Contact Form

 

Tarian 'Habis Gelap Terbitlah Terang' memperingati hari Kartini


Armijn Pane sebagai penerjemah surat-surat Kartini ini menilai jika Kartini pada mulanya berontak, terhadap agama, adat istiadat, dan selalu berpandangan ke Barat. Namun, lambat-laun Kartini menjadi sabar dan tawakal.

Perasaan sabar dan tawakal itu timbul karena banyaknya halangan yang dilihat dan dirasakannya. Cukuplah buat Kartini jika dirinya hanya sebagai pembuka jalan, orang lainlah yang nanti yang meneruskan. Hal itu terlihat dari surat yang ditulis kepada Zeehandelaar.

"Akan datang juga kiranya keadaan baru dalam dunia Bumiputera: kalau bukan oleh karena kami, tentu oleh karena orang lain," tulisnya.

Surat-surat Kartini pertama diumumkan oleh Abendanon pada 1911. Buku itu kemudian disambut dengan gembira, sehingga mengalami cetak berkali-kali.

Dari uang perjulalan buku itu kemudian diadakan perkumpulan "Kartinifonds" di Den Haag, Belanda yang bermaksud  mendirikan dan membantu anak perempuan. Pada akhir 1913 didirikan sekolah Kartini yang pertama di Semarang.

Sebagai pemikir, penggagas, dan pendidik, Kartini memiliki wawasan yang luas dan mendalam, melintasi batas agama, gender, budaya, bahkan zaman. Semua itu terlihat jelas dalam buku ini.




Tarian 'Habis Gelap Terbitlah Terang' memperingati hari Kartini




TRIBUNBATAM.id - Kutipan Kata-kata bijak Kartini cocok disimak saat peringatan Peringatan Hari Kartini 21 April 2019, selain Habis Gelap Terbitlah Terang .

Kata-kata bijak Kartini bisa digunakan untuk motivasi diri, terutama bagi kaum perempuan.

Peringatan Hari Kartini 21 April 2019 tinggal menghitung hari. Ada banyak cara yang dilakukan berbagai kalangan khususnya wanita untuk memperingati Hari Kartini 2019 .

Ada Kutipan Kata-kata Kartini yang bisa dibagikan untuk memicu semangat kaum hawa meneladani Raden Ajeng Kartini.

Hal itu dilakukan tak lepas dari peran R.A. Kartini, yang memelopori emansipasi wanita di Indonesia.

Kehidupan Kartini sendiri tidak terlalu indah. Ia harus dipingit pada usia 12 tahun, lalu menikah dengan seorang pria yang sudah memiliki beberapa istri dan anak.

• Sudah Bisa Dipesan Lewat Pre-Order Online, Ini Harga Jual HP Samsung Galaxy A70

• Kabar Terkini Sandiaga Uno Pulihkan Kesehatan di Rumah usai Prabowo Subianto Klaim Kemenangan

Sebelum dipingit, Kartini pernah bersekolah. Kemudian setelah menjalani tradisi pingit, Kartini juga tetap semangat untuk belajar secara mandiri.

Ia mengirim surat berisi pemikiran-pemikirannya, ke beberapa sahabatnya yang berada di Belanda. Kartini meninggal dunia di usia 25 tahun, empat hari setelah melahirkan putranya.

Sahabat Kartini yang ada di Belanda kemudian mengumpulkan tulisan-tulisannya, lalu menerbitkannya dalam buku berjudul "Door Duisternis tot Licht" atau Habis Gelap Terbitlah Terang .

Dalam buku tersebut terdapat sejumlah kutipan inspiratif, yang dapat menjadi inspirasi bagi kaum wanita saat ini, untuk terus meraih mimpi dan cita-citanya.




Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kita sudah tidak asing dengan nama Raden Ajeng Kartini .

RA Kartini adalah seorang wanita kelahiran Jepara, 21 April 1879 dan meninggal di Rembang, 17 September 1904 pada usia yang masih muda yakni 25 tahun.

Meski dalam usia yang relatif muda, Kartini telah memiliki buah pemikiran yang melampaui wanita pada umumnya.

Ia secara terus aktif menyuarakan kesetaraan kaum perempuan, terutama agar bisa mendapatkan akses pendidikan yang sama dengan laki-laki.

Buah pemikirannya itu RA Kartini tulis secara aktif dalam sebuah surat yang ia kirimkan kepada beberapa sahabat penanya.

Baca: Nasib Dua Siswi SMP Dicekoki Film Porno Sebelum Disetubuhi Oknum Aparat, Muncikari yang Dapat Untung

Baca: SMP Negeri 2 Denpasar Juara Umum Porsenijar Denpasar 2019 Cabang Olahraga Tingkat SMP

Setelah RA Kartini tiada, surat-surat itu akhirnya dikumpulkan dan dijadikan sebuah buku oleh Mr JH Abendanon, dan diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".

Buku itu akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang .

Kali ini Tribun Bali sajikan beberapa kutipan dalam buku Habis Gelap Terbilah Terang yang sangat penting dibaca oleh kaum perempuan.

1. Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kita berjabatan tangan dan bersama-sama mengubah keadaan yang membuat derita ini.

Baca: Setelah 19 Tahun Berlalu Luis Figo Baru Ungkap Alasannya Pindah dari Barca ke Real Madrid

Baca: Kirana Puyeng Kerjakan Soal Matematika Dalam 20 Menit Hingga Sesi 4




Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini . Bagaimana sejarah tentang Kartini dan apa saja kutipan inspiratif Kartini yang dapat memotivasi perempuan? Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, pada 21 April 1879. Pahlawan Nasional Indonesia ini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang Bupati Jepara.

Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Dia diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School) hingga usia 12 tahun. Di sekolah, Kartini belajar antara lain bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena dipingit. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, di rumah ia belajar sendiri, membaca, dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa yang dibacanya, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Kemudian Kartini dijodohkan dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang. Kartini melahirkan putranya, Soesalit Djojoadhiningrat, pada 13 September 1904. Empat hari setelah melahirkan yakni pada 17 September 1904, Kartini meninggal. Kartini meninggal pada usia 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Sahabat Kartini yang ada di Belanda kemudian mengumpulkan tulisan-tulisannya, lalu menerbitkannya dalam buku berjudul 'Door Duisternis tot Licht' atau Habis Gelap Terbitlah Terang. Dalam buku tersebut terdapat sejumlah kutipan inspiratif, yang dapat menjadi inspirasi bagi kaum wanita saat ini, untuk terus meraih mimpi dan cita-citanya. Lalu apa saja kutipan inspiratif untuk memotivasi perempuan di Hari Kartini 2019 ini? 1. Penyebab Kita Jatuh "Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri." 2. Jangan Mengeluh "Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang." 3. Teruslah Bermimpi "Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam." 4. Semboyan Kartini "Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tiada dapat! melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku mau!' membuat kita mudah mendaki puncak gunung." 5. Gadis dengan Pemandangan Luas "Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya." 6. Jangan Takut Kesulitan "Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu." 7. Jangan Menyerah "Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang." 8. Harus Mandiri "Adakah yang lebih hina, daripada bergantung kepada orang lain?" 9. Kehidupan Berubah "Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam." 10. Angan-angan yang Sempurna "Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup manusia. Karena ada angan-angan muda mati, kadang-kadang timbullah angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah." Selamat Hari Kartini !




BANJARMASINPOST.CO.ID - Hari ini Minggu, 21 April 2019 diperingati sebagai Hari Kartini.

RA Kartini merupakan tokoh perempuan Indonesia yang dikenal karena perannya dalam kesetaraan antara pria dan wanita di tanah air.

Simak kutipan dan fakta-fakta tentang RA Kartini , tokoh emansipasi wanita yang bisa dibagikan via pesan whastapp, facebook, instagram atau twitter.

Kehidupan RA Kartini saat itu tidak terlalu indah. Ia harus dipingit pada usia 12 tahun, lalu menikah dengan seorang pria yang sudah memiliki beberapa istri dan anak.

Dilansir tribunjogja, sebelum dipingit, Kartini pernah bersekolah.

Baca: Kehadiran Ibu Reino Barack Saat Syahrini ke Dokter Naik Jet Pribadi, Ditemani Reiko Barack

Baca: Geger Ketua KPPS di Malang Coba Bunuh Diri Pakai Golok, Gara-gara Stres Perhitungan Suara?

Baca: 10 Ucapan Selamat Hari Paskah 2019 Bisa Dibagikan via Whatsapp Instagram Twitter atau Facebook

Baca: 21 Ucapan Selamat Hari Kartini 2019 beserta Kata-kata Mutiara dalam Bahasa Inggris & Indonesia

Kemudian setelah menjalani tradisi pingit, Kartini juga tetap semangat untuk belajar secara mandiri.

Ia mengirim surat berisi pemikiran-pemikirannya, ke beberapa sahabatnya yang berada di Belanda.

Kartini meninggal dunia di usia 25 tahun, empat hari setelah melahirkan putranya.

Sahabat Kartini yang ada di Belanda kemudian mengumpulkan tulisan-tulisannya, lalu menerbitkannya dalam buku berjudul "Door Duisternis tot Licht" atau Habis Gelap Terbitlah Terang.

Dalam buku tersebut terdapat sejumlah kutipan inspiratif, yang dapat menjadi inspirasi bagi kaum wanita saat ini, untuk terus meraih mimpi dan cita-citanya.




Kegelisahan Kartini terjawab saat dia bertemu seorang ulama dari Darat, Semarang, Jawa Tengah. Ulama itu adalah Kiai Sholeh Darat.

Keduanya bertemu dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, paman Kartini. Saat itu, Kiai Sholeh sedang memberikan pengajaran tentang tafsir surat Al Fatihah, surat pembuka dalam Alquran. Satu hal yang sangat baru ditemui dan didengar Kartini.

Pertemuan Kartini dan sang ulama dituturkan cucu Kiai Sholeh, Fadhila Sholeh. Fadhila memaparkan hal ini lewat tulisan dalam bentuk selebaran yang terdapat di makam Kiai Sholeh di Semarang.

"Kartini memang tak pernah tahu apa arti dan makna dari surat Al Fatihah meski ia sering membacanya. Kartini benar-benar terpukau dan tersedot perhatiannya," tutur Fadhila dalam tulisannya.

Begitu pengajian usai, Kartini segera menemui pamannya. Ia menyampaikan keinginan bertemu Kiai Sholeh untuk berguru. Perempuan kelahiran Rembang 21 April 1879 itu bahkan sampai mendesak pamannya untuk menemani dirinya menemui sang ulama.

Usahanya tak sia-sia. Pamannya yang terenyuh melihat Kartini pun mengantarnya.

"Kiai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?" tutur Kartini membuka dialog dengan Kiai Sholeh Darat setelah berbasa-basi lazimnya orang Jawa.

Kiai Sholeh malah balik bertanya, "Mengapa Raden Ajeng mempertanyakan hal ini? Kenapa bertanya demikian?"

Dijawab oleh Kartini, "Kiai, selama hidupku baru kali ini saya berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku."

Kartini lalu menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah diberi kesempatan memahami Al Fatihah. Kyai Sholeh tertegun. Kiai kharismatik itu tak kuasa menyela.

"Namun, saya heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Alquran ke dalam bahasa Jawa. Bukankah Alquran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?" ucap Kartini.

Dialog berhenti, Kiai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali bertasbih, "Subhanallah."

Kartini telah menggugah kesadaran Kiai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar, menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.







Perjuangan Kartini tidak berhenti setelah menikah dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat, dia beruntung memiliki suami yang selalu mendukung akan cita citanya untuk memperjuangkan pendidikan dan martabat kaum perempuan. Dari situlah Kartini mulai memperjuangkan untuk didirikannya sekolah Kartini pada 1912 di Semarang.

Pendirian sekolah wanita tersebut berlanjut di Surabaya, Jogjakarta, Malang, Madiun, Cirebon. Sekolah Kartini didirikan oleh yayasan Kartini, adapun yayasan Kartini sendiri didirikan oleh keluarga Van Deventer dan Tokoh Politik etis.

Perjuangan Kartini harus selesai di usianya yang terbilang muda, 25 tahun. Dia meninggal beberapa hari setelah melahirkan.

Dari hasil pernikahannya dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat, Kartini dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.




Sejumlah penari menampilkan tarian saat kegiatan 21 jam "Ruang Tanpa Batas" di Taman Cikapayang Dago, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/4/19). Tarian yang mengangkat tema Habis Gelap Terbitlah Terang ini merupakan rangkaian peringatan hari Kartini.

Sejumlah penari menampilkan tarian saat kegiatan 21 jam "Ruang Tanpa Batas" di Taman Cikapayang Dago, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/4/19). Tarian yang mengangkat tema Habis Gelap Terbitlah Terang ini merupakan rangkaian peringatan hari Kartini.

Sejumlah penari menampilkan tarian saat kegiatan 21 jam "Ruang Tanpa Batas" di Taman Cikapayang Dago, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/4/19). Tarian yang mengangkat tema Habis Gelap Terbitlah Terang ini merupakan rangkaian peringatan hari Kartini.

Sejumlah penari menampilkan tarian saat kegiatan 21 jam "Ruang Tanpa Batas" di Taman Cikapayang Dago, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/4/19). Tarian yang mengangkat tema Habis Gelap Terbitlah Terang ini merupakan rangkaian peringatan hari Kartini.

Sejumlah penari menampilkan tarian saat kegiatan 21 jam "Ruang Tanpa Batas" di Taman Cikapayang Dago, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/4/19). Tarian yang mengangkat tema Habis Gelap Terbitlah Terang ini merupakan rangkaian peringatan hari Kartini.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply