Contact Form

 

Malam Lailatul Qadar Jatuh Tanggal Berapa? Ini Jawaban Prof Quraish Shihab Melalui Tafsir Al Quran


TRIBUNJATENG.COM -  Malam Lailatul Qadar Jatuh Tanggal Berapa? Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ, malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan.

Dalam Al Quran, Lailatul Qadar digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Selain itu juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Quran.

Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Quran.

Prof Dr M Quraish Shihab MA dalam bukunya WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat menjelaskan pajang lebar soal Lailatul Qadar .

Berikut penjelasannya yang dinukil dari buku WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, terbitan Mizan.

Berbicara tentang Lailatul Qadar mengharuskan kita berbicara tentang surat Al-Qadar.

Surat Al-Qadar adalah surat ke-97 menurut urutannya dalam Mushaf.

Para ulama Al Quran menyatakan bahwa ia turun jauh sesudah turunnya surat Iqra'. Bahkan sebagian di antara mereka menyatakan bahwa surat Al-Qadar turun setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah.




TRIBUNKALTIM.CO - Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ, malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan.

Dalam Al Quran , Lailatul Qadar digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Selain itu juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Quran .

Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Quran .

Prof Dr M Quraish Shihab MA dalam bukunya WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat menjelaskan pajang lebar soal Lailatul Qadar.

Berikut penjelasannya yang dinukil dari buku WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, terbitan Mizan .

Berbicara tentang Lailatul Qadar mengharuskan kita berbicara tentang surat Al-Qadar. Surat Al-Qadar adalah surat ke-97 menurut urutannya dalam Mushaf.

Para ulama Al Quran menyatakan bahwa ia turun jauh sesudah turunnya surat Iqra'. Bahkan sebagian di antara mereka menyatakan bahwa surat Al-Qadar turun setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah.

Penempatan urutan surat dalam Al Quran dilakukan langsung atas perintah Allah SWT, dan dari perurutannya ditemukan keserasian-keserasian yang mengagumkan.




Mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan yang pada sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh tengahnya adalah ampunan dan sepuluh akhirnya adalah bebas dari neraka. Walau pun hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah SWT.

Hanya saja, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:

Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata:

“Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli isterinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”   Demikian menurut lafadz Al-Bukhari.

Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu anha:

“Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.”

Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah Radhiyallahu Anha:

“Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau.”

Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:

“Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan).”  (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)

Dan lebih khusus lagi adalah malam-malam ganjil pada rentang tujuh hari terakhir dari bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi bahwa Lailatul Qadar tiba di tujuh hari terakhir. Maka

“Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari terakhir.  ” (Muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)

“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari bulan Ramadhan. ”  (HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)

Yang lebih khusus lagi adalah malam 27 sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul Qadar:

“(Dia adalah) malam ke-27.  ” (HR. Abu Dawud, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma, dalam Shahih Sunan Abi Dawud. Sahabat Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu menegaskan:

Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27. (HR. Muslim)

Dengan demikian dapat diberi kesimpulan bahwa Lailatul Qadar itu ada pada sepuluh akhir Ramadan, terutama pada malam tanggal ganjil.

“Bahwasanya Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak shalat keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27).”

Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan lailatul qadar, dan di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abu Hasan as Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah tafsir surat al-Qadr, bahwa Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.

Menurut Imam Al Ghazali Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadan :

Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadan

Jika malam pertama jatuh pada Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadan

Jika malam pertama jatuh pada Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadan

Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadan

Jika malam pertama jatuh pada Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadan.

Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqh Syafi’iyyah. Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama’ yang telah menemui Lailatul Qadar. Formula ini diceritakan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin; juga terdapat dalam kitab Hasyiah Sulaiman Al Kurdi juz hal 188; Tafsir Shawi; kitab I’anah at-Thalibin II/257; Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam Kitabnya Hasyiah ‘Ala Ibn Qasim Al Ghaz i juz I halaman 304; as Sayyid al Bakri dalam Kitabnya I’anatuth Thalibin Juz II halaman 257-258; juga kitab Mathla`ul Badrain karangan Syaikh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathoni.




