadukan dengan musik daerah ampar-ampar pisang dan rasa sayange menambah energi baru. Tentu saja pertunjukan tersebut semakin menarik.

“Cerita ini bertema sosok pahlawan milenial dengan perjuangannya sebagai anak muda modern yang tetap cinta dengan persatuan dan kesatuan. Itu diwujudkan dengan tarian klasik balet yang dipadu dengan tarian modern. Semoga suguhan ini dapat menjadi salah satu acara peringatan 10 November,” ucap Marlupis Sijangga, pemilik Marlupis Dance Academy, Sabtu (9/11/2019).

Yang menarik dari pagelaran musikal dan tarian balet ini adalah keterlibatan cucu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bernama Gwen Syah. Saat gladi bersih yang dilakukan Sabtu siang, Gwen didampingi orangtuanya, Fuad Bernadi dan Era Masita Maharani.

Menurut Era Masita, Gwen belajar balet lima bulan lalu. Bukan tanpa paksaan, Gwen sendiri yang meminta belajar menari. Karena bocah berusia tiga tahun ini suka dengan tokoh Princess. “Mungkin Gwen demam panggung, padahal biasanya kalau latihan dia bisa antusias, begitu di panggung grogi. Dia memang suka princess, makanya kita salurkan bakatnya di balet. Bukan tanpa paksaan kok, dia memang suka nari,” ucap Era.

Rencananya akan ada dua kali pertunjukkan dengan melibatkan lebih dari 10 cabang Marlupis Dance Academy di Jawa Timur, nantinya mereka akan dibagi dalam dua pertunjukkan yakni pukul 11.00 siang dan 17.30 sore di Hall Balai Pemuda Surabaya. [way/suf]




Suara.com - Minggu, (10/11/18), Indonesia akan kembali merayakan Hari Pahlawan demi mengenang jasa para pahlawan ketika memperjuangkan kemerdekaan.

Dikutip Suara.com dari Wikipedia, Sabtu (9/11/19) momen ditetapkannya tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan ini telah tertulis lewat Keppres No.316 Tahun 1959

Dijuluki sebagai Kota Pahlawan, rasanya banyak sekali destinasi wisata bersejarah yang bisa dikunjungi di Surabaya .

Selain bisa berwisata, lewat sejumlah destinasi wisata di Surabaya ini Anda juga bisa menambah wawasan dan mengenang Hari Pahlawan.

Berikut Suara.com rangkum, 4 rekomendasi wisata sejarah di Surabaya dari berbagai sumber, Sabtu (9/11/19).

Wisata sejarah di Surabaya untuk peringati Hari Pahlawan. (Instagram/@riorodi) Dahulu, Penjara Kalisosok ini menjadi tempat di mana para tokoh penting Indonesia ditahan.

W.R Soepratman, K.H Mas Mansyur hingga HOS Tjokroaminoto bahkan pernah merasakan tinggal di Penjara Kalisosok ini.

Berlokasi di ujung utara Surabaya, Anda dapat mengeksplor Penjara Kalisosok ini dengan meminta bantuan kepada biro wisata.

Namun jika hanya ingin melihat saja, Anda dapat mengabadikan momen dengan berdfoto-foto di Penjara Kalisosok ini.

Kini sisi luar penjara tampak lebih berwarna dengan hiasan mural bertema Nasionalisme.

Wisata sejarah di Surabaya untuk peringati Hari Pahlawan. (Instagram/@seirawallentina) Dahulu, awal mulanya Jembatan Merah ini dibangun guna menghubungkan area Surabaya bagian barat dengan timur.

Tetapi, ketika terjadi pertempuran antara sekutu dengan tentara Belanda, wilayah ini menjadi pos pertahanan bagi penduduk Surabaya.

Saat ini, Jembatan Merah menjadi kawasan pecinan dengan sejumlah bangunan tuanya yang masih berdiri kokoh.

Tidak sedikit wisatawan yang tertarik untuk berfoto di Jembatan Merah bersejarah ini.

Wisata sejarah di Surabaya untuk peringati Hari Pahlawan. (Instagram/@didijournal) Tidak semua bangunan tua terlihat mengerikan dan kotor. Buktinya adalah Hotel Majapahit di Surabaya yang satu ini.

Beralamat di Jalan Tunjungan, Anda daat melihat langsung lokasi saat rakyat Surabaya merobek bendera Belanda menjadi merah putih pada 9 September 1945 silam.

Momen tersebut rupanya juga menjadi sejarah penting sebagai pemicu terjadinya peristiwa 10 November 1945.

Di Hotel Majapahit ini, Anda bisa mengikuti hotel tour dengan membayar tiket sebesar Rp 85 ribu lho.

Tak hanya mengandung makna bersejarah, Hotel Majapahit ini juga memiliki banyak sudut nan Instagramable.

Wisata sejarah di Surabaya untuk peringati Hari Pahlawan. (Instagram/@salbiylaazzara) Tugu Pahlawan merupkan salah satu ikon di Surabaya guna memperingati Hari Pahlawan.

Berlokasi di tengah Taman Kebonrojo, Anda juga dapat menyambangi museum berbentuk piramida tak jauh dari Tugu Pahlawan.

Museum ini berisi koleksi masa lalu yang berkaitan dengan peristiwa bersejarah 10 November.

Diresmikan Presiden Soekarno pada tahun 1952, museum tersebut buka setiap hari selain Senin, dan harga tiketnya cukup terjangkau yakni Rp 2 ribu per orang.

Itu dia tadi 4 rekomendasi wisata sejarah di Surabaya untuk Anda yang berminat melakukan napak tilas Hari Pahlawan. Selamat menikmati liburan ya!



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply