Contact Form

 

Menkes Datangi KPK Bahas Kajian soal Alat Kesehatan


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Januarisman Runtuwene atau Aris Idol ditangkap aparat Polres Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (15/1/2019).

Penyanyi yang pernah jadi jawara Indonesian idol tersebut kedapatan mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu di Apartemen Aston Rasuna, Jakarta Selatan.

Rosillia Octo Fany, sang istri, yang mendatangi Polres Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara menangis karena tidak percaga sang suami pengguna narkotika.

"Aku tahu suamiku enggak pernah kayak gini, aku tahu dia. Aku tahu banget, dia izin pergi pun aku tahu dia sama siapa," kata Rosillia sembari menitihkan air mata, Rabu (16/1/2019).

Tangisanya pun semakin menjadi hingga ia menutup wajahnya dengan tangan, Rosillia menilai bahwa Aris hanya dijebak oleh rekannya bernama Agnes.

Baca: Pernah Terlibat Kasus KDRT, Istri Bilang Aris Idol Berubah karena Terlena Gemerlap Dunia Hiburan

"Ini itu pure dijebak sama yang namanya Agnes. Kok Agnes jahat banget ya? Aku sama Aris punya salah apa sama dia, apa?" Katanya.

"Dapat kabar dari Aris. Semua itu sudah direncanakan sama Agnes, dia temannya Aris," tambah Rosillia yang terus menangis.

Polisi menyita barang bukti berupa satu bungkus plastik bening berisi kristal diduga narkotika jenis sabu dengan berat brutto 0,23 gram, satu unit bong, dan lima telepon genggam.

Pasal yang disangkakan yakni pasal 114 ayat (1) subsidair pasal 112 ayat (1), Pasal 132 ayat (1), Undang Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Dengan ancaman penjara pasal 114 ayat (1) 5 tahun hingga 20 tahun dengan denda pidana 1 milyar dan paling banyak 10 milyar, pasal 112 ayat (1) 4 tahun dan paling lama 12 tahun dengan denda pidana Rp 800 juta hingga Rp 8 miliar. (*)




TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penangkapan Aris, jebolan Indonesian Idol, pada Selasa (15/1/2019) malam, berawal dari penemuan 300 butir ekstasi oleh aparat kepolisian.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, 300 butir ekstasi itu didapatkan dari seorang tersangka berinisial YW di Tangerang, Selasa (8/1/2019).

"YW dan kawan-kawan kedapatan membawa 300 butir ekstasi dan sabu-sabu seberat 2 gram bruto," kata Argo dalam keterangan tertulis, Rabu (16/1/2019).

Dari penangkapan tersebut, polisi mendapatkan informasi bahwa terdapat penyalahgunaan narkotika di salah satu apartemen di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Setelah melakukan penyelidikan selama satu minggu, polisi mendapati Aris dan empat tersangka lainnya sedang berpesta narkoba pada Selasa malam lalu di apartemen tersebut.

Baca: Aris Indonesian Idol Tertangkap Saat Konsumsi Sabu Berjamaah

"Sabu-sabu tersebut dikonsumsi secara bersama-sama dengan cara bergantian sambil minum minuman 'Red Label'," ujar Argo.

Hasil tes urine menunjukkan kelima tersangka positif narkoba. Polisi juga mendapati barang bukti berupa 0,23 gram kristal diduga sabu-sabu dan 1 buah bong.

Sebelumnya, Aris ditangkap bersama empat orang tersangka lainnya, YSP, AS, AY, dan AM. Kelima tersangka dijerat Pasal 114 Ayat (1) subsider Pasal 112 Ayat (1), Pasal 132 Ayat (1), UURI No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penangkapan Aris Idol Berawal dari Temuan 300 Butir Ekstasi"


Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek mendatangi KPK. Dia mengatakan akan bertemu Deputi Pencegahan KPK. Nila tiba di Gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2019) sekitar pukul 09.50 WIB. Dia terlihat mengenakan batik merah. Menkes akan bertemu deputi pencegahan KPK. Foto: Haris-detikcom "Mau bertemu Deputi Pencegahan, membahas tata kelola," kata Nila.

Namun, Nila tak menjelaskan lebih detail apa saja yang bakal dibahas. Kabiro Humas KPK Febri Diansyah menyatakan Menkes bakal membahas kajian KPK soal tata kelola alat kesehatan. Foto: Haris-detikcom Sementara itu, Kabiro Humas KPK Febri Diansyah menyatakan Nila bakal membahas kajian KPK soal tata kelola alat kesehatan. "Mendengar hasil kajian KPK tentang alat kesehatan," ucap Febri.




Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pekan lalu masyarakat dihebohkan dengan perbandingan harga tiket pesawat rute domestik lebih mahal dari rute internasional.

Sebagai contoh, Jakarta-Denpasar lebih mahal dibanding rute dengan jarak tempuh serupa, yaitu Jakarta-Singapura. Kemudian Aceh-Jakarta harganya dua kali lipat dibanding Aceh-Kuala Lumpur-Jakarta.

Pakar penerbangan Alvin Lie menyebutkan sejumlah faktor yang memengaruhi fenomena tersebut. Di antaranya adalah pengenaan pajak, pemberian insentif oleh negara lain serta perbedaan harga bahan bakar avtur.

Baca: BREAKING NEWS Aris 'Idol' Ditangkap Polisi Diduga Pakai Narkotika

Anggota Ombudsman RI itu mengatakan, tarif tiket pesawat rute domestik dan internasional itu tidak sebanding atau tidak apple to apple. Meski tarif ke luar negeri murah, masyarakat perlu mempertimbangkan waktu transit yang lama.

"Ini harus apple to apple. Beda nya kalau lewat KL itu harus nunggu 10 jam karena transit. Selain itu pajak. Unsur domestik itu ada pajaknya, sedangkan kalau internasional tidak dikenakan pajak, ini yang harus kita perhatikan," kata Alvin dalam diskusi bersama INACA di Jakarta, Selasa (15/1/2019).

Selanjutnya, Alvin mengungkapkan harga tiket pesawat ke luar negeri bisa lebih murah karena beberapa negara memberlakukan kebijakan insetif bagi maskapai yang mendarat di negaranya. Hal itu dikarenakan, maskapai dianggap membawa turis asing ke negara tersebut.

"Insentif ini masing-masing negara punya aturan sendiri-sendiri. Di Singapura itu memberikan USD 100 ribu per rute per airline, 50 persen in cash, 50 persen in kind. Jadi makin banyak airline kita yang terbang ke Singapura rute baru, makin banyak juga insentifnya," jelasnya.

"Ada juga misalnya maskapai Indonesia terbang ke Singapura, terbang lagi ke Bangkok. Itu boleh mengambil penumpang dari Singapura. Itu juga insentif. Ini merupakan keputusan politik dari negara tersebut untuk mendatangkan wisatawan, investor dan sebagainya," tambahnya.

Faktor lainnya adalah harga avtur di luar negeri lebih murah dibanding di Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Garuda Indonesia sekaligus Ketua INACA, Ari Askhara mengakui ada perbedaan harga bahan bakar yang diisi di dalam dan luar negeri.

Harga avtur Pertamina, ia mencontohkan, lebih rendah di luar negeri karena menyesuaikan dengan harga pesaing yang jumlahnya lebih banyak.

"Fuel pertamina saya sebagai INACA ya, range memang jauh lebih kompetitif untuk internasional. Kalau domestik ke sama-sama maskapai nasional, lebih tinggi makin ke timur makin tinggi (harganya). Kalau internasional, apa yang dibeli di Madinah misalnya bisa lebih murah 16-21 persen dari di Jakarta, jadi tidak bisa tidak apple to apple," terangnya.

Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply