Contact Form

 

Memperingati Hari Bumi Sedunia, Inilah 10 Hal Sederhana yang Bisa Anda Lakukan


Hari Bumi Sedunia diperingati setiap tanggal 22 April

Apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan bumi ini ?

Dibawah ini kami berikan ide 10 hal kecil yang bisa dilakukan untuk ikut memperingati Hari Bumi Sedunia

Tercatat menurut sejarah Hari Bumi Sedunia ini pertama kali pada tahun 1970

Gagasan Hari Bumi Sedunia pertama kali muncul pada awal 1960, ketika sebagian elemen masyarakat di Amerika Serikat mulai menyadari pencemaran lingkungan yang semakin membahayakan bumi.

Melansir dari Wikipedia hari bumi dicangkan oleh  senator Amerika Serikat Gaylord Nelson yang juga sebagai seorang pengajar lingkungan hidup.

Tanggal 22 April  dipilih karena bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi utara) dan musim gugur di belahan Bumi selatan.

• Warganet Mengecam Ancaman Bom Sri Lanka Dideteksi 10 Hari Sebelum Meledak Hanya Tidak Diumumkan

Pencanangan hari bumi sendiri terinspirasi oleh banyaknya protes dan demonstrasi dari pelajar di Amerika Sertikat terkait kecamuk perang di Vietnam.

Ditambah lagi Gaylord Nelson menyaksikan kasus tumpahan minyak di pesisir Santa Barbara, California pada 1969.

Kasus tumpahan minyak ini seakan-akan menjadi katalis bagi Nelson untuk bertindak setelah sebelumnya  osoknya kerap kali menunjukkan kepeduliannya akan lingkungan.




Peringatan Hari Bumi di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), diwarnai aksi teatrikal. Para aktivis memainkan aksi tentang lingkungan hidup, kondisi bumi dan alam saat ini. Aspirasi dituangkan dalam aksi teatrikal di jalanan, kawasan Armadidi. Mereka menceritakan tentang bumi yang semakin hari semakin rusak akibat perbuatan tangan-tangan Manusia. "Ini aksi peringati Hari Bumi se-Dunia, kami mengharapkan pemerintah secara nasional bisa turut memperhatikan kondisi bumi dan alam dalam pembangunan demi kemajuan bersama", ungkap Aryanti Rahman, di lokasi, (22/4/2019).

Foto: Peringatan hari bumi di Manado (Michelle-detikcom) Aksi solidaritas ini diikuti dari berbagai elemen komunitas di antaranya Pecinta Alam, Asosiasi Lembaga Bantuan Hukum, Tunas Hijau, Mahasiswa, warga Sipil dan Organisasi Masyarakat Adat. Dalam aksinya, mereka menilai, manusia tidak bertanggung jawab dengan buang sampah sembarang, merusak dan meraup hasil sumber daya alam tanpa pengkajian lingkungan hidup yang semestinya dengan dalih pembangunan. Humas aksi solidaritas peringati hari bumi mengungkapkan maksud dan tujuannya diadakan aksi ini khusus untuk mengajak setiap orang sekitar untuk sama-sama merawat bumi. Dalam aksi ini juga membagikan selebaran yang berisikan tentang lingkungan hidup dan kerusakan alam, dengan tujuan masyarakat bisa turut andil dalam merawat bumi.




Skenario 1. Tuntutan di Pengadilan Tuhan

Saya tahu surat ini tak bakal bisa dibaca oleh kalian semua. Kalian sudah mati dalam kondisi yang jauh lebih baik dari kehidupan kami sekarang. Tapi dalam kegerahan luar biasa yang kami rasakan, saya merasa harus menuliskannya sekarang, di Hari Bumi 2050 ini, supaya ketika kita berjumpa di akhirat kelak, saya pastikan akan menuntut kalian di hadapan Pengadilan Tuhan dengan apa yang saya tuliskan ini.

Kalian punya semua kesempatan. Pengetahuan, teknologi, kekayaan ekonomi untuk menyelamatkan kehidupan. Tetapi kalian semua pemalas. Kalian memilih untuk hidup dengan mudah, tak mau bekerja keras mewujudkan masa depan yang baik bagi kami. Kalian kerap berpidato soal betapa kalian mencintai kami, anak-cucu kalian. Dari apa yang kami saksikan dan alami sekarang jelaslah itu semua omong kosong. Cuma segelintir saja di antara kalian yang berusaha, dan itu tak ada artinya.

Bukankah kalian tahu dampak perubahan iklim sejak dekade 1990-an? Bukankah kepastian sains sudah sejelas itu di dekade 2000-an? Bukankah semua yang kalian butuhkan untuk mengatasinya tersedia di dekade 2010-an? Tetapi kalian diam. Kalian terpaku, seakan kalian tidak tahu apa-apa. Kalian terus menikmati kehidupan yang nyaman dengan mencuri sumberdaya yang seharusnya menjadi jatah kami, dan terus menerus membuang segala polutan di satu-satunya tempat tinggal kita.

Alih-alih bertindak menurunkan emisi gas rumah kaca secara cepat, kalian malah terus-menerus menghamburkannya ke atmosfer. Kalian seperti orang yang lapar, dan satu-satunya makanan adalah batubara. Rasa dahaga kalian seperti hanya bisa dipuaskan dengan meminum minyak. Dan kalian seperti hanya bisa bernafas dengan gas. Bagaimana mungkin sumber-sumber energi kotor itu kalian tak gantikan sehingga naik terus sampai satu dekade lalu?

baca : Katowice, Janji Perubahan Iklim dan Nasib Generasi Mendatang

Kalian kotori Bumi ini dengan sampah plastik, yang kalian sadari telah mencekik seluruh makhluk. Ketika paus, lumba-lumba, dan penyu mati dengan plastik di dalam perut mereka, apa yang kalian pikirkan? Ketika mikroplastik sudah ditemukan di seluruh air yang kaliam minum sendiri, apa yang kalian lakukan? Kalian ejek teman-teman kalian yang mengkotbahkan penggunaan plastik yang bijak, kalian hinakan sahabat-sahabat kalian yang menyerukan ekonomi sirkular.

Tidakkah kalian merasakan panasnya kebakaran hutan dan sesaknya nafas lantaran asapnya? Mengapa kalian tetap saja membuka hutan dengan serampangan? Mengapa kalian tidak merestorasi kerusakan yang sudah kalian buat, padahal kalian sudah terus-menerus kekeringan dan kebanjiran? Kita tinggal di Indonesia, sebuah negeri tropis, yang mudah sekali mengembalikan kesuburan lahannya. Tetapi, apa yang kalian lakukan? Mana klaim keberhasilan penanaman yang kalian kerap nyatakan di berbagai seremoni itu? Hutan terus saja menghilang, dan kalian terus-menerus mengklaim keberhasilan?

Ke mana larinya rasionalitas kalian ketika racun-racun kimiawi kalian terus gelontorkan, menghancurkan kesuburan lahan, meracuni tanah dan air? Mengapa kalian tak bisa mengubah pertanian menjadi benar-benar berkelanjutan ketika seluruh teknologinya sudah tersedia sejak lama? Mengapa kalian membuat hasil-hasil pertanian organik begitu mahalnya padahal input yang dipergunakan jauh lebih sedikit? Ketika tanah menjadi kering, keras, dan hilang nutrisinya, mengapa kalian tinggalkan begitu saja ketika teknologi untuk menyuburkannya kembali sudah kalian tahu?

Kalian tahu berapa kandungan Gas Rumah Kaca di atas atmosfer sekarang? Kalian tahu berapa jumlah ppm-nya di atas 350, yang aman buat kita semua? Model yang kalian punya sudah meramalkannya kalau kalian melakukan business as usual, dan kalian malah memilih itu! Kalian tahu betapa sering banjir dan kekeringan yang kami alami? Kalian tahu berapa persen populasi yang menjadi pengungsi perubahan iklim? Kalian tahu berapa penurunan populasi ikan di laut? Kalian sadar berapa jumlah spesies yang hilang di darat dan di laut akibat pilihan kalian? Kalian semua sudah meramalkannya, dan malahan seperti memiliki determinasi untuk mewujudkannya!

Dua puluh tahun lampau, ketika SDGs berakhir, tak satupun Tujuan kalian penuhi. Itulah rapor kalian yang memalukan! Bisakah kalian menatap wajah anak-cucu kalian dengan bangga? Tentu kalian tak bisa melakukannya. Kalian, yang mewariskan kepada kami Bumi yang centang perenang ini, tentu cuma bisa tertunduk malu. Dan kami tahu, ada di antara kalian yang bahkan tahu malupun tidak. Demi Tuhan, saya dan generasi saya bakal menuntut kalian semua di akhirat kelak. Kesengsaraan kalian di akhirat adalah buah yang kalian akan petik lantaran kesengsaraan yang kalian timpakan kepada kami, padahal kalian memiliki kesempatan panjang untuk memperbaiki diri.

baca juga : Akankah Ekonomi Hijau Terwujud?

Skenario 2. Terima Kasih Tak Terhingga

Siapapun tak bisa tidak bersyukur di Hari Bumi 2050 ini. Kami menikmati udara yang sedemikian segarnya. Saya baru saja memeriksa data time series mutu udara, dan mendapati bahwa sejak tahun 2025, seperempat abad yang lalu, udara terus membaik. Tahun ini adalah udara dengan mutu yang terbaik, dan trajektorinya jelas menunjukkan bahwa tahun depan mutu udara akan menjadi lebih baik lagi.

Begitu juga yang terjadi dengan konsentrasi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Tahun 2028 adalah tahun di mana konsentrasinya memuncak, lalu relatif mendatar selama empat tahun, dan setelahnya menurun. Yang paling membanggakan, penurunan setelah 2032 itu benar-benar curam. Tampaknya semua negara berlomba-loma menurunkan emisi dari energi, lahan dan sumber-sumber lainnya. Perlombaan kebajikan benar-benar mereka lakukan, dengan penuh kegembiraan.

Bukan saja kemajuan dalam mitigasi yang generasi orangtua dan kakek kami lakukan, melainkan juga dalam adaptasi. Adaptasi dalam, itu istilah yang mereka pergunakan untuk menggambarkan upaya sungguh-sungguh agar membuat kehidupan manusia tahan terhadap berbagai dampak perubahan iklim. Memang, bencana-bencana iklim terus terjadi sebagai dampak dari kenaikan konsentrasi Gas Rumah Kaca selama beberapa dekade sebelum mitigasi berhasil, tetapi dengan ketangguhan yang dibangun lewat upaya-upaya adaptasi itu, umat manusia akhirnya bisa meminimumkan dampak buruk yang tadinya sangat dikhawatirkan.

Pertanian, misalnya, kini tak lagi perlu menyebutkan kata ‘berkelanjutan’ di belakangnya, lantaran—sama dengan seluruh sektor industri—hanya itulah satu-satunya bentuk pertanian yang dilakukan umat manusia. Tak ada lagi pupuk dan pestisida yang menggerus kesuburan, yang ada adalah tambahan hara yang mengembalikan bahkan meningkatkan kesuburan lahan. Hasil-hasil penelitian pertanian itu benar-benar diaplikasikan di seluruh dunia bahkan sebelum tahun 2025. Kalau dahulu, saya baca, ada 800 juta hingga 1,2 miliar orang yang kelaparan dan bergizi buruk, angka itu sudah jauh menurun, dan benar-benar hilang di tahun 2037.

Soal kelaparan itu, selain produksi pertanian yang melesat dengan semua teknik yang (kalau di masa lalu dilabel sebagai) berkelanjutan itu, tak ada lagi yang namanya food loss dan food waste. Sekitar 30 tahun lampau, penduduk Bumi memang aneh, ada sebegitu banyak orang yang kelaparan dan bergizi buruk, tapi mereka malahan membuang sekitar 30% dari makanan yang diproduksi. Untungnya hal itu terhenti bersama-sama dengan pemanfaatan teknologi pertanian yang jauh lebih baik itu. Pada mulanya memang masih ada yang ‘terbuang’, tetapi logika ekonomi sirkular yang tetiba menjadi sangat popular membuat semuanya dimanfaatkan sebagai bahan penyubur tanah, energi, serta pemanfaatan lainnya.

baca juga : Ini yang Dilakukan Warga Pinggiran Hutan Maknai Hari Bumi

Sampah non-organik juga demikian. Plastik memang masih dimanfaatkan, tetapi seluruhnya tidak lagi berasal dari virgin material. Semuanya hasil daur ulang. Bahkan, sebagian di antaranya terus jadi material yang lebih tinggi pemanfaatannya, alias up-cycle, sejak 20 tahunan lampau. Industri pengolahan sampah elektronik mulai muncul secara massif lebih dari 30 tahun lampau, tapi benar-benar menjadi industri yang menyelamatkan dunia sepuluh tahun kemudian. Barang-barang kemudian menjadi sangat awet dan ketika masa hidupnya habis, semua diambil oleh produsennya, dan konsumen bisa mendapatkan barang yang baru.

Apa yang membuat itu semua terjadi? Banyak yang menjawab lantaran Revolusi Industri 4.0 yang jadi tonggak penting di tahun 2025. Tetapi, berbeda dengan yang kebanyakan orang pikir sebelum tahun 2020, penekanannya bukan semata pada teknologi-teknologi yang muncul, melainkan pada bagaimana teknologi yang muncul itu bisa dimanfaatkan untuk kebaikan seluruh dunia, bukan cuma buat para pemilik modal dan pencipta teknologi itu. Masyarakat 4.0, begitu yang mereka sebut, adalah masyarakat yang bertindak untuk maslahat kolektif. Bukan cuma buat segelintir orang, bukan hanya untuk warga negara masing-masing, melainkan benar-benar untuk seluruh dunia.

Lantaran cara berpikir yang demikian, irasionalitas gila pertumbuhan tak lagi jadi panduan pembangunan. Pertanyaan persentase pertumbuhan ekonomi tak lagi pernah terdengar. Yang ada adalah dialog nasional dan global soal keberhasilan penurunan ketimpangan, persen peningkatan kesejahteraan kelompok rentan, persen penurunan ignoransi, penurunan ppm konsentrasi gas rumah kaca, peningkatan mutu udara, persen pertumbuhan kawasan hutan, dan lain-lain. Mereka, orang dewasa yang hidup di dekade 2020-an, mulai sadar penuh bahwa kualitas kehidupan itu sebetulnya jauh lebih ditentukan oleh indikator-indikator yang tadinya ditaruh di bawah pertumbuhan ekonomi. Dan karena itulah, saya pikir, kehidupan benar-benar menjadi lebih baik mulai dekade itu.

Ya Tuhan, dalam basuhan air wudhu luar biasa segar yang saya rasakan barusan, pada Hari Bumi ini saya bersaksi bahwa generasi orangtua dan kakek kami adalah generasi yang baik. Mereka menyingkirkan ego mereka semua, bersikeras hanya menghadirkan bentuk-bentuk ekonomi yang regeneratif, untuk menghadirkan masa depan terbaik bagi kami semua. Lindungilah mereka semua dari siksa-Mu di akhirat, berikanlah surga-Mu yang tertinggi kepada mereka yang telah memberikan warisan tak ternilai kepada kami.

***

Dalam buku Collapse: How Societies Choose to Fail or Succeed, Jared Diamond menegaskan bahwa perilaku manusia terhadap alam (juga masyarakat dan ekonomi) mencerminkan pilihan yang mereka ambil. Pilihan tersebut akan menentukan gagal atau suksesnya manusia untuk melanjutkan kehidupannya. Kalau Diamond mendasarkan pemikirannya itu lewat contoh masyarakat dalam skala kecil, peraih penghargaan Nobel, Paul Crutzen, menciptakan istilah Antroposene untuk menggambarkan bahwa Bumi sudah tiba pada masa di mana manusialah yang menentukan nasib segala hal, termasuk nasib manusia sendiri.

Gagal atau suksesnya manusia tidak lagi terjadi dalam skala terbatas, sebagaimana yang digambarkan Diamond, melainkan dalam skala global. Kini, kita ada dalam posisi bisa memilih masa depan kita sendiri, yang merentang dari versi distopia hingga utopia. Selamat Hari Bumi 2019. Selamat memilih masa depan.

*Jalal, Reader on Corporate Governance and Political Ecology Thamrin School of Climate Change and Sustainability. Artikel ini merupakan opini penulis.

(Visited 1 times, 308 visits today)


Jakarta - Hari ini, Senin (22/4/2019) bertepatan dengan Hari Bumi . Hari Bumi diperingati secara internasional untuk meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan planet ini. Industri otomotif pun berusaha menjaga lingkungan. Diketahui, kendaraan bermotor konvensional saat ini masih mengeluarkan emisi sisa pembakaran. Demi melindungi Bumi, pabrikan otomotif berpikir menghadirkan kendaraan ramah lingkungan . Beberapa di antaranya adalah mobil hybrid yang menggabungkan mesin bakar dan motor listrik, serta mobil listrik sepenuhnya.

Bertepatan dengan peringatan Hari Bumi 22 April 2019, dua mobil ramah lingkungan meluncur di Indonesia hari ini. Pertama adalah Toyota C-HR Hybrid. Mengusung sebagai mobil ramah lingkungan, Toyota C-HR Hybrid diluncurkan di Indonesia bertepatan dengan Hari Bumi. Toyota C-HR Hybrid diluncurkan siang ini. Siang ini juga akan kehadiran mobil ramah lingkungan lain. PT Blue Bird Tbk bakal menggunakan armada taksi listrik. Siang ini Bluebird meluncurkan taksi pertama di Indonesia. Melalui undangan yang diterima detikcom, rencananya Bluebird bakal meluncurkan taksi listrik siang hari ini di Jakarta Selatan. "Adapun penggunaan armada taksi listrik ini menjadi salah satu langkah awal dan wujud nyata akan kontribusi Bluebird terhadap pelestarian lingkungan, khususnya di Indonesia," tulis PT Blue Bird Tbk dalam undangannya. (rgr/ddn)




TRIBUNKALTIM.CO - Sejarah hari ini 22 April diperingati sebagai hari bumi  sedunia

Peringatan ini dilakukan pertama kali pada tahun 1970.

Meski sebanarya gagasan ini pertama kali muncul pada awal 1960, ketika sebagian elemen masyrakat di Amerika Serikat mulai menyadari pencemaran lingkungan yang semakin membahayakan bumi.

Melansir dari Wikipedia hari bumi dicangkan oleh  enator Amerika Serikat Gaylord Nelson yang juga sebagai seorang pengajar lingkungan hidup.

Tanggal 22 April   dipilih karena bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi utara) dan musim gugur di belahan Bumi selatan.

Pencanangan hari bumi sendiri terinspirasi oleh banyaknya protes dan demonstrasi dari pelajar di Amerika Sertikat terkait kecamuk perang di Vietnam.

Ditambah lagi Gaylord Nelson menyaksikan kasus tumpahan minyak di pesisir Santa Barbara, California pada 1969.

Kasus tumpahan minyak ini seakan-akan menjadi katalis bagi Nelson untuk bertindak setelah sebelumnya sosoknya kerap kali menunjukkan kepeduliannya akan lingkungan .

Tercatat sejak tahun 1960-an Nelson menaruh kepedulian dan berkampanye pada isu lingkungan hidup, yang dirasanya lama hilang dari agenda negara.

Nelson mereformasi beberapa hal di Wisconsin, seperti regulasi kebersihan jalur pengairan, perlindungan terhadap sumber daya alam, dan menciptakan lapangan pekerjaan ramah lingkungan .




Aktivis dari berbagai komunitas di Banda Aceh memperingati hari bumi dengan berkeliling sejumlah ruas jalan. Mereka menyerukan penyelamatan empat satwa kunci yang terancam punah. Aksi Global March for Elephants, Tigers, Rhinos and Orang utan dimulai dari Taman Sari, Banda Aceh, Aceh, Senin (22/4/2019). Para peserta aksi lintas komunitas ini mengecat wajah dan mengenakan topeng gajah, harimau, orang utan dan badak. Mereka juga membawa beberapa poster berisi seruan penyelamatan hutan, bumi dan satwa. Massa kemudian long march mengitari sejumlah ruas jalan protokol dan berakhir di depan Masjid Raya Baiturrahman, Aceh.

Aksi ini menarik perhatian pengguna jalan. Sejumlah polisi mengawal massa pejalan kaki ini hingga tiba di lokasi terakhir long march "Kita harus ambil bagian dari aksi masyarakat dunia untuk menyerukan penyelamatan spesies satwa dari ancaman kepunahan. Sebagai daerah yang masih memiliki satwa langka seperti harimau, badak, gajah dan orang utan, penting kita mengingatkan semua orang untuk ambil aksi untuk menyelamatkan satwa-satwa kita," kata Koordinator Parade Hari Bumi, Nuratul Faizah kepada wartawan. Aksi peringatan hari bumi ini bertepatan dengan aksi Global March untuk Gajah, Harimau, Badak dan Orang Utan yang juga dilakukan serentak di banyak negara. Di Banda Aceh aksi digelar karena dalam beberapa waktu terakhir banyak kasus pembunuhan satwa dilindungi. Faizah mencontohkan seperti pembunuhan gajah jinak Bunta di Aceh Timur dan penganiyaan Orang Utan Hope. Dua kasus tersebut menyita perhatian publik dan pelaku diminta ditindak tegas. "Kasus ini bisa menjadi preseden buruk bagi negara kita dalam membuktikan komitmennya untuk menyelamatkan satwa yang dilindungi. Untuk itu kita harus menunjukkan sikap kita bahwa kita ingin kasus-kasus pembunuhan satwa dihentikan dan ditindak secara hukum," jelas Faizah. Faizah mengajak semua pihak mulai peduli terhadap nasib satwa-satwa yang terus diburu di alam liar untuk diperdagangkan secara ilegal. Aceh merupakan salah satu pemasok satwa-satwa yang diperdagangkan di kota-kota besar dan hingga keluar negeri. "Jika satwa kita habis, yang rugi adalah kita, karena keseimbangan ekosistem akan terganggu, tak ada lagi penyebar bibit di hutan. Tinggal kita menunggu bencana datang," bebernya.




JAKARTA – Pada tanggal 22 April tercatat ada berbagai peristiwa penting dan bersejarah yang terjadi di seluruh belahan dunia. Sebut saja lahirnya filsuf Jerman, Immanuel Kant, hingga ditetapkannya Hari Bumi Sedunia.

Selain momen-momen penting tersebut, masih ada peristiwa bersejarah dan berkesan lainnya. Berikut ini Okezone paparkan, sebagaimana dinukil dari Wikipedia.org , Senin (22/4/2019).

Immanuel Kant lahir di Königsberg, Kerajaan Prusia, pada tanggal 22 April 1724. Ia kemudian meninggal dunia di Königsberg, Kerajaan Prusia, pada 12 Februari 1804, di usia 79 tahun. Kota di Rusia tersebut sekarang bernama Kaliningrad.

Kant kemudian menjadi guru besar untuk logika dan metafisika di Universitas Königsberg. Dia secara rutin menyajikan kuliah tentang geografi fisik.

Hal ini dilakukannya sepanjang tahun sampai 1796. Dalam pengantar kuliahnya, dia selalu menegaskan tempat geografi dalam dunia ilmiah. Dia memberikan landasan falsafi bagi geografi sebagai pengetahuan ilmiah.

Minat Kant dalam geografi fisik tidak dirangsang oleh pengalamannya menghadapi alam di berbagai belahan dunia, tetapi muncul dari penyelidikan filsofis atas pengetahuan empiris.

Bagi Kant, geografi adalah ilmu empiris yang ingin menunjukkan alam sebagai suatu sistem. Geografi, menurut dia, merupakan ilmu tentang fenomena fisik dan budaya yang tersusun dalam ruang bumi.

Vladimir Ilyich Ulyanov, lebih dikenal dengan julukan Lenin, lahir pada 22 April 1870 dan wafat 21 Januari 1924. Lenin adalah seorang tokoh revolusioner komunis, politikus, dan teoretikus politik berkebangsaan Rusia. Lenin sebenarnya nama samaran yang diambil dari nama Sungai Lena di Siberia.

Ia menjabat sebagai kepala pemerintahan Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia (RSFS Rusia) sejak 1917 hingga wafat dan juga sebagai kepala pemerintahan Uni Soviet pada 1922 sampai akhir hayatnya.

Lenin berhaluan politik Marxis dan telah ikut menyumbangkan gagasan politiknya dalam pemikiran Marxis yang disebut sebagai Leninisme.

Gagasannya itu bila digabung dengan teori ekonomi Marx dikenal dengan sebutan Marxisme–Leninisme.

Hari Bumi adalah hari pengamatan tentang bumi yang dicanangkan setiap tahun pada 22 April dan diperingati secara internasional. Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali ini.

Dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson yang juga seorang pengajar lingkungan hidup pada 1970. Tanggal ini bertepatan dengan musim semi di Northern Hemisphere (belahan bumi utara) dan musim gugur di belahan bumi selatan.

Richard Milhous Nixon lahir di Yorba Linda, California, Amerika Serikat, pada 9 Januari 1913. Ia kemudian meninggal di New York, Amerika Serikat, pada 22 April 1994, di usia 81 tahun.

Richard ialah wakil presiden ke-36 Amerika Serikat (1953–1961) dan presiden ke-37 Amerika Serikat (1969–1974). Ia merupakan presiden pertama Amerika Serikat yang mengundurkan diri dari jabatan.

Pengundurannya datang sebagai tanggapan ruwetnya kasus yang disebut Skandal Watergate. Ia mengumumkan berakhirnya Perang Vietnam yang telah menelan korban ribuan tentara pada 23 Januari 1973.

Pengumuman itu secara tidak langsung menjadi pengakuan Amerika Serikat bahwa mereka kalah perang di kancah Asia Tenggara.

Konferensi Asia-Afrika 2015 adalah pertemuan antara para kepala negara-negara Asia dan Afrika yang diadakan di Jakarta dan Bandung pada 19–24 April 2015. Pembukaan resminya dilakukan pada 22 April oleh Presiden Joko Widodo.

Konferensi ini dilaksanakan untuk memperingati 60 tahun Konferensi Asia-Afrika yang pertama di Bandung pada 1955.

Temanya adalah 'Promoting South-South Cooperation for World Peace and Prosperity' atau Mempromosikan Kerja Sama Selatan-Selatan bagi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia.

Konferensi Asia Afrika 2015 telah menghasilkan tiga dokumen yaitu Pesan Bandung 2015 (Bandung Message), Deklarasi Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia-Afrika (NAASP), dan Deklarasi Kemerdekaan Palestina. (han)




Liputan6.com, Jakarta Warga Surabaya menerima pembagian ratusan bibit tanaman dari masyarakat dalam rangka hari bumi. Diharapkan warga akan kembali melakukan penghijauan di lingkungannya.




TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Untuk memperingati Hari Bumi yang jatuh pada hari ini, Senin (22/4/2019), ratusan orang melaksanakan bersih-bersih pantai dari sampah plastik di Dream Island, Pantai Mertasari Sanur, Denpasar.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Balai Riset dan Observasi Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Pemkot Denpasar, nelayan, perguruan tinggi, dan beberapa komunitas yang ada di Denpasar.

Para peserta bersih-bersih pantai ini berjalan sepanjang 1 km untuk memungut sampah yang ada di pantai.

Adapun sampah yang dipungut yakni sedotan, styrofoam , botol plastik, dan sampah plastik lainnya.

Kepala Balai Riset dan Observasi Laut, I Nyoman Radiarta, menyatakan upaya menjaga kelestarian bumi dari ancaman sampah plastik menjadi tanggung jawab bersama seluruh manusia.

Baca: Tes Kepribadian - Pilih Satu dari Empat Kartu Tarot Ini dan Simak Rahasia Pesonamu

Baca: 30 Persen Soal di Luar Bidang Akademis, Hari Ini 13.132 Siswa SMP di Denpasar Jalani Ujian

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk hal tersebut, salah satunya dengan riset dan pengembangan.

Melalui riset, manusia mampu menjabarkan wawasan ilmiah sebagai landasan untuk menciptakan kontribusi bagi keberlangsungan kehidupan di bumi.

Ada tiga agenda yang digelar dalam peringatan Hari Bumi ini, yakni aksi lestari dengan bersih-bersih pantai , kelas lestari yakni mengolah sampah plastik jadi bahan bernilai, dan talkshow yang akan digelar esok, Selasa 923/4/2019) di Kampus Unud Sudirman.

"Acara ini mengangkat tema Bumi Asyik Tanpa Sampah Plastik!, dengan melibatkan ratusan peserta yang terdiri dari generasi muda, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, non governmental organization, swasta, media, Pemerintah Daerah Kota Denpasar & Provinsi Bali, pemerintah pusat dalam satuan kerja KKP, dan yang tak kalah penting adalah nelayan Kota Denpasar," katanya.

Baca: CPS Dua Tahun Tak Ngantor, Perawat Diduga Terjerat Kasus Penipuan

Baca: 25 Hari Pelaku Pembobol Sesari di Pura Belum Ditangkap

Ia menambahkan, "Agenda lestari pada hari pertama diawali dengan Aksi Lestari berupa Beach and Mangrove Clean Up, Vlog Competition, dilanjutkan dengan Launching dan Sosialisasi Aplikasi Laut Nusantara tahap 2, serta Kelas Lestari berupa pengolahan sampah plastik jadi Bahan Bakar Minyak."

Melalui rangkaian agenda lestari tersebut, diharapkan dapat memberikan stimulasi kepada masyarakat untuk mulai memberikan kontribusinya dalam menjaga lingkungan sesuai dengan tugas dan peran masing-masing, dimulai dari hal sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mengolah sampah plastik menjadi barang multiguna.

Tak dapat dipungkiri, bahwa satu kontribusi kecil saja yang dilakukan secara berkelanjutan dapat memberikan dampak yang begitu berarti bagi bumi.

Sampah plastik yang berhasil dikumpulkan kemudian dipilah.

Yang tak bisa didaur ulang langsung dibawa ke TPA, sedangkan yang masih bisa didaur ulang, dipisahkan untuk digunakan dalam kelas lestari.

Dalam kesempatan tersebut juga hadir musisi Joni Agung.

"Mari jaga bumi dari sampah plastik , jangan kotori laut karena anak cucu menunggu," katanya.(*)




TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan Hari Bumi 2019 kali ini membawa perhatian terhadap penyakit Bumi karena hari demi hari kondisi lingkungan dunia semakin memburuk. Ketika di satu sisi bencana, emisi global terus menghancurkan sifat dasar manusia, di sisi lain suara-suara baru meningkat untuk membawa gelombang revolusi baru bagi Bumi. Dikutip laman newsd , kerusakan Bumi mengarah ke waktu mutlak untuk membentuk solusi dengan perubahan luas. Berikut adalah beberapa fakta yang paling menarik dan mengkhawatirkan tentang Bumi yang telah dipelajari: 1. Generasi muda saat ini menghadapi iklim yang mengerikan di masa depan

Remaja di bawah kelompok usia 18 tahun yang benar-benar bakal terguncang dengan kondisi iklim saat ini. Situasi lintasan saat ini nantinya akan menghangatkan planet dengan 4 derajat Celcius pada tahun 2100, suhu tersebut akan menghancurkan dunia dengan bencana seperti kekeringan, penyakit, dan kekurangan makanan. Sebelumnya pada bulan lalu, siswa di 120 negara  melakukan mogok untuk menuntut  tindakan  tegas  terhadap perubahan iklim. Serangan revolusioner telah menjadi bagian dari gerakan aktivisme iklim yang dipimpin oleh kaum muda. 2. Meningkatnya plastik di lingkungan Jumlah besar plastik telah ditemukan di beberapa tempat di perairan yang menyebabkan terganggunya kehidupan air dari hewan laut. Gunungan besar limbah non-biodegradable mengalir ke lautan, di mana plastik itu terurai menjadi potongan kecil dan terakumulasi di semua makhluk laut. Dari jumlah yang begitu besar, hanya 9 persen dari plastik yang dapat didaur ulang. Bahkan pecahan kecil itu sekarang berada di bawah ancaman yang mengkhawatirkan. 3. Hidup jauh lebih berat dari yang dipikirkan Pernahkah Anda berpikir tentang massa rata-rata semua hewan dan tumbuhan di bumi? Mungkin tidak, tapi beberapa ilmuwan brilian melakukan penelitian fantastis karena mereka telah menghitung bahwa bahkan makhluk terkecil di bumi pun memiliki bobot terbesar. Misalnya, massa bakteri tunggal 1.100 kali lebih banyak dari massa semua manusia. Namun, soal fakta bahwa aktivitas manusia seperti perburuan, penggundulan hutan, dan lainnya telah secara dramatis mengurangi massa kehidupan di Bumi. 4. 90 spesies katak punah karena perubahan iklim Katak adalah spesies sentinel yang peka terhadap berbagai perubahan dalam lingkungannya, seperti suhu, curah hujan, dan hilangnya habitat. Jenis-jenis spesies ini memainkan peran penting sebagai predator dan juga mangsa di habitatnya. Dikabarkan, tahun ini total 90 spesies katak telah punah karena perubahan iklim yang tidak merata dan memaksa 124 spesies lainnya untuk menurun lebih dari 90 persen. 5. Satwa liar menghilang, muncul, dan berevolusi Di alam liar di mana beberapa spesies telah menghilang, ribuan spesies baru telah ditemukan yang muncul sebagai pengingat bahwa manusia masih  memiliki peluang untuk mengembangkan semua nuansa kehidupan di Bumi. Mungkin ini bisa menjadi lebih sulit jika kondisi lingkungan tidak berubah, karena penyu mengalami perubahan dramatis dalam rasio jenis kelamin mereka  setelah kenaikan suhu yang tajam. Sebagai spesies yang merespon ke perubahan cepat menyebabkan di lingkungan mereka, dan menyaksikan hibrida baru muncul. 6. Lebih dari satu dekade tersisa untuk pemanasan global berlalu begitu saja Menurut para ilmuwan terbaik dunia, hanya beberapa dekade yang tersisa untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Satu-satunya solusi untuk menyingkirkan dari situasi bencana ini adalah untuk memotong emisi gas rumah kaca global. Masyarakat dunia harus memiliki untuk mencapai pada nol emisi pada 2050 dan bahkan harus mulai mengurangi jumlah karbon dioksida di atmosfer baru agar dapat mencapai tujuan yang ditentukan. Jika tidak, jendela akan tertutup hingga 1,5 derajat Celcius dan manusia akan mengunci diri suasana yang panas. Fakta tersebut adalah hal penting bagi masyarakat seluruh dunia untuk bangun dan mengadopsi langkah-langkah kecil. Tujuannya untuk membangkitkan minat dan merenungkan kompleksitas yang telah manusia ciptakan secara merugikan. Masyarakat Bumi, harus menetapkan preseden yang kuat di mana generasi masa depan dapat berdiri dengan mudah dan untuk menghadapi masalah ini. Dan harus mengecilkan masalah seperti meningkatnya emisi global, naiknya permukaan laut dan banyak lagi menjadi solusi permanen. Simak kabar terbaru tentang Hari Bumi 2019 hanya di kanal Tekno Tempo.co NEWSD | GEEK 



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply