Contact Form

 

Hari Pahlawan dan Ajakan jadi Pahlawan Masa Kini


Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan , menjadi inspektur upacara dalam memperingati hari pahlawan . Upacara diikuti pegawai Pemprov DKI, Para Veteran, TNI dan Polri di Monas. Upacara peringatan hari pahlawan digelar di Lapangan Monas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Minggu (10/11/2019). Dalam upacara, Anies menyebut saat ini terdapat banyak tantangan di Jakarta, beberapa masalah yang terjadi menurutnya yaitu terkait ketimpangan dan kesejahteraan. "Di depan kita ada tantangan di Jakarta, ada masalah ketimpangan, ada masalah kesejahteraan, ada masalah begitu banyak di tempat bapak ibu semuanya," kata Anies.

Anies meminta seluruh jajarannya untuk dapat bertanggung jawab dan menyelesaikan masalah tersebut. Menurutnya, suatu saat nama-nama mereka lah yang akan disebut sebagai pahlawan Jakarta. "Ambil masalah itu, ambil tanggung jawab itu, selesaikan masalah itu biarkan kelak anak bapak ibu sekalian menyebut bapak ibu sebagai pahlawan masalah-masalah yang ada di Jakarta," tuturnya. Selain itu Anies juga membacakan sambutan, dari Menteri Sosial Juliari P Batubara dalam sambutan tersebut Juliari meminta anak muda membangkitkan semangat inovasi. Menurutnya, bentuk aksi nyata bagi pahlawan masa kini dapat dilakukan dengan cara menolong secara sesama hingga tidak menyebarkan hoax. "Peringatan hari pahlawan kita bangkitkan semangat inovasi pada anak muda untuk menjadi pahlawan masa kini, sebagaimana tema peringatan hari pahlawan 2019 'Aku Pahlawan Masa Kini'," kata Anies. "Menjadi pahlawan masa kini dapat dilakukan oleh siapapun warga negara Indonesia, dalam bentuk aksi nyata memperkuat keutuhan NKRI. Seperti menolong sesama yang terkena musibah, tidak memprovokasi yang dapat mengganggu ketertiban tidak menyebarkan hoax tidak melakukan perbuatan anarkis atau merugikan orang lain dan lain sebagainya," sambungnya. Pahlawan di Mata Masyarakat: [Gambas:Video 20detik]




KOMPAS.com - Peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum untuk anak bangsa mengingat bahwa kemerdekaan yang dinikmati saat ini tidak datang begitu saja namun memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa dari para pendahulu negeri.

Semangat yang ditunjukkan para pahlawan dan pejuang tersebut hendaknya perlu terus ditumbuhkembangkan di dalam hati sanubari setiap Insan warga negara Indonesia.

"Selain itu peringatan Hari Pahlawan kita bangkitkan semangat berinovasi bagi anak bangsa untuk menjadi pahlawan masa kini sebagaimana tema peringatan Hari Pahlawan tahun 2019: Aku Pahlawan Masa Kini," ujar Menristek Bambang Brodjonegoro saat  membacakan pesan Kemensos dalam upacara peringatan Hari Pahlawan di Lapangan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS ) Surabaya (10/11/2019).

Baca juga: Sejak 1958, 10 November Ditetapkan sebagai Hari Pahlawan

Menjadi pembina upacara, Menristek Bambang menyampaikan, "Kita juga menumbuhkan semangat kepahlawanan dengan cara menorehkan prestasi di berbagai bidang kehidupan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat dan membawa nama harum bangsa di mata internasional."

DOK. KOMPAS.com Menristek Bambang Brodjonegoro saat menjadi pembina upacara dalam Hari Pahlawan di ITS Surabaya (10/11/2019).

Peringatan Hari Pahlawan kiranya dapat meningkatkan kesadaran kita untuk lebih mencintai tanah air dan menjaganya sampai akhir hayat jangan biarkan keutuhan NKRI yang telah dibangun para pendahulu negeri dengan tetesan darah dan air mata menjadi sia-sia," ujarnya,

Ia berharap jangan sampai tangan-tangan jahil atau pihak tidak bertanggung jawab merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

"Jangan biarkan negeri kita terkoyak tercerai-berai terprovokasi untuk saling menghasut dan berkonflik satu sama lain. Mari kita maknai Hari Pahlawan dengan nyata bekerja dan bekerja membangun negeri menuju Indonesia maju," pesannya.

DOK. KOMPAS.com Menristek Bambang Brodjonegoro bersama Rektor dan dosen ITS usai upacara dalam Hari Pahlawan di ITS Surabaya (10/11/2019)

Ada beberapa cara orang muda dalam ambil bagian menjadi pahlawan bagi bangsa dalam bentuk aksi aksi nyata memperkuat keutuhan NKRI seperti; menolong sesama yang terkena musibah, tidak melakukan provokasi yang dapat mengganggu ketertiban umum, tidak menyebarkan berita hoax, tidak melakukan perbuatan anarkis atau merugikan orang lain dan lainnya.

Dalam kesempatan upacara peringatan Hari Pahlawan, Menristek Bambang Brodjonegoro didampingi Rektor ITS Mochamad Ashari juga memberikan penghargaan kepada dosen, tenaga pendidik dan mahasiswa ITS berprestasi 2019.




Upacara peringatan Hari Pahlawan 10 November yang digelar Pemprov Jatim di Tugu Pahlawan Surabaya berlangsung penuh khidmat. Usai upacara, berbagai tari-tarian hingga drama kolosal juga ditampilkan. Di kesempatan ini, Gubernur Khofifah Indar Parawansa menjadi inspektur upacara. Dalam sambutannya, Khofifah sempat menghaturkan syukur atas ditetapkannya salah satu pahlawan asal Jatim, KH Masjkur sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi pada Jumat (8/11). "Saya bersyukur atas ditetapkannya KH Masjkur sebagai pahlawan nasional, beliau yang menjadi komandan Laskar Hizbullah pada rangkaian perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Surabaya pada tahun 1945," kata Khofifah di Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu (10/11/2019). Selain itu, Khofifah juga sempat membacakan sambutan Menteri Sosial RI. Dalam sambutan tersebut, Khofifah mengingatkan pentingnya generasi kini mengingat jasa para pahlawan. "Peristiwa perang mengingatkan kita bahwa pada kemerdekaan yang kita rasakan saat ini tidaklah datang begitu saja, namun memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa dari para pendahulu negeri. Semangat yang ditunjukkan para pahlawan dan pejuang tersebut hendaknya perlu terus ditumbuhkembangkan di dalam hati sanubari kita," imbuhnya. Sementara itu, Khofifah juga menyoroti perkataan Proklamator Bung Karno yang menyebut jika bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Untuk itu, dia ingin peringatan Hari Pahlawan ini membangkitkan rasa cinta pada para pahlawan. "Peringatan Hari Pahlawan ini kita bangkitkan semangat berinovasi bagi anak bangsa untuk menjadi pahlawan masa kini. Bagaimana tema peringatan Hari Pahlawan tahun 2019 adalah Aku Pahlawan Masa Kini, menjadi pahlawan masa kini dapat dilakukan oleh siapapun yang memperkuat keutuhan NKRI," paparnya. Foto: Hilda Meilisa Rinanda "Seperti menolong sesama yang terkena musibah, tidak menyebarkan berita hoaks, tidak melakukan perbuatan anarkis atau merugikan orang lain dan sebagainya. Jika dahulu semangat kepahlawanan ditunjukkan melalui pengorbanan tenaga, harta bahkan nyawa, sekarang untuk menjadi pahlawan bukan hanya mereka yang berjuang mengangkat senjata, mengusir penjajah, tetapi kita juga bisa dengan cara menorehkan prestasi di berbagai bidang kehidupan," pungkasnya. Dalam acara ini, Khofifah juga sempat menyerahkan bingkisan dan tanda penghormatan kepada para veteran yang hadir dalam kegiatan. Pahlawan di Mata Masyarakat: [Gambas:Video 20detik]




KOMPAS.com - Setiap 10 November Bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Pahlawan .

Dari anak sekolah sampai pegawai kantor, tanpa terkecuali, mereka memperingatinya dengan beragam cara.

Ditetapkannya 10 November sebagai hari pahlawan didasari Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur.

Keppres tersebut ditandatangani oleh Presiden Soekarno.

Dalam Keppres itu, ada enam hari bersejarah yang dijadikan sebagai hari nasional bukan hari libur.

Meski baru ditetapkan sebagai hari nasional pada tahun 1959, tetapi peringatan hari pahlawan sudah ada sebelum tahun itu.

Dalam Majalah ARSIP Edisi 64/Juli-Desember 2014 yang diterbitkan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), tercatat Bung Karno telah menghadiri peringatan Hari Pahlawan di Bali pada tahun 1958, satu tahun sebelum penetapan 10 November sebagai hari pahlawan.

Pada kesempatan itu, Bung Karno memberi sambutan di hadapan para pemuda dan pelajar yang menghadiri acara peringatan itu.

Dalam arsip itu juga disebutkan bahwa setiap 10 November diadakan perayaan atau pawai melintasi jalan-jalan besar di Surabaya , terutama melalui Hotel Oranje atau Hotel Yamato.

Sebab, ditempat itulah bendera Belanda diturunkan oleh para pemuda Surabaya dan menggantinya dengan bendera Merah Putih.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Penemuan X-Ray Mengubah Dunia

Ditetapkannya 10 November sebagai Hari Pahlawan bukan tanpa alasan.

10 November 1945 merupakan pertempuran antara arek-arek Surabaya dengan tentara Belanda.

Peristiwa itu bermula dari kedatangan Tentara Sekutu ke Surabaya pada Oktober 1945 yang dipimpin oleh Jenderal Mallaby.

Mereka melakukan aksi seremonial dengan berjalan ke berbagai sudut kota untuk melihat situasi.

Akan tetapi, pada 30 Oktober 1945, perwira kerajaan Inggris itu tewas akibat mobil yang ditumpanginya hangus terbakar.

Mengenai penyebab tewasnya Jenderal Mallaby, hingga saat ini masih menjadi perdebatan.

Beberapa sumber menyebutkan Mallaby tewas setelah aksi tembak menembak terhadap penduduk Surabaya.

Sumber lain mengatakan bahwa ia terbunuh akibar granat dari anak buahnya yang berusaha melindungi. Namun, granat itu melesat dan terkena mobil Mallaby, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com (10/11/2018).

Terbunuhnya Mallaby itu pun memantik kemarahan dari tentara Sekutu.

Tepat pada 9 November 1945, tentara sekutu mengeluarkan ultimatum kepada warga Surabaya melalui selebaran kertas.

Ultimatum tersebut berisi tuntutan agar warga Surabaya menyerahkan semua senjata kepada tentara Sekutu sebelum jam 06.00 pagi hari berikutnya, 10 November 1945.

Namun, warga Surabaya menolak tuntutan itu. Pertempuran antara kedua pihak pun tak terelakkan.

Pertempuran yang berlangsung lebih dari tiga minggu itu memakan ribuan korban jiwa di pihak Indonesia, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com (9/11/2019).

Baca juga: Sepak Terjang Ruhana Kuddus, Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2019

(Sumber: Kompas.com/Aswab Nanda Pratama | Editor: Bayu Galih).




JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo memimpin upacara ziarah nasional dalam rangka peringatan Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata , Jakarta Selatan, Minggu (10/11/2019).

Upacara dimulai sekitar pukul 08.10 WIB, ditandai dengan masuknya Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin ke lokasi.

Upacara peringatan Hari Pahlawan juga dihadiri para menteri Kabinet Indonesia Maju dan para pimpinan lembaga tinggi negara.

Beberapa menteri Kabinet Indonesia Maju yang tampak hadir yakni Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menko Polhukam Mahfud MD, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri ATR Sofyan Djalil, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Sosial Juliari Batubara, Menteri Agama Fachrulrazi, dan Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono.

Baca juga: Hari Pahlawan dan Ajakan jadi Pahlawan Masa Kini

Sedangkan pimpinan lembaga tinggi negara yang hadir di antaranya Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis, Ketua MPR Bambang Soesatyo, dan Jaksa Agung ST Burhanuddin.

Dalam upacara tersebut, Presiden selaku inspektur upacara juga meletakkan karangan bunga sebagai tanda penghormatan kepada arwah pahlawan. Ia bersama Ma'ruf juga menaburkan bunga di sejumlah makam pahlawan.




TEMPO.Co, Jakarta - Kementerian Sosial mengimbau agar seluruh rakyat Indonesia ikut mengheningkan cipta pada Hari Pahlawan 10 November 2019. Melalui akun media sosialnya, Kemensos mengajak masyarakat mengheningkan cipta mulai pukul 08.15, selama 60 detik. "Mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mengheningkan cipta besok pagi pukul 08.15 waktu setempat di Hari Pahlawan 10 November 2019 #HariPahlawan2019 #AkuPahlawanMasaKini," tulis akun Twitter @KemensosRI, Sabtu, 9 November 2019. Menteri Sosial Juliari P. Batubara juga mengajak masyarakat untuk ikut mengheningkan cipta. "Marilah segenap Bangsa Indonesia kita luangkan waktu besok pagi 10 November pukul 08.15 Mengheningkan cipta sejenak guna mengenang jasa para Pahlawan yang telah mendahului kita," tulis Juliari di akun Twitter @juliaribatubara. Kemensos telah menetapkan Rohana Kudus atau Ruhana Kuddus, jurnalis perempuan pertama asal Sumatera Barat, sebagai Pahlawan Nasional tahun 2019. Hal ini ditetapkan berdasarkan pertemuan Dewan Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan dengan Presiden Joko Widodo pada 6 November 2019 lalu. Ada pula Surat Menteri Sosial Rl nomor :23/MS/A/09/2019 tanggal 9 September 2019 perihal usulan calon Pahlawan Nasional tahun 2019. "Usulan itu mendapatkan persetujuan untuk dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2019, atas nama Almarhumah Ruhana Kuddus," kata Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Pepen Nazaruddin melalui keterangan tertulis, Kamis 7 November 2019. Rencananya, penobatan gelar itu akan dilakukan dalam acara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara pada tanggal 8 November 2019. Kemensos turut mengundang Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, dan juga sejumlah ahli waris dari Ruhana Kuddus. Berdasarkan penelusuran Tempo, Ruhana Kuddus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam 20 Desember 1884. Pada 1911, Ruhana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang. Sembari aktif di bidang pendidikan yang disenanginya, Ruhana Kuddus juga menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia. Ketika dibredel pemerintah Belanda, Ruhana berinisiatif mendirikan surat kabar, bernama Soenting Melajoe. Dia meninggal di Jakarta pada 17 Agustus 1972 pada usia 87 tahun. IMAM HAMDI | HALIDA BUNGA




6 Film Bertema Perjuangan untuk Peringati Hari Pahlawan Nasional , Termasuk Battle of Surabaya !

TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, Minggu (10/11/2019) Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional .

Momen ini merupakan peringatan atas pertempuran dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Surabaya pada 10 November tahun 1945 silam.

Kala itu, para tentara dan milisi indonesia yang pro-kemerdekaan berperang melawan tentara Britania Raya dan Belanda yang merupakan bagian dari Revolusi Nasional Indonesia.

Memperingati Hari Pahlawan, banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengenang jasa para pejuang.

Satu di antaranya dengan menonton film bertema perjuangan.

Melalui film, kita dapat menyaksikan betapa keras dan beratnya perjuangan para pahlawan demi meraih serta mempertahankan kemerdekaan.

Setelah menonton film, diharapkan rasa nasionalis dan cinta tanah air kita semakin bertambah.

Dihimpun Tribunnews.com dari berbagai sumber, berikut enam film bertema perjuangan yang cocok untuk ditonton di Hari Pahlawan.




KOMPAS.com - Momentum perobekan bagian biru bendera Belanda menjadi bendera Indonesia di hotel Yamato, Surabaya menjadi salah satu momen ikonik pada Hari Pahlawan , 10 November 1945 .

Baca juga: Selain Hotel Indonesia, Ini 4 Hotel Bersejarah yang Masih Beroperasi

Kemarahan arek-arek Suroboyo memuncak saat bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) dikibarkan tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya. Bendera ini dikibarkan di tiang pada tingkat teratas sisi sebelah utara Hotel Yamato.

Hotel Yamato kini dikenal dengan Hotel Majapahit yang berada di Jalan Tunjungan Nomor 65, Surabaya, Jawa Timur.

Sudut tempat perobekan bendera masih bisa dilihat hingga saat ini. Pada tahun lalu, dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November, diadakan teaterikal perobekan bendera Belanda menjadi Sang Saka Merah Putih.

Hotel ini menyimpan nilai sejarah yang hendak dipertahankan oleh Pemerintah Daerah Surabaya. Gedung hotel dibangun tahun 1910.

Awalnya, hotel ini menjadi salah satu hotel bagi kaum elit Belanda yang tinggal di Surabaya atau yang sedang berkunjung di Kota Pahlawan.

Pada zaman kolonial, Hotel Majapahit bernama Hotel Oranje yang didirikan oleh Sarkies Bersaudara berdarah Armenia.

Jepang kemudian datang ke Indonesia dan hotel Oranje yang berubah nama menjadi hotel Yamato saat Surabaya diduduki oleh Jepang.

Kini hotel Yamato yang berubah nama menjadi hotel Majapahit Surabaya managed by AccorHotels masih mempertahankan bentuk bangunan awal khas zaman kolonial yaitu bergaya art-deco .

Sesampainya di hotel dan masuk ke lobby, pengunjung langsung disuguhkan penampilan mobil tua yang dipajang dengan rapi di sudut depan lobby .

Ornamen yang dominan dari kayu menghiasi pilar-pilar penyangga lobby . Lukisan yang mengambarkan suasana Surabaya tempo dulu ditata rapi di dinding lobby .

Jika berjalan ke sebelah kiri maka pengunjung akan menemukan toko suvenir yang menyuguhkan pernak-pernik, oleh-oleh khas Surabaya. Jika berjalan ke arah kanan hotel pengunjung akan mendapati Indigo Restorant.

Dalam restoran, pengunjung disuguhkan interior berkonsep gatsby yang bergaya tahun 1920-an. Kursi-kursi kayu yang tinggi mengelilingi bar yang ada di sudut ruangan.

Di atap restoran ini terdapat lampu yang dilapisi oleh kaca biru sehingga cahaya berwarna biru, terlihat seakan-akan langit yang cerah menyinari bagian tengah ruang restoran.

Pengunjung bisa melihat hall atau aula yang menjadi tempat pertemuan atau pesta para kaum elit Belanda pada zaman kolonial.

Dari lobi langsung saja masuk lewat pintu kaca samping kiri resepsionis dan menuju lorong yang berujung pada aula.

Artis Hollywood kelas atas seperti Charlie Chaplin pernah mengunjungi hotel ini dan berpesta di dalam aula. Foto tersebut diabadikan dan dipajang di depan pintu aula.

Di bagian bawah aula dulunya dibuat tempat berdansa dan pertunjukan dan di bagian atas diperuntukan bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan pesta.

Lampu-lampu yang bergelantungan di atap aula terkesan mewah dan glamor. Di bagian atas juga diberi pembatas atau pagar yang masih asli dari awal dibangun.

Aula ini dikelilingi dengan jendela kaca lengkap dihiasi gorden berwarna merah maroon yang menambah nilai glamor dari aula.

Hotel Majapahit Surabaya managed by Accor Hotels memberikan ruang terbuka bagi para pengunjung yang ingin menikmati teh dan snack pada sore hari di tengah taman.

Taman dihiasi dengan kolam dan air mancur. Kehadiran stained glass makin mempercantik berbagai sudut hotel.

Hotel Majapahit menyediakan 143 kamar yang mengusung tema interior ala Eropa. Kamar-kamar tersebut menyimpan sejarah, termasuk kamar yang dijadikan perundingan antara Sudirman dan W.V.Ch Ploegman saat situasi Indonesia sedang memanas di awal Proklamasi.

Ada juga kamar dari Jendral Mallaby menjelang pertempuran akhir bulan Oktober 1945 dan sebelum ia tewas dengan ledakan bom dari pahlawan Surabaya.

Salah satu kamar di Hotel Majapahit Surabaya juga pernah ditiduri oleh aktor ternama Charlie Caplin.

Kamar-kamar yang berjejeran berada dalam lorong yang nuansanya sangat kental dengan zaman Belanda. Bentuk arsitektur yang menonjol dari bagian lorong kamar adalah bentuk jendelannya yang besar-besar. Detail ornamen geometris sangat menonjol di sini.

Keunikan lain dari hotel ini adalah bagian toiletnya. Pengunjung yang masuk ke dalam toilet jangan kaget jika tuas untuk flush toilet masih mengunakan tuas zaman Belanda, yang berada di atas dudukan wc toilet dengan cara ditarik.

Tak heran jika hotel ini menjadi salah satu cagar budaya di Surabaya. Hotel Majapahit menyediakan paket tur yang bernama Heritage Hotel Tour.

Hotel ini meyimpan segudang nilai sejarah yang dipertahankan dan dijaga agar tidak mati terkikis oleh waktu.




TRIBUNNEWSWIKI.COM -  10 November 2019 diperingati bangsa Indonesia sebagai Hari Pahlawan .

Hari pahlawan sendiri ditengarai oleh peristiwa dikibarkannya bendera Belanda di atas Hotel Yamato, Surabaya, kini lebih dikenal sebagai Hotel Majapahit.

Peristiwa tersebut terjadi pada 74 tahun silam atau tepatnya pada tanggal 19 September 1945.

Salah satu hal yang perlu diingat dalam rangka memperingati Hari Pahlawan adalah pidato Bung Tomo.

Bung Tomo Membakar Semangat Para Pejuang (Intisari)

Dengan semangatnya, Bung Tomo menyuarakan pidatonya dengan pekik heroik 'Merdeka atau Mati!'

Pidato Bung Tomo tersebut membakar semangat pejuang Indonesia, khususnya Surabaya.

Yang mana kala itu Surabaya dalam pertempuran yang kini dikenal sebagai Hari Pahlawan , 10 November .




Tepat di tanggal 10 November, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Peringatan hari pahlawan ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur kita atas kemerdekaan Indonesia dan mengenang jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawanya untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.  Kita merasa beruntung karena hidup dimasa yang damai dan menikmati hasil jerih payah dari para pahlawan yang telah berhasil melepaskan Indonesia dari tangan penjajahan. Awal mula peringatan hari pahlawan yang jatuh ke tanggal 10 November adalah diambil dari peristiwa perlawanan masyarakat Surabaya (yang dikenal arek-arek Suroboyo) terhadap sekutu sebagai bentuk mempertahankan kemerdekaan yang menewaskan Jenderal AWS Mallaby.  Momentum tersebut menjadikan spirit para pejuang bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan di berbagai daerah, seperti di Bandung yang dikenal dengan Bandung Lautan Api, di Semarang dikenal dengan pertempuran 5 hari, di Yogyakarta dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret, di Ambarawa dikenal dengan peristiwa pertempuran Ambarawa, di Medan dikenal dengan peristiwa Medan Area. Selain kita mengenal berbagai pertempuran, kita pun mengenal pahlawan yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan, baik sebelum merdeka maupun setelah merdeka. Pahlawan yang kita kenal saat Indonesia belum merdeka seperti: Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bondjol, Sultan Ageng Tirtayasa, R.A Kartini, Pattimura, Sultan Hasanuddin. Setelah merdeka kita mengenal seperti: Jenderal Sudirman, Bung Tomo, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Tan Malaka dan masih banyak lagi.  Dengan ditetapkannya hari pahlawan pada tanggal 10 November melalui Keputusan Presiden (KEPPRES) No.316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, maka masyarakat Indonesia dapat memperingati hari Pahlawan satu tahun sekali. Peringatan Hari Kepahlawanan Tidak Hanya Sebatas Seremonial

Dalam rangka peringatan hari pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November, pada umumnya masyarakat Indonesia memperingatinya dengan melakukan Upacara Bendera, melakukan ziarah ke makam para pahlawan dan juga ikut membersihkan makam. Terdapat juga terdapat perlombaan tentang seputar tokoh-tokoh pahlawan. Walaupun peringatan hari pahlawan ini tidak semeriah memperingati hari kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus, tentunya masyarakat Indonesia masih mempunyai kepedulian terhadap aksi heroik, rela berkorban, dan semangat para pahlawan yang berjuang sampai titik darah penghabisan melawan penjajah. Namun yang dapat digarisbawahi adalah dalam memperingati hari pahlawan ini tidak hanya sebatas sebagai seremonial. Yaitu hanya sebatas ikut memperingati, namun tidak sampai memaknai. Terkadang kita merasa terpaksa dalam mengikuti kegiatan upacara kemerdekaan. Bahkan terdapat punishment jika kita tidak ikut serta dalam kegiatan upacara memperingati hari pahlawan. Selain itu, yang menjadi masalah ketika generasi muda yang lebih interest mengenal tokoh-tokoh fiksi seperti Avenger, Iron Man, Spider Man, Hulk, daripada mengenal tokoh pahlawan asli Indonesia.  Maka dalam memperingati hari pahlawan ini, perlunya pemaknaan nilai moral yang dapat diambil dari aksi heroik para pahlawan kita dalam mempertahankan kemerdekaan kepada masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang dapat mencontoh nilai dan moral dari para pahlawan seperti Keberanian, Tanggung Jawab, Rela Berkorban, dan Jiwa Kepemimpinan dalam menghadap tantangan ke depan. Mohamad Ully Purwasatria, M.Pd

Tulisan adalah kiriman netizen, isi tulisan di luar tanggung jawab redaksi.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply