Contact Form

 

Peristiwa 22 April: Lahirnya Filsuf Immanuel Kant, Politikus Lenin, hingga Hari Bumi : Okezone News


Hari Bumi Sedunia diperingati setiap tanggal 22 April

Apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan bumi ini ?

Dibawah ini kami berikan ide 10 hal kecil yang bisa dilakukan untuk ikut memperingati Hari Bumi Sedunia

Tercatat menurut sejarah Hari Bumi Sedunia ini pertama kali pada tahun 1970

Gagasan Hari Bumi Sedunia pertama kali muncul pada awal 1960, ketika sebagian elemen masyarakat di Amerika Serikat mulai menyadari pencemaran lingkungan yang semakin membahayakan bumi.

Melansir dari Wikipedia hari bumi dicangkan oleh  senator Amerika Serikat Gaylord Nelson yang juga sebagai seorang pengajar lingkungan hidup.

Tanggal 22 April  dipilih karena bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi utara) dan musim gugur di belahan Bumi selatan.

• Warganet Mengecam Ancaman Bom Sri Lanka Dideteksi 10 Hari Sebelum Meledak Hanya Tidak Diumumkan

Pencanangan hari bumi sendiri terinspirasi oleh banyaknya protes dan demonstrasi dari pelajar di Amerika Sertikat terkait kecamuk perang di Vietnam.

Ditambah lagi Gaylord Nelson menyaksikan kasus tumpahan minyak di pesisir Santa Barbara, California pada 1969.

Kasus tumpahan minyak ini seakan-akan menjadi katalis bagi Nelson untuk bertindak setelah sebelumnya  osoknya kerap kali menunjukkan kepeduliannya akan lingkungan.




Skenario 1. Tuntutan di Pengadilan Tuhan

Saya tahu surat ini tak bakal bisa dibaca oleh kalian semua. Kalian sudah mati dalam kondisi yang jauh lebih baik dari kehidupan kami sekarang. Tapi dalam kegerahan luar biasa yang kami rasakan, saya merasa harus menuliskannya sekarang, di Hari Bumi 2050 ini, supaya ketika kita berjumpa di akhirat kelak, saya pastikan akan menuntut kalian di hadapan Pengadilan Tuhan dengan apa yang saya tuliskan ini.

Kalian punya semua kesempatan. Pengetahuan, teknologi, kekayaan ekonomi untuk menyelamatkan kehidupan. Tetapi kalian semua pemalas. Kalian memilih untuk hidup dengan mudah, tak mau bekerja keras mewujudkan masa depan yang baik bagi kami. Kalian kerap berpidato soal betapa kalian mencintai kami, anak-cucu kalian. Dari apa yang kami saksikan dan alami sekarang jelaslah itu semua omong kosong. Cuma segelintir saja di antara kalian yang berusaha, dan itu tak ada artinya.

Bukankah kalian tahu dampak perubahan iklim sejak dekade 1990-an? Bukankah kepastian sains sudah sejelas itu di dekade 2000-an? Bukankah semua yang kalian butuhkan untuk mengatasinya tersedia di dekade 2010-an? Tetapi kalian diam. Kalian terpaku, seakan kalian tidak tahu apa-apa. Kalian terus menikmati kehidupan yang nyaman dengan mencuri sumberdaya yang seharusnya menjadi jatah kami, dan terus menerus membuang segala polutan di satu-satunya tempat tinggal kita.

Alih-alih bertindak menurunkan emisi gas rumah kaca secara cepat, kalian malah terus-menerus menghamburkannya ke atmosfer. Kalian seperti orang yang lapar, dan satu-satunya makanan adalah batubara. Rasa dahaga kalian seperti hanya bisa dipuaskan dengan meminum minyak. Dan kalian seperti hanya bisa bernafas dengan gas. Bagaimana mungkin sumber-sumber energi kotor itu kalian tak gantikan sehingga naik terus sampai satu dekade lalu?

baca : Katowice, Janji Perubahan Iklim dan Nasib Generasi Mendatang

Kalian kotori Bumi ini dengan sampah plastik, yang kalian sadari telah mencekik seluruh makhluk. Ketika paus, lumba-lumba, dan penyu mati dengan plastik di dalam perut mereka, apa yang kalian pikirkan? Ketika mikroplastik sudah ditemukan di seluruh air yang kaliam minum sendiri, apa yang kalian lakukan? Kalian ejek teman-teman kalian yang mengkotbahkan penggunaan plastik yang bijak, kalian hinakan sahabat-sahabat kalian yang menyerukan ekonomi sirkular.

Tidakkah kalian merasakan panasnya kebakaran hutan dan sesaknya nafas lantaran asapnya? Mengapa kalian tetap saja membuka hutan dengan serampangan? Mengapa kalian tidak merestorasi kerusakan yang sudah kalian buat, padahal kalian sudah terus-menerus kekeringan dan kebanjiran? Kita tinggal di Indonesia, sebuah negeri tropis, yang mudah sekali mengembalikan kesuburan lahannya. Tetapi, apa yang kalian lakukan? Mana klaim keberhasilan penanaman yang kalian kerap nyatakan di berbagai seremoni itu? Hutan terus saja menghilang, dan kalian terus-menerus mengklaim keberhasilan?

Ke mana larinya rasionalitas kalian ketika racun-racun kimiawi kalian terus gelontorkan, menghancurkan kesuburan lahan, meracuni tanah dan air? Mengapa kalian tak bisa mengubah pertanian menjadi benar-benar berkelanjutan ketika seluruh teknologinya sudah tersedia sejak lama? Mengapa kalian membuat hasil-hasil pertanian organik begitu mahalnya padahal input yang dipergunakan jauh lebih sedikit? Ketika tanah menjadi kering, keras, dan hilang nutrisinya, mengapa kalian tinggalkan begitu saja ketika teknologi untuk menyuburkannya kembali sudah kalian tahu?

Kalian tahu berapa kandungan Gas Rumah Kaca di atas atmosfer sekarang? Kalian tahu berapa jumlah ppm-nya di atas 350, yang aman buat kita semua? Model yang kalian punya sudah meramalkannya kalau kalian melakukan business as usual, dan kalian malah memilih itu! Kalian tahu betapa sering banjir dan kekeringan yang kami alami? Kalian tahu berapa persen populasi yang menjadi pengungsi perubahan iklim? Kalian tahu berapa penurunan populasi ikan di laut? Kalian sadar berapa jumlah spesies yang hilang di darat dan di laut akibat pilihan kalian? Kalian semua sudah meramalkannya, dan malahan seperti memiliki determinasi untuk mewujudkannya!

Dua puluh tahun lampau, ketika SDGs berakhir, tak satupun Tujuan kalian penuhi. Itulah rapor kalian yang memalukan! Bisakah kalian menatap wajah anak-cucu kalian dengan bangga? Tentu kalian tak bisa melakukannya. Kalian, yang mewariskan kepada kami Bumi yang centang perenang ini, tentu cuma bisa tertunduk malu. Dan kami tahu, ada di antara kalian yang bahkan tahu malupun tidak. Demi Tuhan, saya dan generasi saya bakal menuntut kalian semua di akhirat kelak. Kesengsaraan kalian di akhirat adalah buah yang kalian akan petik lantaran kesengsaraan yang kalian timpakan kepada kami, padahal kalian memiliki kesempatan panjang untuk memperbaiki diri.

baca juga : Akankah Ekonomi Hijau Terwujud?

Skenario 2. Terima Kasih Tak Terhingga

Siapapun tak bisa tidak bersyukur di Hari Bumi 2050 ini. Kami menikmati udara yang sedemikian segarnya. Saya baru saja memeriksa data time series mutu udara, dan mendapati bahwa sejak tahun 2025, seperempat abad yang lalu, udara terus membaik. Tahun ini adalah udara dengan mutu yang terbaik, dan trajektorinya jelas menunjukkan bahwa tahun depan mutu udara akan menjadi lebih baik lagi.

Begitu juga yang terjadi dengan konsentrasi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Tahun 2028 adalah tahun di mana konsentrasinya memuncak, lalu relatif mendatar selama empat tahun, dan setelahnya menurun. Yang paling membanggakan, penurunan setelah 2032 itu benar-benar curam. Tampaknya semua negara berlomba-loma menurunkan emisi dari energi, lahan dan sumber-sumber lainnya. Perlombaan kebajikan benar-benar mereka lakukan, dengan penuh kegembiraan.

Bukan saja kemajuan dalam mitigasi yang generasi orangtua dan kakek kami lakukan, melainkan juga dalam adaptasi. Adaptasi dalam, itu istilah yang mereka pergunakan untuk menggambarkan upaya sungguh-sungguh agar membuat kehidupan manusia tahan terhadap berbagai dampak perubahan iklim. Memang, bencana-bencana iklim terus terjadi sebagai dampak dari kenaikan konsentrasi Gas Rumah Kaca selama beberapa dekade sebelum mitigasi berhasil, tetapi dengan ketangguhan yang dibangun lewat upaya-upaya adaptasi itu, umat manusia akhirnya bisa meminimumkan dampak buruk yang tadinya sangat dikhawatirkan.

Pertanian, misalnya, kini tak lagi perlu menyebutkan kata ‘berkelanjutan’ di belakangnya, lantaran—sama dengan seluruh sektor industri—hanya itulah satu-satunya bentuk pertanian yang dilakukan umat manusia. Tak ada lagi pupuk dan pestisida yang menggerus kesuburan, yang ada adalah tambahan hara yang mengembalikan bahkan meningkatkan kesuburan lahan. Hasil-hasil penelitian pertanian itu benar-benar diaplikasikan di seluruh dunia bahkan sebelum tahun 2025. Kalau dahulu, saya baca, ada 800 juta hingga 1,2 miliar orang yang kelaparan dan bergizi buruk, angka itu sudah jauh menurun, dan benar-benar hilang di tahun 2037.

Soal kelaparan itu, selain produksi pertanian yang melesat dengan semua teknik yang (kalau di masa lalu dilabel sebagai) berkelanjutan itu, tak ada lagi yang namanya food loss dan food waste. Sekitar 30 tahun lampau, penduduk Bumi memang aneh, ada sebegitu banyak orang yang kelaparan dan bergizi buruk, tapi mereka malahan membuang sekitar 30% dari makanan yang diproduksi. Untungnya hal itu terhenti bersama-sama dengan pemanfaatan teknologi pertanian yang jauh lebih baik itu. Pada mulanya memang masih ada yang ‘terbuang’, tetapi logika ekonomi sirkular yang tetiba menjadi sangat popular membuat semuanya dimanfaatkan sebagai bahan penyubur tanah, energi, serta pemanfaatan lainnya.

baca juga : Ini yang Dilakukan Warga Pinggiran Hutan Maknai Hari Bumi

Sampah non-organik juga demikian. Plastik memang masih dimanfaatkan, tetapi seluruhnya tidak lagi berasal dari virgin material. Semuanya hasil daur ulang. Bahkan, sebagian di antaranya terus jadi material yang lebih tinggi pemanfaatannya, alias up-cycle, sejak 20 tahunan lampau. Industri pengolahan sampah elektronik mulai muncul secara massif lebih dari 30 tahun lampau, tapi benar-benar menjadi industri yang menyelamatkan dunia sepuluh tahun kemudian. Barang-barang kemudian menjadi sangat awet dan ketika masa hidupnya habis, semua diambil oleh produsennya, dan konsumen bisa mendapatkan barang yang baru.

Apa yang membuat itu semua terjadi? Banyak yang menjawab lantaran Revolusi Industri 4.0 yang jadi tonggak penting di tahun 2025. Tetapi, berbeda dengan yang kebanyakan orang pikir sebelum tahun 2020, penekanannya bukan semata pada teknologi-teknologi yang muncul, melainkan pada bagaimana teknologi yang muncul itu bisa dimanfaatkan untuk kebaikan seluruh dunia, bukan cuma buat para pemilik modal dan pencipta teknologi itu. Masyarakat 4.0, begitu yang mereka sebut, adalah masyarakat yang bertindak untuk maslahat kolektif. Bukan cuma buat segelintir orang, bukan hanya untuk warga negara masing-masing, melainkan benar-benar untuk seluruh dunia.

Lantaran cara berpikir yang demikian, irasionalitas gila pertumbuhan tak lagi jadi panduan pembangunan. Pertanyaan persentase pertumbuhan ekonomi tak lagi pernah terdengar. Yang ada adalah dialog nasional dan global soal keberhasilan penurunan ketimpangan, persen peningkatan kesejahteraan kelompok rentan, persen penurunan ignoransi, penurunan ppm konsentrasi gas rumah kaca, peningkatan mutu udara, persen pertumbuhan kawasan hutan, dan lain-lain. Mereka, orang dewasa yang hidup di dekade 2020-an, mulai sadar penuh bahwa kualitas kehidupan itu sebetulnya jauh lebih ditentukan oleh indikator-indikator yang tadinya ditaruh di bawah pertumbuhan ekonomi. Dan karena itulah, saya pikir, kehidupan benar-benar menjadi lebih baik mulai dekade itu.

Ya Tuhan, dalam basuhan air wudhu luar biasa segar yang saya rasakan barusan, pada Hari Bumi ini saya bersaksi bahwa generasi orangtua dan kakek kami adalah generasi yang baik. Mereka menyingkirkan ego mereka semua, bersikeras hanya menghadirkan bentuk-bentuk ekonomi yang regeneratif, untuk menghadirkan masa depan terbaik bagi kami semua. Lindungilah mereka semua dari siksa-Mu di akhirat, berikanlah surga-Mu yang tertinggi kepada mereka yang telah memberikan warisan tak ternilai kepada kami.

***

Dalam buku Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed, Jared Diamond menegaskan bahwa perilaku manusia terhadap alam (juga masyarakat dan ekonomi) mencerminkan pilihan yang mereka ambil. Pilihan tersebut akan menentukan gagal atau suksesnya manusia untuk melanjutkan kehidupannya. Kalau Diamond mendasarkan pemikirannya itu lewat contoh masyarakat dalam skala kecil, peraih penghargaan Nobel, Paul Crutzen, menciptakan istilah Antroposene untuk menggambarkan bahwa Bumi sudah tiba pada masa di mana manusialah yang menentukan nasib segala hal, termasuk nasib manusia sendiri.

Gagal atau suksesnya manusia tidak lagi terjadi dalam skala terbatas, sebagaimana yang digambarkan Diamond, melainkan dalam skala global. Kini, kita ada dalam posisi bisa memilih masa depan kita sendiri, yang merentang dari versi distopia hingga utopia. Selamat Hari Bumi 2019. Selamat memilih masa depan.

*Jalal, Reader on Corporate Governance and Political Ecology Thamrin School of Climate Change and Sustainability. Artikel ini merupakan opini penulis.

(Visited 1 times, 17 visits today)


JAKARTA – Pada tanggal 22 April tercatat ada berbagai peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi di seluruh belahan dunia. Sebut saja lahirnya filsuf Jerman, Immanuel Kant, hingga ditetapkannya Hari Bumi Sedunia.

Selain momen-momen penting tersebut, masih ada peristiwa bersejarah dan berkesan lainnya. Berikut ini Okezone paparkan, sebagaimana dinukil dari Wikipedia.org , Senin (22/4/2019).

Immanuel Kant lahir di Königsberg, Kerajaan Prusia, pada tanggal 22 April 1724. Ia kemudian meninggal dunia di Königsberg, Kerajaan Prusia, pada 12 Februari 1804, di usia 79 tahun. Kota di Rusia tersebut sekarang bernama Kaliningrad.

Kant kemudian menjadi guru besar untuk logika dan metafisika di Universitas Königsberg. Dia secara rutin menyajikan kuliah tentang geografi fisik.

Hal ini dilakukannya sepanjang tahun sampai 1796. Dalam pengantar kuliahnya, dia selalu menegaskan tempat geografi dalam dunia ilmiah. Dia memberikan landasan falsafi bagi geografi sebagai pengetahuan ilmiah.

Minat Kant dalam geografi fisik tidak dirangsang oleh pengalamannya menghadapi alam di berbagai belahan dunia, tetapi muncul dari penyelidikan filsofis atas pengetahuan empiris.

Bagi Kant, geografi adalah ilmu empiris yang ingin menunjukkan alam sebagai suatu sistem. Geografi, menurut dia, merupakan ilmu tentang fenomena fisik dan budaya yang tersusun dalam ruang bumi.

Vladimir Ilyich Ulyanov, lebih dikenal dengan julukan Lenin, lahir pada 22 April 1870 dan wafat 21 Januari 1924. Lenin adalah seorang tokoh revolusioner komunis, politikus, dan teoretikus politik berkebangsaan Rusia. Lenin sebenarnya nama samaran yang diambil dari nama Sungai Lena di Siberia.

Ia menjabat sebagai kepala pemerintahan Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia (RSFS Rusia) sejak 1917 hingga wafat dan juga sebagai kepala pemerintahan Uni Soviet pada 1922 sampai akhir hayatnya.

Lenin berhaluan politik Marxis dan telah ikut menyumbangkan gagasan politiknya dalam pemikiran Marxis yang disebut sebagai Leninisme.

Gagasannya itu bila digabung dengan teori ekonomi Marx dikenal dengan sebutan Marxisme–Leninisme.

Hari Bumi adalah hari pengamatan tentang bumi yang dicanangkan setiap tahun pada 22 April dan diperingati secara internasional. Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali ini.

Dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson yang juga seorang pengajar lingkungan hidup pada 1970. Tanggal ini bertepatan dengan musim semi di Northern Hemisphere (belahan bumi utara) dan musim gugur di belahan bumi selatan.

Richard Milhous Nixon lahir di Yorba Linda, California, Amerika Serikat, pada 9 Januari 1913. Ia kemudian meninggal di New York, Amerika Serikat, pada 22 April 1994, di usia 81 tahun.

Richard ialah wakil presiden ke-36 Amerika Serikat (1953–1961) dan presiden ke-37 Amerika Serikat (1969–1974). Ia merupakan presiden pertama Amerika Serikat yang mengundurkan diri dari jabatan.

Pengundurannya datang sebagai tanggapan ruwetnya kasus yang disebut Skandal Watergate. Ia mengumumkan berakhirnya Perang Vietnam yang telah menelan korban ribuan tentara pada 23 Januari 1973.

Pengumuman itu secara tidak langsung menjadi pengakuan Amerika Serikat bahwa mereka kalah perang di kancah Asia Tenggara.

Konferensi Asia-Afrika 2015 adalah pertemuan antara para kepala negara-negara Asia dan Afrika yang diadakan di Jakarta dan Bandung pada 19–24 April 2015. Pembukaan resminya dilakukan pada 22 April oleh Presiden Joko Widodo.

Konferensi ini dilaksanakan untuk memperingati 60 tahun Konferensi Asia-Afrika yang pertama di Bandung pada 1955.

Temanya adalah 'Promoting South-South Cooperation for World Peace and Prosperity' atau Mempromosikan Kerja Sama Selatan-Selatan bagi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia.

Konferensi Asia Afrika 2015 telah menghasilkan tiga dokumen yaitu Pesan Bandung 2015 (Bandung Message), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP), dan Deklarasi Kemerdekaan Palestina. (han)




TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan Hari Bumi 2019 kali ini membawa perhatian terhadap penyakit Bumi karena hari demi hari kondisi lingkungan dunia semakin memburuk. Ketika di satu sisi bencana, emisi global terus menghancurkan sifat dasar manusia, di sisi lain suara-suara baru meningkat untuk membawa gelombang revolusi baru bagi Bumi. Dikutip laman newsd , kerusakan Bumi mengarah ke waktu mutlak untuk membentuk solusi dengan perubahan luas. Berikut adalah beberapa fakta yang paling menarik dan mengkhawatirkan tentang Bumi yang telah dipelajari: 1. Generasi muda saat ini menghadapi iklim yang mengerikan di masa depan

Remaja di bawah kelompok usia 18 tahun yang benar-benar bakal terguncang dengan kondisi iklim saat ini. Situasi lintasan saat ini nantinya akan menghangatkan planet dengan 4 derajat Celcius pada tahun 2100, suhu tersebut akan menghancurkan dunia dengan bencana seperti kekeringan, penyakit, dan kekurangan makanan. Sebelumnya pada bulan lalu, siswa di 120 negara  melakukan mogok untuk menuntut  tindakan  tegas  terhadap perubahan iklim. Serangan revolusioner telah menjadi bagian dari gerakan aktivisme iklim yang dipimpin oleh kaum muda. 2. Meningkatnya plastik di lingkungan Jumlah besar plastik telah ditemukan di beberapa tempat di perairan yang menyebabkan terganggunya kehidupan air dari hewan laut. Gunungan besar limbah non-biodegradable mengalir ke lautan, di mana plastik itu terurai menjadi potongan kecil dan terakumulasi di semua makhluk laut. Dari jumlah yang begitu besar, hanya 9 persen dari plastik yang dapat didaur ulang. Bahkan pecahan kecil itu sekarang berada di bawah ancaman yang mengkhawatirkan. 3. Hidup jauh lebih berat dari yang dipikirkan Pernahkah Anda berpikir tentang massa rata-rata semua hewan dan tumbuhan di bumi? Mungkin tidak, tapi beberapa ilmuwan brilian melakukan penelitian fantastis karena mereka telah menghitung bahwa bahkan makhluk terkecil di bumi pun memiliki bobot terbesar. Misalnya, massa bakteri tunggal 1.100 kali lebih banyak dari massa semua manusia. Namun, soal fakta bahwa aktivitas manusia seperti perburuan, penggundulan hutan, dan lainnya telah secara dramatis mengurangi massa kehidupan di Bumi. 4. 90 spesies katak punah karena perubahan iklim Katak adalah spesies sentinel yang peka terhadap berbagai perubahan dalam lingkungannya, seperti suhu, curah hujan, dan hilangnya habitat. Jenis-jenis spesies ini memainkan peran penting sebagai predator dan juga mangsa di habitatnya. Dikabarkan, tahun ini total 90 spesies katak telah punah karena perubahan iklim yang tidak merata dan memaksa 124 spesies lainnya untuk menurun lebih dari 90 persen. 5. Satwa liar menghilang, muncul, dan berevolusi Di alam liar di mana beberapa spesies telah menghilang, ribuan spesies baru telah ditemukan yang muncul sebagai pengingat bahwa manusia masih  memiliki peluang untuk mengembangkan semua nuansa kehidupan di Bumi. Mungkin ini bisa menjadi lebih sulit jika kondisi lingkungan tidak berubah, karena penyu mengalami perubahan dramatis dalam rasio jenis kelamin mereka  setelah kenaikan suhu yang tajam. Sebagai spesies yang merespon ke perubahan cepat menyebabkan di lingkungan mereka, dan menyaksikan hibrida baru muncul. 6. Lebih dari satu dekade tersisa untuk pemanasan global berlalu begitu saja Menurut para ilmuwan terbaik dunia, hanya beberapa dekade yang tersisa untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Satu-satunya solusi untuk menyingkirkan dari situasi bencana ini adalah untuk memotong emisi gas rumah kaca global. Masyarakat dunia harus memiliki untuk mencapai pada nol emisi pada 2050 dan bahkan harus mulai mengurangi jumlah karbon dioksida di atmosfer baru agar dapat mencapai tujuan yang ditentukan. Jika tidak, jendela akan tertutup hingga 1,5 derajat Celcius dan manusia akan mengunci diri suasana yang panas. Fakta tersebut adalah hal penting bagi masyarakat seluruh dunia untuk bangun dan mengadopsi langkah-langkah kecil. Tujuannya untuk membangkitkan minat dan merenungkan kompleksitas yang telah manusia ciptakan secara merugikan. Masyarakat Bumi, harus menetapkan preseden yang kuat di mana generasi masa depan dapat berdiri dengan mudah dan untuk menghadapi masalah ini. Dan harus mengecilkan masalah seperti meningkatnya emisi global, naiknya permukaan laut dan banyak lagi menjadi solusi permanen. Simak kabar terbaru tentang Hari Bumi 2019 hanya di kanal Tekno Tempo.co NEWSD | GEEK 




TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Memperingati Hari Bumi yang jatuh pada Hari Senin besok (22/4/2019), aliansi LBH Semarang menggelar orasi di depan kantor gubernur Jawa Tengah Jalan Pahlawan, Minggu (21/4/2019). Orasi ini diikuti oleh Walhi Jateng, Greenpeace Publish What You Pay serta perwakilan ibu-ibu dari Kendeng Pati dan ibu-ibu dari Batang yang terdampak pembangunan PLTU.

Tujuan dari kegiatan ini adalah ingin menyampaikan pada masyarakat bahwa Jawa Tengah sedang tidak baik-baik saja. Ada banyak proyek yang beririsan dengan manusia dan melanggat HAM. "Hari ini aksinya yang pertama diskusi, kemudian ada dari ibu ibu Kendeng yang menyampaikan bahwa  cerita di Kendeng itu seperti apa, juga ada dari ibu ibu Batang, yang menolak PLTU Batang," ujar koordinator acara, Ahmad Syamsuddin Arief kepada Tribunjateng.com. Selengkapnya :

• LBH Semarang Gelar Peringatan Hari Bumi: Jawa Tengah Sedang Tidak Baik-baik Saja




Liputan6.com, Kediri - Pada kegiatan Car Free Day di sepanjang Jalan Raya Pertokoan Doho, Kota Kediri, Jawa Timur, Minggu (21/4/2019) pagi, ada satu kegiatan yang banyak menyita perhatian pengunjung.

Kegiatan itu adalah penukaran sampah yang ada di sekitar lokasi dengan bibit pohon. Kegiatan ini digagas oleh sejumlah pemuda yang tergabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Lintas Universitas se-Kota Kediri.

"Kegiatan ini dalam rangka memperingati hari Bumi Sedunia yang jatuh pada Senin (22/4/2019) besok, kebetulan ada car free day di sini jadi kita sesuaikan," kata ketua pelaksana kegiatan, Bayu Tri Aji Wibisono di lokasi kegiatan. 

Dia menjelaskan kegiatan ini bermaksud untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat agar membuang sampah pada tempatnya dan lebih mencintai kebersihan lingkungan sekitar. Kegiatan ini juga sekaligus memberikan pemahaman tentang pentingnya keberadaan pohon sebagai paru-paru bumi.

"Kegiatan tentang sosialasi kesadaran membuang sampah pada tempatnya, penanaman pohon terus ada penukaran sampah dengan bibit pohon biar, terus ada musiknya juga untuk menghibur masyarakat," katanya.

Jumlah bibit pohon yang diberikan kepada masyarakat sebanyak 180 kantong, ratusan bibit ini diterimanya dari salah seorang penggiat pencinta alam. Jenis bibit yang diberikan di antaranya pohon sengon, trembesi, nangka, buah-buahan serta tanaman obat atau toga.

"Sampah yang ditukarkan dengan bibit pohon, kurang lebih satu kresek jenis sampah kering," ucapnya.

Sampah yang terkumpul nantinya dipilah lalu dipisahkan jenisnya kemudian diberikan ke bank sampah. Pada momentum peringatan Hari Bumi, Mapala Lintas Universitas se-Kota Kediri menitipkan pesan kepada masyarakat agar tidak terlalu  berlebihan dalam penggunaan plastik yang menyebabkan menimbunnya sampah .

"Harapanya agar masyarakat tidak terlalu berlebihan dalam penggunaan sampah plastik, terus sadar pentingnya untuk menanam pohon," ucapnya.

Saksikan juga video menarik pilihan berikut ini: Setiap hari, jumlah volume sampah yang masuk ke TPST Bantargebang sebanyak 6.500-7.000 ton dari Provinsi DKI Jakarta.




Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Peringati Hari Bumi atau Earth Day yang jatuh pada 22 April, Supersoda bersama dengan TrashStock rilis single "Sampah Plastik".

"Apa yang kami kontribusikan tentunya masih jauh dari cukup, Namun kami mencoba menyebarkan self reminder ke masyarakat mengenai bahaya sampah plastik ," ujar Windu, vokalis dan kibordis Supersoda .

Single "Sampah Plastik" merupakan bagian dari program edukasi TrashStock Bali.

TrashStock sendiri adalah sebuah gerakan non profit yang memperjuangkan kesadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik .

TrashStock kerap melakukan program edukasi seperti festival musik, talkshow, workshop, pameran kesenian, pembersihan sungai dan pantai, serta senantiasa menjalin kerjasama dengan para pecinta lingkungan.

Baca: Bekal Michael! Tak Ada Kompromi Hadapi Mantan Rekan, Optimistis BU Kalahkan Persija Jakarta

Baca: Puluhan Peserta Ikuti Talent Week Infinity 8 Hotel Bali, Berbagai Lomba dari Dance hingga Fashion

“Ada banyak cara untuk melakukan edukasi mengenai sampah plastik . Selain talkshow, workshop dan bersih-bersih sungai, kami juga mengedukasi lewat karya seni, pembacaan dongeng untuk anak-anak, hingga juga buku bacaan bertemakan lingkungan," papar Hendra Arimbawa, co-founder TrashStock Bali.

TrashStock juga dikenal akan konsistensinya menyelenggarakan festival musik tahunan, TrashStock Festival, dengan mengundang musisi lokal dan nasional.

“Kami sangat mengapresiasi keterlibatan dari pihak manapun, termasuk para musisi yang tampil secara sukarela di TrashStock Festival. Tahun ini, kami memutuskan untuk mengajak salah satu band, Supersoda untuk berkontribusi dalam karya musik,” tambah Julien Goalabre, yang juga co-founder TrasStock.

Dalam lagu bergenre space rock ini, para relawan dari TrashStock juga ikut dilibatkan saat menyanyikan bagian refrain.

Baca: Spaso Mulai Gabung Latihan, Tunggu Lampu Hijau Teco Diturunkan Lawan Persija

Baca: Kebugaran Fisik Jadi Kunci, Bali United Diuntungkan Jadwal Padat Persija

Proses produksi dilakukan secara kejar tayang selama seminggu di Antida Studio, Denpasar.

Supersoda terdiri dari Windu (vokal/ keyboard), Gusdek (drum & perkusi), dan Dimas (bass).

Video single "Sampah Plastik" bisa disaksikan di YouTube, Instagram & twitter @supersoda_id, dan facebook supersoda.id




Kegiatan yang mereka lakukan itu merupakan aksi menolak keberadaan perusahaan tambang emas PT Emas Mineral Murni (EMM) dari Aceh. Aksi ini akan selalu digelar tiap malam Minggu sampai perusahaan tambang emas benar-benar hengkang dari tanah Aceh. 

PT EMM telah membongkar kamp pekerja dari Desa Alue Baro, Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Kabupaten Nagan Raya pada 14 April lalu. Proses pembongkaran berlangsung 3 hari sejak humas perusahaan itu menandatangi pernyataan hengkang di atas materai.

Sikap perusahaan angkat kaki dari tanah Tengku Bantaqiah seturut desakan dari gerakan massa yang menggelinding sejak tahun lalu. Namun, perlawanan dianggap belum usai.

"Pindahnya barak pekerja PT EMM dari Beutong Ateuh ke Beutong Bawah, itu bukan sebuah tanda selesainya masalah PT EMM. Eksploitasi di Kabupaten Nagan Raya dan Aceh Tengah tetap dilakukan," kata penanggungjawab kegiatan, Fandi, kepada  Liputan6.com , Sabtu malam (20/4/2019).

Fandi berharap isu menolak keberadaan PT EMM terus disemai. Pernyataan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah pada Kamis, 11 April 2019 tak bisa dijadikan pegangan, terlebih lagi, Nova membantah siap menggugat dengan waktu inkrah 14 hari pascapenandatanganan surat pernyataan menolak keberadaan PT EMM di Aceh.

"Jangan karena surat tersebut, kita diam. Intinya, tetap pada tuntutan yang pertama, angkat kaki dari Aceh," imbuh Fandi.

Sebagai informasi, IUP OP perusahaan tambang PT EMM dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI pada 19 Desember 2017 lalu. Melalui surat bernomor 66/I/IUP/PMA/2017, Kepala BKPM RI menyetujui penyesuaian peningkatan tahap izin usaha pertambangan eksplorasi menjadi IUP mineral logam dalam rangka PMA.

Atas alasan ini, Nova pernah mengatakan bahwa Pemerintah Aceh, tidak punya kewenangan membatalkan atau mencabut izin perusahaan tersebut. Bahkan, dari 14 tahapan selama proses pengurusan izin PT EMM dulu, Pemerintah Aceh hanya ikut campur tahap rekomendasi saja.

"Aksi seperti ini akan terus dilakukan, kemungkinan dilakukan lagi malam Minggu depan. Selama PT EMM tidak angkat kaki dari Aceh," tutup mahasiswa jurusan ilmu sosiologi itu.

Simak juga video pilihan berikut ini: Warga menggeruduk Pos Angkatan Laut (Lanal) di Desa Pusong Lama, Kecamatan Banda Sakti, Kota Madya Lhokseumawe, Aceh.




TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-Sebanyak 24 Pengurus Himpunan Mahasiswa Pariwisata Indonesia , Dewan Pimpinan Wilayah VI Sulawesi Kalimantan (HMPI DPW VI Sulawesi-Kalimantan) menggelar Mangrove In Action di Kawasan Wisata Hutan Mangrove Lantebung , Jl Lantebung , Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (21/4/2019).

Kegiatan Mangrove In Action ini merupakan agenda dari HMPI Sadar Wisata dalam rangka Memperingati Hari Bumi yang jatuh pada Senin (22/4/2019).

Beberapa rangkaian acara yang dihelat pada Mangrove In Action antara lain sosialisasi Mangrove, diskusi kemudian dilanjutkan dengan aksi penanaman mangrove.

Demikian disampaikan Ketua HMPI Wilayah VI Muhammad Fauzan kepada Tribun Timur, Minggu (21/4/2019) sore.

"Alhamdulillah acara ini bisa saya laksanakan dengan sukses. Acara ini merupakan suatu bukti nyata dari kami mahasiswa pariwisata bahwasannya pariwisata merupakan sebuah kegiatan yang positif dan juga bisa melestarikan lingkungan," kata Mahsiswa Manajemen Kepariwisataan, Politeknik Pariwisata Megeri Makassar ini.

Ia berharap, acara yang dirangkaikan dengan hari bumi ini bisa semakin maju dan anak muda semakin sadar akan perannya menjaga dan mencintai bumi serta segala isinya.

Sementara Ketua Umum HMPI, Mahasiswa Batam Tourism Polytechnic Rozzy Andrian Pratama mengatakan, ini kegiatan positif yang harus dilakukan anak muda.

"Anak muda wajib melaksanakannya soalnya kalau bukan kita, siapa lagi? maka dari itu HMPI bergerak di sini, bukan hanya di mangrove saja, tapi semua aspek pariwisata lainnya karena kami sadar, sadar wisata itu penting," katanya

Rozzy berharap kegiatan HMPI Sadar Wisata akan terus berlanjut ke depannya.

Diketahui Pengurus HMPI DPW VI Sulawesi-Kalimantan yang tergabung dari tiga kampus di Makassar antara lain Poltekpar Makassar, Unifa dan Stipar Tamalatea Makassar. (*)

Sumber foto:dok HMPI DPW VI Sulawesi-Kalimantan Caption:Suasana penanaman mangrove di Kawasan Wisata Hutan Mangrove Lantebung , Jl Lantebung , Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (21/4/2019).




PROKAL.CO , BANJARBARU - Sejumlah organisasi pecinta alam dari Banjarbaru dan Martapura, Sabtu (20/4) tadi merayakan peringatan Hari Bumi di sejumlah titik di Banjarbaru.

Titik pertama ialah Bundaran Simpang 4 Banjarbaru. Di mana organisasi yang terdiri dari Mapala, Orpala dan Sispala itu membentangkan baliho panjang di tugu bundaran yang berisikan tentang #SaveMeratus dan tulisan ajakan menjaga bumi.

Dari Simpang 4 Banjarbaru, mereka kemudian longmarch ke Taman Van Der Pijl untuk melakukan teatrikal, orasi, dan pembagian bibit. Kemudian, pada malam harinya diakhiri dengan deklarasi pernyataan sikap terhadap ancaman kelestarian Meratus di halaman Hotel Batung Batulis.

Isi deklarasi yang dibaca antara lain; menolak dengan tegas eksploitasi pertambangan dan perkebunan monokultur skala besar di Kalimantan Selatan. Serta, mendukung segala upaya baik personal dan lembaga yang bertujuan untuk tercapainya keadilan ekologis di Meratus.

Selain itu, dalam deklarasi tersebut mereka mendesak menteri ESDM mencabut SK nomor 441.K/30/DJB/2017 tentang penyesuaian tahap kegiatan PKP2B PT Mantimin Coal Mining (MCM) menjadi tahap kegiatan operasi produksi di Balangan, Tabalong, dan Hulu Sungai Tengah.

Koordinator Aksi Hari Bumi Muhammad Tamsi mengatakan, peringatan Hari Bumi yang mereka lakukan kali ini berbeda dengan sebelumnya. Karena selain perayaan dengan gembira. Mereka juga geram dengan putusan peradilan atas ditolaknya banding yang dilakukan Walhi Kalsel pada kasus PT MCM di PTTUN di Jakarta.

"Biasanya Hari Bumi di Kalsel selalu mengikuti agenda global. Namun, kali ini pecinta alam harus segera bersikap karena masifnya ancaman industri ekstraktif. Kami memanfaatkan momentum ini untuk deklarasi," katanya.

Dalam momen Hari Bumi, dia menyampaikan bahwa para pecinta alam juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelamatan bumi. "Khususnya bumi Kalsel ini, yang mulai terancam lantaran belum terhindarnya Meratus dari upaya eksploitasi," pungkasnya. (ris/ema)



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply