Contact Form

 

Jokowi Bertemu Pimpinan Organisasi Buruh, Dari Said Iqbal Sampai Andi Ghani


JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said Iqbal angkat bicara soal pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Jumat (26/4/2019) tadi pagi.

Iqbal menegaskan, pertemuannya dengan Jokowi tersebut tak berhubungan dengan pilpres.

"Ini adalah pertemuan biasa antara pemimpin serikat buruh dengan presiden, untuk membicarakan masalah perburuhan," kata Iqbal dalam siaran pers yang disampaikan Ketua Departemen dan Komunikasi KSPI Kahar S. Cahyono, Jumat malam.

Baca juga: Said Iqbal Diundang ke Istana, Moeldoko Sebut Jokowi Ingin Rangkul Semua

Iqbal mengakui pertemuan itu bisa menimbulkan banyak spekulasi karena ia dan organisasinya mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.

Terlebih Pilpres belum benar-benar selesai meski hasil hitung sementara KPU dan hitung cepat sejumlah lembaga menunjukkan keunggulan untuk Jokowi-Ma'ruf Amin.

Iqbal mengakui, selama ini kerap mengkritik pemerintahan Jokowi. Namun, ia menegaskan berbagai kritiknya terkait masalah buruh bukan berarti ia membenci sosok capres petahana itu.

Baca juga: Jokowi Bertemu Pimpinan Organisasi Buruh, dari Andi Gani hingga Said Iqbal

Iqbal menegaskan, kritiknya selama ini adalah bentuk tanggungjawab sekaligus tugasnya sebagai pemimpin serikat buruh dalam melakukan kontrol sosial terhadap kekuasaan.

"Saya tidak akan pernah membiarkan kebencian terhadap pribadi merasuk di dalam diri saya. Kritik yang kita sampaikan murni terkait dengan kebijakan," kata Iqbal.

"Tujuan yang utama adalah kesejahteraan kaum buruh," tegasnya.

Baca juga: Said Iqbal: Prabowo Janji Pilih Menteri Tenaga Kerja dari Kelompok Buruh KSPI

Sebagai pemimpin konfederasi serikat pekerja besar di indonesia, Iqbal menilai sudah selayaknya ia berkomunikasi dengan presiden terkait kepentingan kaum buruh.

Dalam pertemuan itu, Iqbal dan sejumlah pimpinan organisasi buruh lain menuntut Presiden merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 direvisi. PP itu dinilai hanya menguntungkan kaum pengusaha dan tak berpihak para buruh.

KSPI memberikan masukan dalam revisi PP itu. Pertama, mengembalikan hak berunding serikat buruh dalam penentuan kenaikan upah minimum.

Baca juga: Merasa Dijadikan Komoditas Politik KSPI, SPN Nyatakan Dukungan ke Jokowi-Maruf

Kedua, mencabut formula penentuan kenaikan upah minimum dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Ia meminta formula itu diganti dengan survei pasar yang kemudian dirundingkan dalam dewan pengupahan.

Selain itu, Iqbal menuntut revisi itu agar memberlakukan upah minimum sektoral secara menyeluruh dan menindak tegas perusahaan yang tidak membayar upah minimum.

"Tentu saja, pertemuan ini bukan akhir. Sebab jika apa yang disampaikan tidak sesuai dengan kenyataan, aksi-aksi akan terus dilakukan," kata dia.

Baca juga: Serikat Pekerja Nasional: Dukungan KSPI untuk Prabowo-Sandi Diputuskan Sepihak

Iqbal mengatakan, aksi yang terdekat akan digelar pada hari buruh atau may day pada 1 Mei mendatang. KSPI akan menggelar aksi bertema 'kesejahteraan buruh dan demokrasi jujur adil'.

"Ratusan ribu buruh akan mengepung Istana. Itu artinya, gerakan buruh masih tetap dan mengkritisi kekuasaan," kata dia.




Giliran Said Iqbal Bertemu Jokowi di Istana Setelah Zulkifli Hasan

POS-KUPANG.COM-  Setelah Zulkifli Hasan, Giliran Said Iqbal bertemu Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor. Dua tokoh itu selama ini dikenal berseberangan dengan Jokowi di Pilpres 2019.

Zulkifli Hasana merupakan Ketua Umum PAN dan Said Iqbal merupakan  Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI).

Zulkifli Hasan sempat berbincang-bincang dengan Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/4/2019) siang, usai pelantikan Murad Ismail dan Barnabas Orno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku.

Sementara Said Iqbal hadir di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/4/2019) bersama para petinggi serikat buruh.

Said Iqbal dan Zulkifli Hasan dikenal sebagai dua pendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2019.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima para presiden serikat pekerja di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/4/2019).

Presiden buruh tersebut di antaranya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, dan Presiden KSBSI Mudofir.

• Zulkifli Hasan Mengaku Siap Jadi Penjamin bagi Ahmad Dhani agar Tidak Ditahan

Kehadiran Said Iqbal dalam pertemuan tersebut, cukup menarik karena dirinya selama tidak pernah mendukung Jokowi dalam kontestasi Pilpres, baik pada 2014 maupun 2019.




TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Presiden Joko Widodo, Jumat (26/4/2019) pagi, bertemu sejumlah pimpinan organisasi buruh di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

Pimpinan buruh yang hadir, yakni Presiden KSPSI Andi Ghani Nena Wea, Presiden KSPI Said Iqbal , Presiden KSBSI Mudofir, Presiden KPBI Ilhamsyah, Presiden Saburmusi Syaiful dan Presiden KSN Muchtar.

Menteri Tenaga Kerja Hanif Dakhiri dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan yang berlangsung tertutup itu.

Andi Ghani mengungkapkan, sejumlah topik dibahas oleh Presiden Jokowi bersama para pimpinan organisasi buruh itu.

"Saya membuka pembicaraan dengan menyampaikan masalah-masalah, juga usulan kepada Presiden Jokowi . Misalnya revisi PP 78, perlindungan buruh migran, dibentuknya desk pidana perburuhan di kepolisian, fasilitas penitipan anak untuk buruh wanita di lokasi kerja," ujar Andi usai pertemuan.

Adapun, Presiden KSBSI Mudofir dan Presiden KPBI Ilhamsyah masing-masing juga menyampaikan keluhan, yakni masalah jaminan sosial tenaga kerja informal dan persoalan ditahannya sejumlah awak mobil tanki.

"Presiden Jokowi sangat merespons baik masukan-masukan dari kami," ujar Andi.

Selain membahas isu perburuhan di Indonesia, Jokowi dan para pimpinan organisasi buruh itu sekaligus membahas perayaan Hari Buruh Internasional yang jatuh pada tanggal 1 Mei 2019 mendatang. Andi meyakini, kondisi keamanan pada hari tersebut kondusif.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jokowi Bertemu Pimpinan Organisasi Buruh, dari Andi Ghani hingga Said Iqbal "




Ahli digital forensik Saji Purwanto diminta memberi kesaksian dalam sidang Ratna Sarumpaet. Dalam sidang, Saji menunjukkan rekam percakapan Ratna dengan sejumlah tokoh lewat aplikasi WhatsApp.Â




- Ahli forensik digital, Saji Purwanto menunjukan percakapan WhatsApps antara Ratna Sarumpaet dengan Fadli Zon dan Said Iqbal. Isi percakapan menunjukkan Ratna mengirim foto wajah mirip lebam kepada Fadli Zon dan Said Iqbal.Tangkapan layar (screenshot) obrolan pesan WA Ratna Sarumpaet kepada Fadli Zon dan Said Iqbal itu ditunjukkan saat Saji diminta pendapatnya sebagai ahli di sidang lanjutan Ratna Sarumpaet, di PN Jaksel, Jl Ampera Raya, Pasar Minggu (25/4/2019). Saji pun menunjukkan satu per satu obrolan Ratna dengan kedua tokoh itu."Isinya apa itu?" tanya hakim ketua."Dia mengirimkan gambar, kemudian selanjutnya dikasih keterangan," ujar Saji.Berikuti isi percakapan WhatsApp Ratna yang ditunjukan Saji Purwanto:

[Gambas:Video 20detik]

Ratna mengirim dua foto wajah mirip lebam ke Fadli Zon.Foto itu diberi caption:Off the record 21 September malam bandara Bandung. 08 harus tau kasus apa yg menghancam saya itu.Ratna: mengancam..Fadli zon: mbak foto siapa?Ratna: AkuRatna Jam berapa kerumahku bos?Fadli: Sy otw dr DPRRatna mengirim satu foto wajah mirip lebam ke Said IqbalRatna: Segera ya Iqbal paling lambat tanggal 4.Ratna: Sebelum kakak berangkat ke Chile.Said iqbal: Oke Kak.Said iqbal: Pak Prabowo masih keliling Jawa Tengah.

[Gambas:Video 20detik]


POJOKSATU.id, JAKARTA – Pertemuan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPI) Said Iqbal dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Bogor, memantik isu baru.

Kabar yang beredar, Said Iqbal yang sejak awal mendeklarasikan diri ikut mengusung Prabowo-Sandi itu bisa jadi menyusul sikap Partai Amanat Nasional (PAN) yang mempertimbangkan bakal ‘membelot’.

Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang ikut mendampingi dalam pertemuan tersebut, menyebut ada suasana baru dalam pertemuan tersebut.

Akan tetapi Moeldoko tidak mau menyimpulkan jika Said Iqbal merapat ke Jokowi usai gelaran Pilpres 2019.

“Saya tidak mengatakan itu (Said merapat, red). Yang jelas ada suasana baru. Akrab, akrab sekali, sangat akrab, presiden lebih banyak mendengarkan,” beber Moeldoko di

Saat pertemuan yang berlangsung sebelum salat Jumat itu, Jokowi didampingi oleh Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri dan Kepala KSP Moeldoko.

Said Iqbal waktu itu hadir bersama Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia/KSPSI Andi Gani Nuwa Wea.

Selain itu, Presiden KSBSI Mudhofir, Ketua Umum KPBI Ilhamsyah, Ketum Sarikat Buruh Muslimin Indonesia Syaiful, Presiden Konfederasi Serikat Nusantara/KSN Muchtar Guntur dan Wiliam Yani, ketua komisi A DPRD DKI.

“Pak Said Iqbal lebih banyak bicara dengan yang lain-lain. Ada tujuh orang semuanya bicara dan presiden sangat mendengarkan. Enggak ada suasana yang tegang-tegang,” jelas Moeldoko.

Salah satu poin penting dari pertemuan itu adalah soal PP 78/2015 tentang Pengupahan. Di mana presiden setuju untuk ditinjau ulang alias direvisi.

“Tadi presiden sangat memperhatikan itu. Intinya bagaimana buruh tak ada yang dirugikan, tapi di sisi lain ada juga kepastian bagi pengusaha agar tak dirugikan,” terang mantan panglima TNI ini.

Dalam forum itu, presiden memerintahkan kepada Menaker Hanif untuk untuk segera memikirkan usulan dari para presiden organisasi buruh tersebut. Namun formulanya masih dicari.

Diberitakan PojokSatu.id sebelumnya, Ketua Umum PAN, Zukifli Hasan pun sudah menemui Jokowi di tempat yang sama pada Rabu (24/4/2019) kemarin.

Jokowi dan Zulkifli Hasan sebelumnya tampak berbincang usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku, Murad Ismail dan Barnabas Orno, Rabu (24/4/2019).

Pertemuan keduanya lantas disusul Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Bara Hasibuan mengakui partainya bakal menentukan sikap dan arah dukungan pasca Pemilu 2019.

Pihkanya juga mengakui bahwa pertemuan tersebut untuk membicarakan perihal.

“Pak Zul kemarin bertemu dengan Presiden Jokowi untuk membicarakan ke depan bagaimana setelah 17 April,” ujar Bara di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (25/4).

Pembicaraan dimaksud, diperlukan lantaram gelaran pilpres 2019 telah usai yang berarti harus dibicarakan kondisi ke depannya.

“Kita kan akan melihat posisi kita lagi ya. Kan pemilihan presiden sudah selesai, ya jadi kita lihat nanti ke depannya bagaimana,” tuturnya.

Kendati demikian, Bara masih enggan terang-terangan PAN bakal ‘membelot’ seperti yang terang-terangan dilakukan Wakil Ketua Umum PAN Bima Arya.

Ia pun beralasan bahwa pertemuan tersebut menunjukkan sikap kenegarawanan ketua umumnya.

“Yang penting mereka bertemu dulu dan itu menunjukan sikap kenegarawanan. Kedepannya bagaimana, apakah akan ada repositioning, nanti kita lihat,” terangnya.

Di sisi lain, dengan adanya pertemuan antara Jokowi dan Zulhas itu, disebutnya bisa membangun suasana positif pasca pemilu.

Sebab menurutnya, susana kondusif pasca pemilu itu bukan hanya harus dilakukan kedua pasang capres-cawpres.

“Tapi juga para pendukungnya untuk menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan segala-segalanya,” jelasnya.




SURYA.co.id | JAKARTA -  Satu per satu kubu Prabowo-Sandi bertemu dengan Presiden Jokowi sebelum real count KPU Pilpres 2019 selesai.

Setelah Zulkifli Hasan selaku Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), giliran Said Iqbal selaku menemui Jokowi di Istana Bogor, Jumat (26/4/2019).

Namun, baik Zulkifli Hasan yang juga Ketua Umum PAN maupun Saiq Iqbal selaku Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia membantah pertemuan dengan Jokowi berhubungan dengan Pilpres 2019 .

Said Iqbal pun angkat bicara pertemuannya dengan Jokowi  di Istana Bogor.

Ia menegaskan, pertemuannya dengan Jokowi tak berhubungan dengan Pilpres 2019 . Namun, pertemuan tersebut membicarakan perburuhan.

"Ini adalah pertemuan biasa antara pemimpin serikat buruh dengan presiden, untuk membicarakan masalah perburuhan," kata Iqbal dalam siaran pers yang disampaikan Ketua Departemen dan Komunikasi KSPI Kahar S. Cahyono, Jumat malam.

• Doa Menohok untuk 4 Anak Amien Rais agar Tak Lolos Pemilu 2019 Dijawab Hanum Rias dengan Minta Maaf

• Warga Pamekasan Tuntut KPU Jadikan Prabowo-Sandi Presiden dan Wapres, Begini Reaksi KPU Pamekasan

• Viral Video Pasien Berhubungan Intim dengan Wanita di IGD Rumah Sakit Gianyar, Tersebar di WA

Iqbal mengakui pertemuan itu bisa menimbulkan banyak spekulasi karena ia dan organisasinya mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019 .

Terlebih Pilpres belum benar-benar selesai meski hasil real count KPU dan hitung cepat sejumlah lembaga menunjukkan keunggulan untuk Jokowi -Ma'ruf Amin.

Iqbal mengakui, selama ini kerap mengkritik pemerintahan Jokowi .

Namun, ia menegaskan berbagai kritiknya terkait masalah buruh bukan berarti ia membenci sosok capres petahana itu.




JAKARTA - Terdakwa kasus penyebaran berita bohong atau hoaks Ratna Sarumpaet memberikan tanggapan atas keterangan saksi ahli di sidang lanjutan kasus yang membelitnya.

Agenda sidang lanjutan penyebaran berita bohong hari ini mendengarkan keterangan saksi ahli yang diajukan Jaksa Penuntut Umum (JPU).

Mereka yang sudah memberikan keterangannya yakni, ahli filsafat bahasa, Wahyu Wibowo dan ahli digital forensik Saji Purwanto.

Ratna berujar, keterangan ahli bahasa yang diajukan jaksa cenderung ngawur. Ibunda artis Atiqah Hasiholan itu malah meragukan kapasitas ahli tersebut.

"Kalau yang (ahli) bahasa agak ngawur. Saya malah ragu dia ahli bahasa apa bukan," katanya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2019).

Menurut Ratna, Wahyu selaku ahli bahasa selalu memberikan keterangan yang berputar-putar dan jauh dari konteks. "Dia bahkan mengabaikan kamus besar," imbuhnya.

Sementara itu, Ratna melihat kehadiran ahli digital forensik Saji Purwanto di muka sidang tidak diperlukan. "Saya juga nggak tau kenapa dia ada di sini. Dari tadi sih nggak ada pertanyaan yang diajukan ke dia. Menurut saya nggak perlu banget," tandasnya.

Sidang lanjutan perkara hoaks penganiayaan dengan terdakwa Ratna Sarumpaet kembali digelar hari ini. Dua orang saksi ahli yang diajukan JPU telah memberikan keterangannya di muka sidang.

Ahli bahasa, Wahyu Wibowo menjelaskan makna "keonaran" yang ditanyakan JPU. Dia mengatakan keonaran memiliki arti keributan. Keonaran itu bisa terjadi secara fisik ataupun non-fisik.

Menurut Wahyu, keonaran juga bisa terjadi di media sosial sebagai manifestasi dari keributan non-fisik dalam perspektif filsafat bahasa. Pasalnya media sosial mewakili pernyataan lisan.

Sementara, ahli digital forensik Saji Purwanto membuka isi percakapan antara Ratna Sarumpaet dengan sejumlah tokoh, seperti Fadli Zon dan Said Iqbal, terkait kasus penyebaran berita bohong atau hoaks penganiayaan.

Saji menampilkan catatan digital percakapan via WhatsApp antara Ratna dengan Fadli-Iqbal di sebuah layar yang ada di ruang sidang.

Ratna sebelumnya mengatakan saksi ahli yang diajukan jaksa akan memberatkan dirinya. "Ini saksi dari ahli kan dari jaksa, ya gak tau, kalau dari jaksa itu memberatkan dong," imbuh ibunda aktris Atiqah Hasiholan tersebut.

Diketahui, kasus hoaks Ratna Sarumpaet sendiri bermula dari foto lebam wajahnya yang beredar luas di media sosial. Sejumlah tokoh mengatakan Ratna dipukuli orang tidak dikenal di Kota Bandung, Jawa Barat.

Tiba-tiba Ratna mengklarifikasi kalau berita penganiayaan terhadap dirinya itu bohong. Ratna mengaku mukanya lebam setelah menjalani operasi plastik. Akibatnya, hampir seluruh masyarakat tertipu olehnya.

Dalam perkara ini Ratna Sarumpaet didakwa melanggar Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana atau dakwaan kedua Pasal 28 Ayat (2) juncto 45A Ayat (2) UU 19/2016 tentang Perubahan atas UU 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Ratna didakwa telah membuat keonaran melalui berita bohong yang dibuatnya. (wal)




Jokowi Terima Presiden Serikat Buruh di Bogor, Sepakat May Day Damai

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima pimpinan serikat buruh, termasuk Ketua KSPI Said Iqbal yang dikenal berafisiliasi dengan Prabowo. Presiden dan pimpinan serikat buruh sepakat peringatan hari buruh atau May Day diisi dengan kegiatan-kegiatan positif.




PENGADILAN Negeri Jakarta Selatan menggelar sidang lanjutan dengan terdakwa hoax penganiayaan, Ratna Sarumpaet, pada Kamis, 25 April 2019. 

Dalam persidangan itu, hakim meminta ahli digital forensik Saji Purwanto yang bertindak sebagai saksi ahli untuk menunjukan percakapan WhatsApps antara Ratna Sarumpaet dengan Fadli Zon dan Said Iqbal. 

Saji mengatakan, Ratna mengirim foto wajah mirip lebam kepada kedua orang itu. 

Dalam tangkapan layar yang ditunjukkan Saji ada tulisan "report 62811879****@s.Whatsapps.net Fadli Zon.pdf."

Berikut isi percakapan Whatsapps Ratna yang ditunjukan Saji Purwanto. 

Ratna mengirim dua foto wajah mirip lebam ke Fadli Zon. 

Off the record 21 September malam bandara Bandung. 08 harus tau kasus apa yg menghancam saya itu.

Ratna mengirim satu foto wajah mirip lebam ke Said Iqbal 

Ratna: Segera ya Iqbal paling lambat tanggal 4.

Said iqbal: Pak Prabowo masih keliling Jawa Tengah.

Hakim lantas bertanya,"Kalau Nanik Sudaryati ada?"

Saji pun menjelaskan isi percakapan Ratna Sarumpaet dengan Nanik Sudaryati Deyang namun tak ditampilkan di layar. Saji mengatakan Nanik meminta untuk bertemu dengan Ratna.

"Di antara percakapan tersebut Nanik kirim pesan 'Mba sebaiknya bertemu di luar saja', lalu Ratna share loc. Setelah dilakukan penelusuran, lokasinya di Jalan Kampung Melayu Kecil, Tebet Jakarta Selatan," kata Saji. 

Saat sidang diskors, Ratna Sarumpaet sempat menjawab pertanyaan wartawan tentang keterangan ahli digital forensik yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum itu. 

Ratna mengatakan tak tahu alasan mengapa ahli itu dihadirkan.

"Saya juga nggak tahu kenapa dia ada di sini. Dari tadi sih nggak ada pertanyaan yang diajukan ke dia. Menurut saya nggak perlu banget," ujar Ratna.

Seperti diketahui, Ratna Sarumpaet didakwa membuat keonaran lewat hoax penganiayaan. Ratna didakwa menyebarkan hoax kepada sejumlah orang lewat pesan WhatsApp, termasuk mengirimkan gambar wajahnya yang lebam dan bengkak. 

Ratna menyebut wajahnya menjadi begitu karena dianiaya oleh sekelompok orang. Padahal, bengkak itu lantaran baru saja  menjalani operasi plastik di RS Bina Estetika, Menteng.[]



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply