JB Suratno Presiden Soeharto memberikan keterangan pers seusai pertemuan dengan para ulama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan ABRI di Istana Merdeka, 19 Mei 1998, dua hari sebelum mengundurkan diri menjadi presiden. Disaksikan Mensesneg Saadillah Mursyid (paling kanan) dan para tokoh, antara lain Yusril Ihza Mahendra, Amidhan, Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Malik Fadjar, Sutrisno Muchdam, Ali Yafie, Ma'ruf Amin, Abdurrahman Wahid, Cholil Baidowi, Adlani, Abdurrahman Nawi, dan Ahmad Bagdja.
BANGKAPOS.COM - Tepatnya Hari Kamis tanggal 21 Mei 1998, pukul 09.00 WIB semua mata tertuju ke credentials room di Istana Merdeka, Jakarta.
Di hari tersebut, Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya sebagao Presiden Republik Indonesia setelah 32 tahun menjabat.
Sebenarnya pengumuman pengunduran diri Soeharto tidak terlalu mengejutkan, lantaran sehari sebelumnya sudah ramai dibicarakan bahwa Presiden Soeharto akan mengundurkan diri.
Lantas, yang menjadi pertanyaan, apa yang menyebabkan Soeharto memutuskan untuk mundur?
Soeharto dengan yakinnya mengatasi keadaan saat beberapa hari sebelumnya.
Mundurnya Soeharto membawa kejutan yang diawali dengan keterangan pers Ketua DPR/MPR Harmoko setelah Rapat Pimpinan DPR, Senin (18/5/1998) lalu.
Saat itu, Harmoko di Gedung DPR pada pukul 15.201 WIB. Gedung DPR kala itu dipenuhi oleh ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana.
Tak sendiri, Harmoko saat itu didampingi oleh seluruh Wakil Ketua DPR, yaitu Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur dan Fatimah Achmad.
Ribuan mahasiswa di Gedung DPR yang menyambut kejutan dengan gembira itu tak berlangsung lama.
• Sebelum Lengser, Soeharto Ternyata Sudah Siapkan Sosok Ini Jadi Presiden
BANGKAPOS.COM - Soeharto memiliki sebuah kebiasaan turun langsung ke masyarakat semasa menjadi Presiden Republik Indonesia ke-2.
Hal itu bertujuan untuk memastikan apakah pembangunan berjalan sebagaimana mestinya.
Terkait kegiatan Soeharto yang turun ke masyarakat, sebuah pengakuan disampaikan oleh Kunarto, yang pernah menjadi Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) saat itu.
Kunarto menceritakan kisah itu dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories".
Suatu ketika, Soeharto hendak meresmikan pompa air tanah di Caruban, Madiun, Jawa Timur.
Saat itu, di sepanjang perjalanan dia ditemani oleh Wahono yang kala itu menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur.
Ternyata di tepi jalan, ada ribuan bocah SD yang melambaikan sejumlah bendera merah putih berukuran kecil.
Soeharto kemudian menurunkan kaca jendela mobil yang ditumpanginya.
Soeharto lalu tersenyum, dan melambaikan tangannya.
SOSOK Ayahanda Ibu Ani Yudhoyono: Ternyata Seorang Kopassus, Kecewa dengan Soeharto
TRIBUNPEKANBARU.COM - Ani Yudhoyono, istri dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono saat ini tengah berjuang keras melawan kanker darah, tapi tahukah anda ayah dari Ibu Ani Yudhoyono merupakan seorang Kopassus?
Ani Yudhoyono sudah sekitar 4 bulan ini menjalani perawatan di National University Hospital, Singapura.
Sempat dikabarkan membaik pada pertengahan Mei 2019 lalu, kondisi Ani Yudhoyono saat ini mengalami penurunan.
Kabar terbaru mengenai kondisi Ani Yudhoyono datang dari elit Demokrat.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Rachland Nashidik mengabarkan kondisi terkini ibunda dari Agus Harimurti Yudhoyono itu.
Rachland Nashidik menyebut kondisi Ani Yudhoyono pagi ini kembali menurun, Sabtu (1/6/2019).
Hal itu diungkapkannya lewat akun Twitter pribadinya, @RachlanNashidik pagi tadi.
Ia membagikan video yang berisi foto-foto Ani Yudhoyono bersama keluarga serta kerabat.
Lewat keterangan, Rachland memohon doa untuk kesembuhan Ani Yudhoyono.
Simpang Siur Ibu Tien Meninggal Karena Tertembak, Ini Sejarah Akhir Hayat Istri Presiden Soeharto
TRIBUNJAMBI.COM - Nama Ibu Tien hingga kini masih dikenang sebagai sosok santun dan jarang tampil dikhlayak ramai sebagai ibu negara.
Kala Soeharto masih menjadi Presiden Republik Indonesia kedua, Ibu Tien setia menemani sang pemimpin negara.
Namun karena jarang tampil dihadapan wartawan, sejarang wafat nya Ibu Tien masih menjadi simpang siur.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Ibu Tien dikabarkan terkena serangan jantung hingga dibawa ke rumah sakit tempat ia bisa memeriksakan kesehatannya.
Selama perjalanan dari kediaman Presiden menuju rumah sakit, dokter kepresidenan terus memberikan bantuan pernapasan dengan tabung oksigen.
Baca: Dijerat Pasal Berlapis, Kades di Muara Bulian Hadapi Tuntutan Jaksa
Baca: Pasukan Inggris Kalang Kabut Hadapi Kopassus, 1 Dikubur di Hutan Kalimantan, Sisanya Lari Ketakutan
Baca: Jokowi Bertemu Para Purnawirawan Pasca-Kerusuhan 22 Mei, Moeldoko Ungkap Tujuan Pertemuan Itu
Baca: Dekati Lebaran, Semua Busana Muslim Diskon Hingga 75 Persen di Matahari Lippo Plaza Jambi
Baca: Daftar Lengkap Mutasi TNI, 9 Jenderal Naik Pangkat 53 Perwira Tinggi Promosi
Selain itu yang juga ikut dalam perjalanan ke rumah sakit adalah dua anak Suharto, yakni Bambang dan Sigit, serta ajudan presiden, Sutanto.
Setelah dokter RSPAD melakukan berbagai upaya pertolongan, Ibu Tien mengembuskan napas terakhirnya pada sekitar pukul 05.10 WIB
Banyak kabar yang berembus tentang sebab musabab meninggalnya Ibu Tien Soeharto.
Cerita yang beredar banyak menyebut Ibu tien meninggal karena terjangan peluru dari salah seorang anaknya.
Ketika itu Ibu Tien disebut berusaha melerai cekcok yang terjadi antara 2 anak kandungnya di kediaman keluarga di Cendana
Diincar Sniper Saat Kunjungi Bosnia , Presiden Soeharto Malah Tenang-tenang Saja
POS-KUPANG.COM - Sejumlah kunjungan ke luar negeri pernah dilakukan oleh Soeharto saat masih menjadi Presiden Republik Indonesia.
Dari negara-negara yang tenteram, hingga negara-negara yang sedang dilanda konflik juga pernah dikunjungi Soeharto .
Satu di antara adalah kunjungan Soeharto ke Sarajevo Bosnia .
Mantan Komandan Grup A Pasukan Pengaman Presiden, Sjafrie Sjamsoeddin, dalam buku Pak Harto The Untold Stories mengatakan, kunjungan itu dilakukan Soeharto pada tahun 1995.
• Polisi Tangkap 5 Sniper Bayaran yang Hendak Bunuh 4 Tokoh Nasional di Aksi 21-22 Mei, Ini Buktinya!
Kunjungan ke Sarajevo itu dilakukan Soeharto usai mengunjungi Kroasia.
Sjafrie mengatakan, dia mendapatkan kabar saat itu baru saja ada pesawat yang ditembaki di sekitar tempat tersebut.
Pesawat tersebut mengangkut utusan khusus PBB, Yasushi Akashi saat hendak ke Bosnia .
• Polisi Siapkan Sniper Amankan Sidang Aman Abdurrahman
Dalam penerbangan dari Zagreb-Sarajevo, Soeharto sama sekali tidak mengenakan rompi pengaman, dan helm.
TRIBUNKALTIM.CO - Sejarah pergantian kepemimpinan Indonesia menarik untuk diikuti, satu di antaranya mengenai sosok Soeharto.
Saat Soeharto jadi Presiden Indonesia pernah dinobatkan sebagai bapak pembangunan Indonesia, Soeharto dianggap banyak lakukan pembangunan, sempat dikatakan Indonesia masuk kategori Macan Asia.
Masa kekuasaan Soeharto pun bisa dibilang lama dibandingkan presiden sebelumnya dan sesudahnya. Soeharto yang berkuasa sampai 32 tahun di ujung akhir kekuasaan memiliki catatan yang agak buruk.
Negara Indonesia dalam kondisi krisis ekonomi, membuat tampuk kekuasaan Soeharto pun goyang. Aksi demonstrasi muncul di berbagai daerah membuat Soeharto pun disorot, banyak kritikan.
Ekonomi terpuruk sembako naik tinggi, Soeharto yang jadi presiden pun jadi sasaran. Krisis ekonomi pun berlanjut ke krisis lainnya, multidimensi, Soeharto pun khawatir. Isu tentang korupsi di kalangan kroni dan nepotisme Soeharto pun merebak kala itu.
Tanda-tanda kejatuhan Soeharto dari kursi kepresiden mulai nampak saat memasuki tahun 1998.
Dari gejolak yang buruk itulah, maka kemudian banyak desakan dari masyarakat terutama kalangan tokoh masyarakat dan mahasiswa meminta untuk Soeharto mundur dari jabatannnya.
Demo terjadi di pusat Jakarta, elemen mahasiswa bergelombang dari berbagai penjuru, menuntut Soeharto mundur dari kursi kepersidenan.
Namun saat ada desakan kuat mundur dari kursi presiden, apakah Soeharto sudah siapkan kandidat penggantinya nanti?
Ada kabar bahwa Soeharto memang akan memasang sosok tertentu, sebagai penggantinya di Soeharto . Siapakah dia orangnya, apakah Sudarmono, Harmoko dan BJ Habibie ?
Ternyata Bukan BJ Habibie & Prabowo , Soeharto Persiapkan Figur Ini Sebagai RI-1 Setelah lengser
TRIBUN-TIMUR.COM - Presiden Kedua RI HM Soeharto mengakhiri kekuasaannya setelah kurang lebih 32 tahun memimpin Indonesia setelah mengambilalih tongkat komando RI-1 dari Soekarno.
Soeharto tumbang oleh gerakan Reformasi sekaligus mengakhiri sebuah era bernama Orde Baru.
Krisis ekonomi dan instabilitas keamanan dalam negeri di antara penyebab Soeharto lengser .
Soeharto jatuh dari kursi kepresidenan pada bulan Mei tahun 1998.
Itu terjadi setelah Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama 32 tahun.
Kekuasaan Soeharto jatuh pasca munculnya krisis multidimensi yang saat itu melanda Indonesia.
Termasuk juga melambungnya harga sejumlah kebutuhan pokok.
Akibatnya, gelombang reformasi pun muncul, dan mendesak Soeharto agar segera mundur dari jabatannya.
Karena desakan dari berbagai pihak, Soeharto kemudian memutuskan mundur dari posisinya sebagai presiden.
BANGKAPOS.COM - Ada sebuah kisah saat Bu Tien Soeharto didatangi peramal keturunan India.
Peramal itu membeberkan nasib mujur sang suami, Soeharto, yang saat itu belum menjadi presiden.
Namun, awalnya Bu Tien Soeharto sempat tak mempercayai ramalan tersebut.
• Rahasia Kesaktian Ibu Tien Soeharto Terbongkar, Pilot Jenderal Bintang Tiga Ini Kena Tampar
Diketahui, peramal India yang berjualan batu-batuan itu tubuhnya tak terlalu tinggi.
Ketika berbicara, peramal tersebut selalu menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia.
Suatu hari, ia mampir ke rumah Soeharto di Jl Agus Salim, Jakarta.
Ketika itu Soeharto berpangkat mayor jenderal dan menduduki posisi cukup penting Pangkostrad.
Entah siapa yang mengajak pria itu mampir ke rumah Pangkostrad.
BANGKAPOS.COM - Cerita soal Soeharto, Presiden kedua RI memang seolah tak ada habisnya.
Mulai dari keluarganya hingga kisah cinta antara Soeharto dan sang istri, Fatimah Siti Hartinah atau Tien Soeharto.
Fatimah Siti Hartinah atau Tien Soeharto dikenal oleh masyarakat luas sebagai sosok yang memegang andil besar pada Soeharto.
Tak sedikit orang yang percaya, Ibu Tien memiliki kekuatan magis tertentu karena darah dan keluarganya.
Ibu Tien Seoharto adalah bagian dari keluarga besar Keraton Kasunanan Surakarta, Solo, Jawa Tengah.
Dilansir TribunJatim.com dari Intisari.Grid.Id, banyak orang juga percaya ketika Bu Tien wafat mendahului Pak Harto pada 1996, pamor dan kewibawaan Pak Harto turut surut.
Ujungnya ia lengser menjadi Presiden kedua RI pada bulan Mei 1998.
Tak banyak yang tahu, tapi konon Bu Tien memiliki rahasia tentang wibawa dan "kesaktian" Ibu Tien yang sangat berpengaruh kepada Pak Harto.
Menurut seorang penerbang helikopter TNI AU yang tak mau disebut namanya, kesaktian Ibu Tien konon terletak pada tusuk konde rambutnya.
Seorang pilot yang jabatan terakhirnya adalah jenderal bintang tiga (Marsekal Masdya) ini pernah bercerita tentang pengalamannya menjadi pilot Ibu Tien .
TRIBUNJATIM.COM - Meski memimpin Indonesia selama 32 tahun, namun siapa sangka cita-cita Soeharto sebenarnya justru bukanlah menjadi Presiden .
Hal itu terkuak dari rekaman video pada saat acara Temu Wicara Presiden Soeharto pada peringatan Hari Anak Nasional di Istana 13 Juli 1994 .
Pada saat itu, mantan Presiden Soeharto yang mengenakan baju batik ditanya sejumlah pelajar dari perwakilan beberapa daerah di Indonesia.
Saat itu juga hadir istrinya Tien Soeharto, Wakil Presiden Tri Sutrisno, dan sejumlah pejabat lain.
• Pengakuan Ajudan Soal Sorot Mata Kartosoewiryo Kala Dieksekusi Mati, Bikin Soekarno Langsung Berdoa
Tiba saatnya sesi tanya jawab, seorang pelajar asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan bertanya, sejak kapan Soeharto ingin menjadi presiden.
"Saya mau tanya sejak kapan bapak bercita-cita menjadi presiden ?"
• Ketakutan Soeharto Saat Dielu-elukan Bocah SD, Ucapannya Terbukti Saat Kekuasannya Tumbang
"Sebenarnya kalau terus terang, karena kehidupan saya dulu, bapak dulu pada waktu zaman penjajahan sangat menderita," terangnya.
Dia melanjutkan, pada saat itu tidak semua anak-anak seumurannya bisa bersekolah. Dapat dikataken tidak mudah satu desa itu yang sekolah itu cuma saya sendiri, lainnya tidak," jelasnya.