tirto.id - Pada bulan Ramadan, terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam itu adalah Lailatul Qadar atau malam kemuliaan. Dengan demikian, seorang muslim yang mengerjakan ibadah pada malam ini mendapatkan berbagai keistimewaan yang membuat pahalanya lebih mulia dibandingkan malam-malam lain. Kemuliaan Lailatul Qadar terekam dalam firman Allah pada Surah al-Qadr ayat 1 hingga 5. (1) إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (3) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (4) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (5) سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. Dari surah tersebut, dipahami bahwa Alquran diturunkan Allah Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) pada lailatul qadar tersebut. Namun, terdapat perbedaan pendapat tentang peristiwa turunnya Alquran dari Baitul Izzah tersebut ke bumi. Dalam " Penjelasan Seputar Nuzulul Qur'an " kebanyakan ulama berpendapat bahwa ayat demi ayat Alquran diturunkan secara bertahap ke bumi. Turunnya Alquran pertama kali ke bumi inilah yang kemudian disebut Nuzulul Quran. Mengutip " Pengertian Malam Lailatul Qadar " yang ditulis oleh H. Syaifullah Amin, kata al-qadar yang menyusun frasa Lailatul Qadar oleh Muhammad Abduh dimaknai sebaga "takdir". Maknanya, pada Lailatul Qadar, Allah menakdirkan agama-Nya dan menetapkan khittah untuk Nabi-nya, Muhammad, dalam menyeru umat manusia ke jalan yang benar. Selain itu, qadar juga dapat diartikan dengan al-syarf, yaitu mulia. Maksudnya, Allah telah mengangkat kedudukan Nabi Muhammad pada malam qadar itu, memuliakannya dengan risalah, dan menetapkannya sebagai Rasul terakhir. Dalam Buku Saku Sukses Ibadah Ramadan yang diterbitkan oleh LTN PBNU (2017:35), terdapat kutipan dari Syarah al-Jami’ ash-Shaghir oleh Faidl al-Qadir, bahwa al-Qadr artinya adalah keputusan hukum terhadap sesuatu. Ini menegaskan besarnya kedudukan dan kemuliaan lailatul qadar. Pada malam tersebut malaikat menulis takdir-takdir yang terjadi di malam tersebut sampai 1 tahun ke depan. Waktu Lailatul Qadar Kapan datangnya Lailatul Qadar setiap tahunnya adalah rahasia Allah. Namun, terdapat beberapa petunjuk, yang menyiratkan bahwa malam ini terjadi pada sekitar 10 hari terakhir Ramadan. Riwayat pertama, datang dari Aisyah, yang menyebut Rasulullah bersabda, "Carilah lailatul qadar pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh akhir bulan Ramadan". (H.R. Bukhari) Riwayat kedua, dari Ibnu Umar, yang menyebutkan, Lailatul Qadar dapat dicari pada tujuh malam terakhir bulan Ramadan. Diriwayatkan, beberapa orang laki-laki diberitahu dalam mimpi tentang lailatul qadar yang akan jatuh pada tujuh malam terakhir Ramadan. Rasulullah bersabda, "Saya melihat mimpimu sekalian bertepatan dengan malam tujuh (hari) terakhir (Ramadan), barangsiapa mencarinya, maka carilah ia pada malam tujuh terakhir." (H.R. Muslim) Riwayat berikutnya, adalah, Lailatul Qadar terjadi pada salah satu dari 10 malam terakhir bulan Ramadan. Nabi Muhammad bersabda, "Tunggulah lailatul qadr pada sepuluh akhir (bulan Ramadan) atau sembilan akhir" (H.R Muslim). Riwayat lain dari Anas, menyebutkan, Rasulullah berkata, " Sungguh aku keluar untuk mengabarkan pada kalian tentang Lailatul Qadar. Dan sungguh fulan dan fulan bertengkar, maka Lailatul Qadar diangkat. Mungkin ini lebih baik bagi kalian. Carilah Lailatul Qadar di malam 27, 29 dan 25." (H.R. al-Bukhari).




Sebenarnya Kapan Malam Lailatul Qadar ? Malam Puasa Keberapa? Ini Jawaban Prof Quraish Shihab

TRIBUN-TIMUR.COM,- Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ, malam ketetapan) adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadhan.

Dalam Al Quran, Lailatul Qadar digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Selain itu juga diperingati sebagai malam diturunkannya Al Quran.

Deskripsi tentang keistimewaan malam ini dapat dijumpai pada Surat Al-Qadar, surat ke-97 dalam Al Quran.

Prof Dr M Quraish Shihab MA dalam bukunya WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat menjelaskan pajang lebar soal Lailatul Qadar .

Berikut penjelasannya yang dinukil dari buku WAWASAN AL-QURAN Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, terbitan Mizan.

Berbicara tentang Lailatul Qadar mengharuskan kita berbicara tentang surat Al-Qadar.

Surat Al-Qadar adalah surat ke-97 menurut urutannya dalam Mushaf.




Nuzulul Quran adalah waktu di mana Al-Qur’an pertama kali diturunkan. Di Indonesia lazim diperingati setiap tanggal 17 Ramadhan, umumnya di malam hari. Hampir di seluruh tempat di Nusantara mengadakan seremoni layaknya memperingati Maulid Nabi, Isra Mi’raj dan hari besar lainnya. Banyak cara masyarakat mengisi acara Nuzulul Quran, mulai dari tumpengan, pengajian, istighotsah, tahlil, khataman Al-Qur’an, dan sebagainya.  Sementara Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar (Surat al-Qadar ayat 1), yaitu malam paling spesial di bulan suci, malam yang sangat diharapkan seluruh umat Muhammad, ia lebih baik dari pada seribu bulan. Pendapat yang paling populer bahwa Lailatul Qadar terjadi di sepuluh akhir bulan Ramadhan, salah satu indikasinya Nabi sangat menekankan I’tikaf dan ibadah lainnya di waktu-waktu tersebut. Pertanyaannya kemudian, bagaimana korelasi antara dua narasi di atas? Mengapa bisa berbeda antara peringatan Nuzulul Quran dan diturunkannya Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar? Beberapa pakar tafsir menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan dua kali proses. Pertama, diturunkan secara keseluruhan ( jumlatan wahidah ). Kedua, diturunkan secara bertahap ( najman najman ). Sebelum diterima Nabi di bumi, Allah terlebih dahulu menurunkannya secara menyeluruh di langit dunia, dikumpulkan jadi satu di Baitul Izzah. Selanjutnya malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi di bumi secara berangsur, ayat demi ayat, di waktu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan selama dua puluh tahun, pendapat lain dua puluh satu tahun. Pakar tafsir terkemuka, Syekh Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi menegaskan: وَلَا خِلَافَ أَنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ لَيْلَةَ الْقَدْرِ عَلَى مَا بَيَّنَّاهُ جُمْلَةً وَاحِدَةً، فَوُضِعَ فِي بَيْتِ الْعِزَّةِ فِي سَمَاءِ الدُّنْيَا، ثُمَّ كَانَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْزِلُ بِهِ نَجْمًا نَجْمًا فِي الْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي وَالْأَسْبَابِ، وَذَلِكَ فِي عِشْرِينَ سَنَةً. “Tidak ada perbedaan bahwa Al-Qur’an diturunkan dari Lauh al-Mahfuzh pada malam Lailatul Qadar secara keseluruhan seperti penjelasan kami. Maka Al-Qur’an terlebih dahulu diletakan di Baitul Izzah di langit dunia. Kemudian Jibril menurunkannya secara berangsur tentang perintah, larangan dan sebab-sebab lainnya. Demikian itu terjadi selama 20 tahun.”  وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ أُنْزِلَ الْقُرْآنَ مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ جُمْلَةً وَاحِدَةً إِلَى الْكَتَبَةِ فِي سَمَاءِ الدنيا، ثم نزل بِهِ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ نُجُومًا- يَعْنِي الْآيَةَ وَالْآيَتَيْنِ- فِي أَوْقَاتٍ مُخْتَلِفَةٍ فِي إِحْدَى وَعِشْرِينَ سَنَةً “Sahabat Ibnu Abbas berkata, Al-Qur’an diturunkan dari Lauh al-Mahfuzh secara menyeluruh kepada para malaikat pencatat wahyu di langit dunia, kemudian Jibril turun membawanya secara berangsur, satu dan dua ayat, di waktu yang berbeda-beda selama 21 tahun.” (Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an/Tafsir al-Qurthubi , juz 2, hal. 297). Proses turunnya Al-Qur’an secara total ini terjadi di bulan malam Lailatul Qadar, tepatnya malam 24 Ramadhan. Pendapat ini sebagaimana ditegaskan dalam riwayat Ibnu Abbas dan Watsilah bin al-Asqa’. Imamul Mufassirin (pemimpin para pakar tafsir), Syekh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari menyampaikan riwayat tersebut dalam kitab tafsirnya sebagai berikut: كَمَا حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ قَالَ ثنا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ أَبِي الْأَشْرَسِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ أُنْزِلَ الْقُرْآنُ جُمْلَةً مِنَ الذِّكْرِ فِي لَيْلَةِ أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ مِنْ رَمَضَانَ، فَجُعِلَ فِي بَيْتِ الْعِزَّةِ “Sebagaimana bercerita kepadaku Abu Kuraib, beliau berkata, bercerita kepadaku Abu Bakr bin ‘Ayyasy dari al-A’masy dari Hassan bin Abi al-Asyras dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas beliau berkata; Al-Qur’an diturunkan secara keseluruhan pada malam 24 dari bulan Ramadhan, kemudian diletakan di Baitul Izzah.”  حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ، قَالَ: ثنا عَبْدُ اللهِ بْنُ رَجَاءٍ، قَالَ: ثنا عِمْرَانُ الْقَطَّانُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ ابْنِ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ وَاثِلَةَ، " عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: نَزَلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَ الْإِنْجِيلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ، وَأُنْزِلَ الْقُرْآنُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ مِنْ رَمَضَانَ “Bercerita kepadaku Ahmad bin Manshur, ia berkata, bercerita kepadaku Abdullah bin Raja’, ia berkata, bercerita kepadaku Imran al-Qatthan dari Qatadah dari Ibnu Abil Malih dari Watsilah dari Nabi, beliau bersabda; lembaran-lembaran Nabi Ibrahim turun pada awal bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada 6 Ramadhan, Injil diturunkan pada 13 Ramadhan, Al-Qur’an diturunkan pada 24 Ramadhan.” (Syekh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wili Ayil Quran/ Tafsir al-Thabari , juz 3, hal. 188). Dalam proses turunnya Al-Qur’an secara bertahap, wahyu pertama yang diterima Nabi adalah Surat al-‘Alaq dari ayat satu sampai lima. Saat Nabi mencapai usia 40 tahun, Allah mengutusnya untuk alam semesta, mengeluarkan mereka dari sesatnya kebodohan menuju terangnya pengetahuan. Tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah, Nabi menerima wahyu untuk pertama kalinya. Pakar sejarah Nabi, Syekh Muhammad al-Khudlari Bik menegaskan: ـ )بَدْءُ الْوَحْيِ (لَمَّا بَلَغَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ سِنَّ الْكَمَالِ وَهِيَ أَرْبَعُوْنَ سَنَةً أَرْسَلَهُ اللهُ لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا لِيُخْرِجَهُمْ مِنَ ظُلُمَاتِ الْجَهَالَةِ إِلَى نُوْرِ الْعِلْمِ وَكَانَ ذَلِكَ فِيْ أَوَّلِ فَبْرَايِرْ سَنَةَ ٦١٠ مِنَ الْمِيْلَادِ كَمَا أَوْضَحَهُ الْمَرْحُوْمُ مَحْمُوْدْ بَاشَا اَلْفَلَكِيُّ، تَبَيَّنَ بَعْدَ دِقَّةِ الْبَحْثِ أَنَّ ذَلِكَ كَانَ فِيْ 17 رَمَضَانَ سَنَةَ 13 قَبْلَ الْهِجْرَةِ وَذَلِكَ يُوَافِقُ يُوْلِيُوْ سَنَةَ ٦١٠ “(Fasal Pertama kali wahyu turun). Saat Nabi menginjak usia matang, yaitu 40 tahun, Allah mengutusnya untuk alam semesta seraya menggembirakan dan memperingatkan, untuk mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu. Demikian itu terjadi di awal bulan Februari tahun 610 Masehi seperti yang dijelaskan Syekh Mahmud Basya sang pakar astronomi. (Namun) setelah penelitian yang cermat, telah jelas bahwa peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 Masehi.” (Syekh Muhammad al-Khudlari Bik, Nur al-Yaqin Fi Sirati Sayyid al-Mursalin, hal. 19). Dari referensi di atas dapat dipahami bahwa peringatan Nuzulul Quran yang populer di Indonesia mengacu pada sejarah pertama kali turunnya Al-Qur’an dalam proses kedua, yaitu dari Baitul Izzah kepada Nabi di bumi. Perbedaan pendapat mengenai kapan wahyu pertama turun memang tidak bisa dihindari. Selain tanggal 17 Ramadhan ada pula yang berpendapat terjadi tanggal 7, 8, dan 21 Ramadhan. Bahkan beberapa pendapat ada yang menyebut bukan di bulan Ramadhan. Namun, perayaan Nuzulul Quran di setiap tanggal 17 Ramadhan yang telah turun-temurun terlaksana tanpa ada pengingkaran dari para ulama, setidaknya memiliki pembenaran dari sudut pandang sejarah menurut satu versi. Oleh karenanya, tidak perlu fanatik secara berlebihan dengan menyalahkan pihak yang berbeda dengan pendapat yang diyakini. Siapa pun boleh merayakan Nuzulul Quran di selain tanggal 17 Ramadhan dengan tetap menghormati pendapat lain yang berbeda. Ustadz M. Mubasysyarum Bih , Dewan Pembina Pondok Pesantren Raudlatul Quran, Geyongan, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat.




TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Nuzulul Quran dalam bahasa Indonesia berarti turunnya Alquran .

Peristiwa penting ini terjadi pada Lailatul Qadar (malam ketetapan) seperti disebutkan dalam surah Al-Qadar (97) ayat 1 :

إِنَّآ أَنْزَلْنٰهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ innaaa anzalnaahu fii lailatil-qodr

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam qadar,"

• Mengenal Malam Lailatul Qadar dan Tandanya, Momen yang Disebut Syahrini Berperan dalam Pernikahannya

Dijelaskan dalam buku Ringkasan Sahih Muslim Penyusun Zaki Al-din 'abd Al-azhim Al-mundziri (hal 352), Rasulullah SAW menyampaikan waktu Lailatul Qadar terjadi pada 'sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima'.

Maksud dari malam kesembilan, ketujuh, dan kelima ini, adalah apabila bulan Ramadan sudah sampai pada 21 malam (sebelum tanggal 22).

Jika Alquran diturunkan pada Lailatul Qadar dan Lailatul Qadar terjadi pada 10 malam terakhir bulan Ramadan , lalu mengapa peringatan Nuzulul Quran di Indonesia diperingati setiap malam 17 Ramadan ?

Dalam Ensiklopedi Nurcholish Madjid penyusun Budi Munawar Rachman (hal 2573) dijelaskan, bangsa Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memperingati Nuzulul Quran pada 17 Ramadan, sementara bangsa lain tidak ada peringatan itu.

• Syahrini Sebut Pernikahannya dengan Reino Barack Berkat Hasil Doa Ibunya saat Malam Lailatul Qadar

Menurut Budi Munawar Rachman dalam bukunya, peringatan Nuzulul Quran pada 17 Ramadan adalah hasil ijtima' Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri Indonesia 3 - Jaman Soekarno), seolah meneruskan tradisi kesultanan Cirebon, Demak, Solo, dalam memperingati Maulid Nabi.

Haji Agus Salim lantas mempunyai ide agar tidak hanya memperingati maulid, tapi juga Isra Miraj dan Nuzulul Quran .

Untuk menetapkan tanggal Nuzulul Quran ini, sepertinya Haji Agus Salim menyamakannya dengan peristiwa Perang Badar, perang yang menentukan antara pasukan kaum Muslim dan kaum Kafir Mekkah, tercatat dalam sejarah Perang Badar dengan kemenangan umat mulim pada 17 Ramadan .

Meski begitu, sebagian pendapat lain menyatakan penetapan 17 Ramadan sebagai peringatan Nuzulul Quran di Indonesia disamakan dengan momen Prokolamasi Indonesia pada 17 Agustus, yang juga bertepatan pada malam 17 Ramadan .

Penetapan malam Nuzulul Quran ini sekaligus bukti bahwa para pendiri bangsa Indonesia memiliki semangat berbangsa dan beragama mereka, benar-benar menyatu. (Pipit Maulidiya)

• Aksinya Ketahuan Warga, Pencuri Kambing Tinggalkan Motornya di Sawah, Gagal Bawa Ternak Curian




Oleh: M Idris Yusuf, Dai LAZNAS Dewan Dakwah | Suarapalu.com- Salah satu keistimewaan Ramadhan adalah Lailatul Qadar. Yakni satu malam di sepuluh hari terakhir yang memberi pahala luar biasa bagi yang menghidupkannya. Allah Ta’ala berfirman: لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS Al Qadar: 3). Imam An Nakho’i mengatakan, “Amalan di Lailatul Qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341). Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada Lailatul Qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar (Zaadul Masiir, 9: 191). Ini sungguh keutamaan Lailatul Qadar yang luar biasa, karena amal satu malam dinilai kebaikan 83,3 tahun. Menurut Kemenkes RI, angka harapan hidup Indonesia tahun 2019 rata-rata 71 tahun. Dengan demikian, jika “mendapat” berkah keistimewaan Ramadhan yaitu Lailatul Qadar, maka memperoleh surplus kebaikan atas umurnya. Lailatul Qadar muncul pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Kapan persisnya? Sebagian ulama seperti Imam Ghazali dan Abu Hasan as Syadzili, mengemukakan rumus jatuhnya malam Qadar dengan melihat awal bulan Ramadhan, sebagai berikut: قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر

فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين

قال الشيخ أبو الحسن ومنذ بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهذه القاعدة المذكورة 1. Jika awalnya jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29. 2. Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21. 3. Jika awalnya jatuh pada hari Selasa atau Jum’at maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27. 4. Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25. 5. Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23. (Taf)




Turunnya Alquran atau Nuzulul Qur'an disebut terjadi pada 17 Ramadhan REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan dijuluki sebagai 'Bulannya Alquran', Syahrul Qur'an . Sebab, di bulan inilah terjadi peristiwa agung, turunnya Alquran ke bumi. Menurut Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah Muhammad Ziyad, turunnya Alquran ( nuzulul Qur'an ) dipandang para ulama sebagai anugerah dan nikmat yang luar biasa kepada manusia. Alquran adalah pedoman untuk selama di dunia dan akhirat. Alquran disebut juga al-Furqan , pemisah antara kebenaran dan kemungkaran.

Bagaimanapun, tanggal pasti turunnya Alquran itu pada bulan Ramadhan masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Ziyad menjelaskan, ada alim ulama yang menyebut nuzulul Qur'an terjadi pada 17 Ramadhan. Ada pula yang berpendapat, nuzulul Qur'an terjadi pada malam Lailatul Qadar yang jatuhnya belum tentu tepat 17 Ramadhan. Sebutan tersebut merujuk pada Alquran surah al-Qadr ayat pertama. Dua pendapat yang agak berbeda ini punya keselarasan, yakni Kitabullah tersebut diturunkan oleh Allah SWT ke langit dunia pada malam bulan Ramadhan. "Tetapi jumhurul ulama menyatakan bahwa Alquran turun pada malam 17 Ramadhan. Lihat pendapat Syekh Manna' al-Khotton. Tetapi, keduanya (pendapat) dapat dipahami bahwa Alquran itu turun di malam hari pada bulan Ramadhan," kata Ziyad melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id , Senin (20/5). Tanggal 17 Ramadhan tahun ini jatuh pada Rabu (22/5) mendatang. Karena itu, Ziyad mengingatkan, umat Islam agar semakin meningkatkan amal ibadah, terutama memasuki pertengahan bulan suci ini. Sebab, inilah kesempatan emas untuk berinvestasi amal-amal terbaik sebagai bekal di akhirat kelak. Selain itu, ia juga mengingatkan umat untuk tetap menguatkan semangat berbagi terhadap sesama. Rasulullah SAW menjadi pribadi yang amat ringan dalam berbagi, terutama saat Ramadhan. Kedermawanan beliau shalallahu 'alaihi wasallam seperti angin yang berhembus sejuk. Ramadhan juga adalan bulan pengendalian diri. Mengendalikan emosi, syahwat, dan kesabaran. Dalam konteks nasional saat ini, Ziyad mengingatkan agar umat Islam selalu dapat mengendalikan syahwat politik yang berlebihan. Sebab, ada kemungkinan manusia menghalalkan segala cara ketika tidak mampu mengendalikan syahwatnya. "Ramadhan mengajarkan bahwa hidup harus menempuh cara-cara yang dihalalkan dan mengajarkan hidup harmoni penuh kedamaian," tambahnya.




TRIBUNKALTIM.CO  - Tak terasa bulan Ramadhan bakal segera memasuki 10 hari terakhir Ramadhan .

Salah satu keutamaan bulan Ramadhan adalah melaksanakan Itikaf di 10 hari terakhir Ramadhan .

Melaksanakan Itikaf  di masjid pada 10 hari terakhir Ramadhan 1440 H merupakan anjuran bagi umat muslim dan memperbanyak ibadah-ibadah lainnya.

Apakah sebenarnya Itikaf dan bagaimana melakasanakannya.

Melansir dari Tribun Wow.com Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Jawa Tengah, Wahid Ahmadi menjelaskan tentang makan dari Itikaf .

Itikaf secara etimologi memiliki pengertian berdiam diri di suatu tempat.

Sedangkan itikaf secara syariat bermakna mengurung diri dalam masjid untuk melakukan kegiatan dzikir, perenungan, dan lainnya, seusai dengan aturannya.

Itikaf dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadan, dan lebih dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya malam Lailatul Qadar.

Sedangkan pada ketentuannya, yang pertama dilakukan yakni berniat dengan mengharapkan ridha Allah swt.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply