Contact Form

 

10 Janji Politik Capres Cawapres Prabowo-Sandi pada Pidato Kebangsaan


Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah  menilai pidato kebangsaan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto  'gagal' menghadirkan ketakutan bagi lawan politiknya. Prabowo berpidato selama sekitar 90 menit di JCC, Senayan, Senin (14/1) dengan gaya yang berapi-api. "Saya menganggap itu gagal membuat Prabowo tampil menakutkan dan membahayakan. Sebab, saya menilai ada upaya untuk melumuri Pak Prabowo dengan citra yang menakutkan," kata Fahri di kompleks parlemen, Jakarta, Selasa (15/1). Selama ini, kata dia, Prabowo kerap dilekatkan dengan sosok yang emosional, tempramental, dan mengancam keberlangsungan transisi demokrasi. Namun, dengan pidato tadi malam, Prabowo telah menunjukkan diri sebagai sosok yang toleran, siap menerima kritik dan mengakomodasi kepentingan semua pihak serta golongan.

Bahkan, kata Fahri, secara terbuka Prabowo menyatakan Presiden Joko Widodo memiliki jasa dan kerja yang selama ini telah dilakukan akan diteruskan. "Jadi saya kira, saya bilang gagal itu karena gagal seperti yang diinginkan orang bahwa dia akan tampil menakutkan, tapi justru dia tampil sebaliknya, rekonsiliatif," ujar Wakil Ketua DPR ini. Lebih lanjut Fahri menilai dari pidato tersebut, Prabowo ingin menyampaikan kepada elite politik Indonesia agar tidak perlu ada yang ditakutkan dari mantan Komandan Jenderal Kopassus itu. Diketahui, Prabowo Subianto menyampaikan Pidato Kebangsaan di Jakarta Convention Center, Senin (14/1) malam. Mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad itu mengkritik sejumlah masalah seperti kemiskinan dan kinerja aparat penegak hukum, dan aparat keamanan.

Prabowo juga menyelipkan visi misi yang dia kemas dalam lima fokus nasional. Fokus pertama adalah mewujudkan ekonomi yang mengutamakan rakyat, ekonomi yang adil, ekonomi yang memakmurkan semua orang Indonesia, dan ekonomi yang melestarikan lingkungan Indonesia. Kedua, Prabowo menyatakan ingin meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan sosial. Selanjutnya, memastikan keadilan hukum dan menjalankan demokrasi yang berkualitas. Keempat, Prabowo ingin menjadikan Indonesia rumah yang aman bagi semua rakyatnya. Fokus terakhir, kata Prabowo adalah penguatan karakter dan kepribadian bangsa. (swo/osc)




KOMPAS.com - Pasangan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menyampaikan Pidato Kebangsaan di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Jakarta, pada Senin (15/1/2019) malam.

Dalam pidatonya tersebut, Prabowo menyatakan beberapa kegelisahannya terkait kondisi negara saat ini.

Prabowo juga menyampaikan janji-janji politik jika ia terpilih menjadi presiden nantinya.

Berikut ini, janji yang diucapkan Prabowo melalui Pidato Kebangsaan yang ia bawakan pada Senin malam.

Dana desa sebesar Rp 1 miliar per tahun akan diserahkan langsung ke desa. Hal itu untuk mengurangi banyaknya potongan dana selama masa distribusinya.

Saat ini, dana desa dengan besaran yang sama dikeluarkan oleh pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Keuangan melalui dana APBN. Dana tersebut kemudian disampaikan melalui mekanisme tertentu.

Pertama akan diserahkan ke pemerintah kabupaten/kota (APBD), kemudian baru dialirkan ke pemerintah desa melalui APBDes.

Baca juga: Jokowi-JK Gelontorkan Rp 187,7 Triliun Dana Desa sejak 2014, Ini Realisasinya

2. Perbaiki gaji hakim, polisi, guru, dan tenaga kesehatan

Selanjutnya, Prabowo menyampaikan akan memperbaiki gaji tenaga-tenaga profesional di Indonesia yang memegang peran strategis terhadap kemajuan bangsa.

Mereka adalah tenaga-tenaga pendidikan, kesehatan, hukum, dan keamanan. Di dalamnya ada guru, dokter, perawat, bidan, hakim, dan polisi.

Bahkan, Prabowo menyebut tidak masalah jika memang harus memberikan gaji berkali-kali lipat dari gaji yang mereka terima saat ini. Ini demi kinerja yang maksimal untuk kebaikan negara.

Janji lainnya adalah Prabowo akan bentuk badan perbankan untuk para petani dan nelayan.

Menurut keluhan yang masuk pada pihaknya selama ini, petani banyak yang merasa sedih karena hasil panen mereka kalah bersaing di pasaran karena maraknya produk-produk impor.

Prabowo mencontohkan nasib petani garam dan tebu yang ada di Jawa Timur, yang hasil panennya sulit dijual di pasaran.

Baca juga: Prabowo Janji Bangun Bank Tani dan Nelayan

Kemudian, Prabowo menyatakan akan membentuk bank tabungan haji untuk meringankan beban umat Islam yang ingin pergi melakukan ibadah haji atau umrah.

Di sana, nanti masyarakat bisa menabung dengan jangka waktu tertentu hingga akhirnya dana terkumpul.

Abror Rizky/Fotografer SBY Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bersama Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (15/1/2019).

5. Dirikan asrama haji milik Indonesia di Arab Saudi

Masih terkait dengan biaya haji yang terkenal tinggi dan mahal bagi sebagian kalangan, Prabowo menyatakan akan melakukan negosiasi dengan Pemerintah Arab Saudi untuk diizinkan mendirikan asrama-asrama milik Indonesia.

Jika hal ini benar terlaksana, menurut Prabowo biaya haji atau umrah akan banyak dapat dipangkas.

Baca juga: Prabowo Janji Lobi Saudi supaya Indonesia Punya Gedung Khusus Jemaah Haji dan Umroh

Untuk kemelut transportasi online yang ada saat ini, Prabowo menyatakan akan membuat kepastian hukum bagi para pengemudi ojek online .

Selama ini, pengemudi ojek online kerap terlibat persaingan dan polemik berbuntut kekerasan, saat berhadapan dengan ojek konvensional.

Pada kesempatan  tadi malam, Prabowo beberapa kali menyebut ketidakmampuan negara memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat, dengan adanya tunggakan-tunggakan utang BPJS kepada rumah sakit-rumah sakit.

Hal itu kerap kali membuat rumah sakit mencabut layanannya kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan medis.

Latar belakang itulah yang membuat Prabowo berjanji akan memperbaiki tata kelola Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) yang saat ini banyak bermasalah.

Di sisi ekonomi, Prabowo juga berjanji akan menghentikan pembengkakan utang luar negeri Indonesia yang saat ini terus meningkat.

Ia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi Indonesia yang mengambil utang LN untuk menutup utang lainnya, dan menggaji tenaga-tenaga profesional seperti guru.

Ia membandingkan dengan kondisi negara lain yang melakukan utang luar negeri untuk menjalankan pembangunan.

Baca juga: Prabowo Sebut Utang RI Tak Produktif, Digunakan untuk Bayar Gaji PNS

Dalam pidatonya, Prabowo menyebut akan memberdayakan usaha kecil  yang ada di Indonesia. Ia pun akan memberikan insentif tertentu untuk mereka agar bisa berkembang.

Ia memiliki cita-cita kesejahteraan Indonesia bisa dirasakan oleh semua aspek bangsa, bukan hanya segelintir pihak.

Menyangkut tentang lingkungan, Prabowo mengatakan akan melakukan alih fungsi lahan hutan yang saat ini dalam kondisi rusak, menjadi lahan produktif. Baik untuk ditanami bahan pangan atau dijadikan lokasi produksi energi.

Hal ini juga disebut Prabowo akan membantu mewujudkan kondisi Indonesia swasembada pangan dan energi yang disebutnya menjadi beberapa syarat untuk menjadikan Indonesia negara yang kuat dan mandiri.




Ustaz Ansufri Idrus Sambo mengaku pernah mengajari Prabowo Subianto mengaji saat berada di Yordania pada 1999. Meski selama delapan bulan mantan Panglima Kostrad itu cuma belajar Iqra hingga jilid dua. "Walaupun belum sampai Quran, tapi sudah bisa kalimat sambung," ujarnya. "Terakhir saya cek kemarin, qulhu -nya (Surat Al-Ikhlas) masih bagus, Al-Fatihah-nya bolehlah, ha-ha-ha...," imbuhnya. Selengkapnya, simak wawancara khusus dengan sarjana matematika lulusan IPB yang kini mengelola pesantren Hilal di Bogor, berikut ini .




KOMPAS.com - Pidato kebangsaan yang disampaikan oleh Prabowo Subianto di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta dibuka dengan pembacaan sajak di saku prajurit yang gugur di Banten.

Disebutkan, sajak tersebut dikutip calon presiden nomor urut 02 dari sajak yang ditemukan di kantong baju perwira muda yang gugur dalam sebuah pertempuran di Banten pada tahun 1946.

"Kita tidak sendirian, beribu-ribu orang bergantung kepada kita. Rakyat yang tak pernah kita kenal, rakyat yang mungkin tak akan pernah kita kenal. Tetapi apa yang kita lakukan sekarang, akan menentukan apa yang terjadi kepada mereka"

Dilihat dari sisi sejarah, sajak tersebut merupakan penggalan sajak yang ditemukan di saku Letnan Satu Soebianto Djojohadikoesoemo, yang gugur dalam pertempuran Lengkong.

Dalam pemberitaan Harian Kompas , 30 Januari 1997, diketahui bahwa Letnan Satu Soebianto merupakan paman dari Prabowo Soebianto.

Baca juga: Pidato Kebangsaan, Prabowo Kutip Pernyataan Menhan Ryamizard soal Krisis Keamanan

Letnan Satu Soebianto Djojohadikoesoemo saat itu tidak sendirian. Ia gugur bersama dua perwira Polisi Tentara Resimen IV Tangerang dan 33 taruna lainnya dari Akademi Militer (AM) Tangerang. Salah satunya juga adik Soebianto, Soejono.

Tepatnya pada 25 Januari 1946, selepas shalat Jumat, dipimpin oleh Mayor Daan Mogot, para taruna muda sangat antusias menjalankan tugas pelucutan senjata kepada tentara Jepang, dengan menemui Kapten Abe, pemimpin tentara Jepang di Lengkong, Serpong.

Berdasarkan pemberitaan Harian Kompas , sebenarnya misi pelucutan senjata tersebut akan dilaksanakan secara damai.

Sekitar pukul 16.00 WIB, pasukan tiba di markas Jepang yang berada di tengah kebun karet di Desa Lenkong Wetan, Kecamatan Serpong, Tangerang.

Disebutkan, Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan Taruna Alex Sajoeti bersama beberapa tentara memasuki kantor Kapten Abe.

Kala itu, di dalam markas, Daan Mogot menyampaikan maksud kedatangannya. Sementara taruna lainnya di bawah pimpinan Soebianto dan Soetopo yang berada di luar ruang perundingan mulai melucuti senjata Jepang.

Truk-truk pengangkut senjata memasuki kompleks, tak disangka, tiba-tiba suara letusan terdengar.

Baca juga: Peristiwa Lengkong, Semangat Pemuda yang Tak Pernah Mati

Pemberitaan Harian Kompas 25 Januari 1992 menyebutkan, menurut satu sumber, salah seorang serdadu India sebelumnya mengambil sebuah senjata dari tumpukan di lapangan. Dikatakan, dia belum pernah melihat jenis senjata yang dipakai tentara Jepang, sehingga terheran-heran mengamatinya sambil mengutak-utik senjata tersebut.

Namun, entah karena apa, senjata tersebut meletus. Situasi menjadi panik. Pihak Jepang menduga mereka terjebak, kemudian dengan sigap mulai menembaki para taruna AM Tangerang.

Sebagian tentara Jepang yang telah menyerahkan senjatapun kembali merebut senjatanya.

Para taruna tak menyangka akan mengalami kejadian ini. Mereka berhamburan masuk ke dalam kebun karet. Mencoba melawan dan melepaskan tembakan dengan senjata yang dibawanya.

Namun, diceritakan, mereka mengalami kesulitan menggunakan senjata karabennya, karena selama pendidikan baru berjalan dua bulan, dan belum sempat menembakkannya sendiri.

Senjata karaben mereka tidak dilengkapi klip peluru, sehingga terpaksa peluru dimasukkan satu per satu dengan tangan ke dalam kamar senjata.

Mendengar hal tersebut, Daan Mogot segera berlari keluar dan berupaya untuk menghentikan pertempuran, tapi upayanya gagal.

Terjadi pertempuran yang tidak seimbang, di mana pihak Jepang lebih unggul dari sisi persenjataan ketimbang Indonesia.

Tak pelak, pertempuran tidak seimbang ini menyebabkan korban berjatuhan. Pertempuran berakhir ketika hari mulai gelap. Mereka gugur dalam usia muda, yaitu 16-24 tahun, sementara yang masih hidup ditawan Jepang, dan beberapa lainnya berhasil melarikan diri.

Harian Kompas mengabarkan, setelah kejadian ini pihak Indonesia dan Jepang melakukan komunikasi yang menghasilkan beberapa kesepakatan.

Salah satu kesepakatan tersebut adalah jenazah yang telah dimakamkan bersama di Lengkong dipindahkan dan dimakamkan dengan upacara resmi di Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang.

Sementara, tawanan dibebaskan, serta semua persenjataan dan amunisi dikembalikan kepada pihak Indonesia.

Baca juga: Sekelumit Kisah di Balik Rumah Lengkong dan Gugurnya Daan Mogot

Akademi Militer Tangerang merupakan akademi militer Indonesia pertama yang bermula dari seruan Pemerintah RI pada 5 Oktober 1945.

Ketua Harian Yayasan 25 Januari 1946 Rani D Sutrisno menceritakan, taruna Akademi Militer Tangerang tersebut memang baru saja masuk akmil. Para taruna ini baru mulai pendidikan pada 18 November 1945.

Akademi Militer Tangerang atau yang lebih dikenal dengan Militaire Academie Tangerang didirikan oleh mantan Shondancho, yang mulai memikirkan sistem pendidikan militer pasca kemerdekaan.

Saat itu, Jakarta dikuasai tentara sekutu dan NICA, maka dipilihlah daerah Tangerang. Akademi ini dipimpin oleh Daan Mogot sebagai direktur, berdiri di bawah komando Resimen IV TKR di Tangerang.

Mulailah pembukaan pendaftaran bagi usia 18-25 tahun yang mempunyai kemauan sungguh-sungguh untuk mempertahankan Indonesia tetap merdeka.

Meskipun syarat minimal berusia 18 tahun, namun pada kenyataannya banyak yang usianya di bawah 18 tahun turut mendaftar. Salah satunya adalah Sujono, yang juga paman Prabowo.

"Betapa saat itu pemuda memiliki semangat membara untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Meraka yang masih berusia 16 tahun atau 17 tahun ikut mendaftar. Sujono, salah seorang taruna yang tewas di Lengkong, usianya masih 16 tahun," kata Rani, putri Letnan Sutrisno, salah satu perwira saat itu, dilansir dari Harian Kompas  edisi 15 Agustus 2016.

Sementara sang kakak, Soebianto, juga gugur dalam peristiwa itu. Pada saku baju yang dia pakai terdapat syair yang kemarin dipakai Prabowo dalam pidato kebangsaannya. Dalam Harian Kompas , Julius Pour menulis bahwa syair itu merupakan penggalan puisi karya Henrietter Roland Holst yang tertulis dalam Bahasa Belanda. Margono Djojohadikusumo, yang juga kakek Prabowo, meminta Rosihan Anwar untuk menggubahnya dalam Bahasa Indonesia. Bunyi syair itu menjadi:

"Kami bukan pembina candi/ kami hanya pengangkut batu/ kamilah angkatan yang pasti musnah/agar menjelma angkatan baru..."

Untuk mengenang dua adiknya, Soemitro Djojohadikusumo kemudian memberikan dua nama itu kepada anaknya: Prabowo Soebianto dan Hashim Soejono.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply