Contact Form

 

Turki tuduh AS 'tikam dari belakang' di tengah anjloknya mata uang


Masalah pastur hanyalah satu dari sejumlah isu terkait sengketa Turki dan AS.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan Amerika mencoba "menikam dari belakang" di tengah anjloknya mata uang negara itu. Amerika Serikat menerapkan sanksi terhadap Turki minggu lalu atas penolakan negara itu mengekstradisi penceramah Amerika yang dipenjara di sana. Sanksi itu menyebabkan pasar anjlok dan bank sentral telah berusaha mengambil sejumlah langkah menenangkan pasar namun tak berhasil. Erdogan mengatakan dalam jumpa pers di ibu kota Ankara, "Anda bertindak di satu sisi sebagai mitra strategis namun di pihak lain, Anda melepaskan tembakan ke kaki mitra strategismu." "Kita bersama di NATO dan Anda mencoba menikam mitra strategismu dari belakang."

Langkah meredakan gejolak ekonomi Turki gagal dan sengketa negara itu dengan Amerika Serikat semakin dalam. Mata uang lira dan pasar modal Turki anjlok di tengah semakin parahnya krisis akhir minggu lalu. Erdogan mengatakan jatuhnya lira adalah hasil dari adanya satu upaya dan bukan akibat kondisi ekonomi. Kementerian Dalam Negeri Turki mengatakan akan mengambil langkah hukum terhadap 346 akun sosial media yang mengunggah komentar tentang melemahnya lira dengan cara "provokatif." Mengapa Turki dan AS terlibat sengketa?

Pastur Andrew Brunson dipindahkan ke tahanan rumah karena kesehatannya.

Sengketa bermula dari penolakan membebaskan pastur Amerika Andrew Brunson. Brunson ditahan selama hampir dua tahun dan dituduh terkait dengan organisasi pekerja Turki yang dilarang dan juga gerakan Gulenis, yang dituding Turki berada di balik kudeta yang gagal pada 2016. Presiden Turki marah karena Amerika tidak mengambil langkah lebih tegas terhadap gerakan Gulenis dan AS juga menolak mengekstradisi Fethullah Gulen yang tinggal di Pennsylvania. AS mendukung kelompok pemberontak Kurdi yang memerangi kelompok ISIS di Suriah utara dan fakta ini menambah kesulitan hubungan kedua negara. Turki juga berupaya memerangi pemberontakan Kurdi di negara itu. Erdogan juga sekarang lebih dekat dengan Rusia. Turki adalah anggota NATO dan Rusia adalah ancaman nomor satu NATO. Organisasi itu harus membela anggota yang diserang. NATO menggunakan pangkalan udara Incirlik di Turki untuk memerangi ISIS dan di dalam negeri Erdogan ditekan untuk menutup pangkalan itu. Apa yang terjadi dengan lira?

Lira mencapai titik terendah Jumat lalu (10/08) saat Presiden AS Donald Trump menyepakati meningkatkan tarif untuk baja dan alumunium Turki setelah negara itu menolak membebaskan pastur Amerika. Pakar menyatakan turunnya lira dapat menyebabkan negara itu mengalami krisis ekonomi. Pasar modal Turki juga turun 17% sementara inflasi mencapai 15%. Lebih dari sepertiga pinjaman bank Turki menggunakan mata uang asing, menurut Reuters. Bank sentral sempat membantu untuk mendongkrak namun lira masih turun. Para investor khawatir gangguan ini akan meluas sehingga mereka akan menjual aset berisiko. Apa yang dilakukan Turki untuk menstabilkan lira? Bank sentral Turki mengumumkan Senin (13/08) bahwa bank-bank akan diberikan likuiditas namun tidak meningkatkan suku bunga yang dapat membantu menekan inflasi. Tidak jelas apakah ini muncul setelah tekanan Erdogan, yang selama ini menentang peningkatan suku bunga. Ia mendesak warga Turki menjual dolar dan membeli lira untuk membantu menstabilkan mata uang itu. Apa dampaknya terhadap orang di Turki? Seorang pebisnis Kemal, yang tinggal di Istanbul mengatakan,"Seperti diperkirakan, sejumlah perusahaan bankrut karena ada devaluasi mendadak. Namun saya rasa, perekonomian tak akan ambruk. Heather, orang Inggris yang tinggal di Turki bersama keluarganya dalam 15 tahun ini mengatakan, "Dalam setahun ini, harga naik dan banyak perbedaan harga di toko-toko dan supermarket. Harga mentega, keju, buah dan sayur sangat mahal dan kami berpikir dua kali untuk membeli." "Bensin dan barang-barang lain juga meningkat. Gaji tak naik jadi kami khawatir kapan ini bisa berakhir. Mereka yang menggunakan mata uang seperti poundsterling, dolar atau euro mungkin menguntungkan namun kami semua kesulitan." Sementara seorang wisatawan Inggris, Paul Fothergill yang tengah berada di Dalyan, mengatakan dampak lira sangat menguntungkan. Ia selalu liburan ke Turki dalam 30 tahun terakhir dan ia mengatakan, "Sejak kami tiba Kamis (09/08) lira terus turun. Sedih untuk warga dan investor setempat namun bagi kami sangat bagus dampaknya."




- Mata uang Turki , lira terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) . Lira telah jatuh ke rekor terendah yang mencapai 6,24 per dolar pada Jumat pekan lalu. Mata uang Turki ini telah anjlok hingga 66% sejak awal tahun ini.Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pun berupaya menguatkan dan menenangkan rakyatnya dalam menanggapi persoalan ini. Bahkan Erdogan mengatakan, walaupun dolar AS terus menguat, namun Turki masih memiliki Allah di sisinya."Jika mereka memiliki dolar mereka, kita memiliki masyarakat, kita memiliki Allah," kata Erdogan serperti dikutip dari CNBC, Senin (13/8/2018).Pelemahan mata uang lira terhadap dolar AS ini sendiri terjadi karena kebijakan Presiden Donald Trump yang menggandakan tarif impor bajak dan aluminium dari Turki.Melalui akun Twitternya, pada Jumat pekan lalu Trump mengumumkan bahwa tarif impor aluminium akan meningkat menjadi 20% dan tarif impor baja akan dinaikkan menjadi 50%.Selain karena itu, mata uang lira sempat turun saat Erdogan dilantik menjadi presiden. Sebab, ia mengangkat Berat Elbayrak, menantunya sendiri, sebagai Menteri Keuangan Turki.Dalam pidatonya, Erdogan juga mengatakan bahwa negaranya akan terus tumbuh meskipun mata uang lira terus mengalami pelemahan. Dia bahkan mengingatkan bahwa ekonomi Turki telah tumbuh sebesar 7,4% pada kuartal pertama 2018."Kami tidak akan mengizinkan siapa pun untuk menghalangi kami dari tujuan kami. Meskipun serangan dilakukan melalui kurs mata uang, kami akan terus tumbuh pada kuartal kedua dan mengakhiri 2018 dengan rekor yang lebih tinggi," jelasnya.

[Gambas:Video 20detik]


loading...

(esn)

- Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Çavusoglu mengecam Amerika Serikat (AS) di tengah ketegangan dalam hubungan antara kedua negara, setelah adanya keputusan Presiden Donald Trump untuk melipatgandakan tarif baja dan aluminium yang sudah ada pada impor Turki.Cavusoglu secara tersirat mengatakan bahwa Ankara sudah mulai muak denan AS, dengan mengatakan bahwa Turki telah melakukan cukup banyak tindakan untuk memperbaiki hubungannya dengan AS.Diplomat senior Turki itu kemudian mengatakan, bahwa AS harus belajar bahwa itu tidak akan mencapai hasil positif dengan mengancam Turki. "Kami mendukung diplomasi dan negosiasi, tetapi tidak mungkin bagi kami untuk menerima sanksi dan pengenaan tarif," kata Cavusoglu, seperti dilansir Sputnik pada Senin (13/8).Sebelumnya, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan juga mencatat bahwa keputusan Trump untuk melipatgandakan tarif atas impor logam bertentangan dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).Hubungan antara Washington dan Ankara telah mengalami peningkatan ketegangan dalam beberapa tahun terakhir karena penolakan Turki untuk membebaskan pendeta asal AS, Andrew Brunson, yang ditangkap pada tahun 2016 karena diduga terlibat dalam kudeta gagal.


AS dan Turki juga berselisih mengenai berbagai topik. REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membantah Turki berada dalam krisis mata uang. Ia menolak jatuhnya nilai mata uang Turki, lira, sebagai 'fluktuasi' yang tidak ada hubungannya dengan fundamental ekonomi.

Pernyataan ini disampaikan Erdogan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggandakan tarif pada impor baja dan aluminium Turki. Erdogan menggambarkan penurunan terendah lira hingga 18 persen pada Jumat (10/8) sebagai 'rudal' perang ekonomi yang dilancarkan terhadap Turki. Erdogan mengatakan, pihak-pihak yang gagal melakukan kudeta pada 2016 saat ini mencoba menargetkan Turki melalui ekonominya. Erdogan berjanji, Turki akan melawan itu. "Mereka yang tidak bisa bersaing dengan kami di lapangan telah membawa petak-petak uang fiktif online yang tidak ada hubungannya dengan realitas negara kami, produksi dan ekonomi riil," kata Erdogan pada pertemuan provinsi Partai AK di kota pesisir Laut Hitam, Rize, Sabtu (11/8). "Negara ini tidak runtuh, tidak hancur atau bangkrut atau dalam krisis," katanya. Menurut Erdogan, jalan keluar dari 'plot mata uang' adalah untuk meningkatkan produksi dan 'meminimalkan suku bunga'. Lira Turki telah kehilangan nilai sekitar 40 persen pada tahun ini. Sebagian besar karena kekhawatiran tentang pengaruh Erdogan atas ekonomi, seruan berulang untuk suku bunga rendah dalam menghadapi inflasi tinggi, dan hubungan yang memburuk dengan AS. AS dan Turki juga berselisih mengenai berbagai topik. Dari berbagai kepentingan di Suriah, ambisi Turki untuk membeli sistem pertahanan Rusia, hingga kasus pendeta Evangelis Andrew Brunson, yang diadili di Turki atas tuduhan terorisme. Erdogan juga menyinggung 'batas akhir' untuk waktu penyerahan Brunson. "(Mereka) mengancam, mengatakan Anda akan mengirim Brunson sampai jam enam sore. Ini bukan negara acak. Ini adalah Turki," katanya. Delegasi Turki mengunjungi Washington pada pekan ini untuk melakukan perundingan, tetapi tidak tampak hasil dari perundingan itu. Setelah hampir 20 bulan di penjara Turki, Brunson dipindahkan ke tahanan rumah pada Juli oleh pengadilan. Sejak itu Trump dan wakil presidennya, Mike Pence, telah berulang kali menyerukan pembebasannya. Sementara, Ankara mengatakan keputusan itu berada di pengadilan. Trump pada Jumat (10/8) mengumumkan penggandaan tarif pada impor baja dan aluminium dari Turki. Ia mengatakan hubungan dengan Ankara "tidak baik pada saat ini". Turki merupakan pasar negara berkembang yang penting. Turki berbatasan dengan Iran, Irak dan Suriah dan pro Barat selama beberapa dekade. Gejolak keuangan berisiko mengguncang wilayah tersebut. Sebuah pertemuan pada Jumat mengungkapkan pendekatan ekonomi baru oleh menteri keuangan Turki Berat Albayrak, menantu Erdogan. Namun, upaya tidak banyak membantu memulihkan nilai lira. Erdogan juga mengulangi seruannya kepada warga Turki untuk menjual dolar dan tabungan euro agar mampu menahan nilai lira. "Jika ada dolar di bawah bantal Anda, keluarkan ini segera berikan ke bank dan gunakan lira Turki," katanya. Dalam opini terpisah di surat kabar pro pemerintah Daily Sabah, juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, mengatakan upaya Turki untuk menyelesaikan krisis dengan metode diplomatik telah ditolak oleh pemerintahan Trump. Ia memperingatkan bahwa AS akan menghadapi risiko kehilangan Turki sebagai sekutu. "Seluruh masyarakat Turki menentang kebijakan AS yang mengabaikan tuntutan keamanan sah Turki. Ancaman, sanksi, dan intimidasi terhadap Turki tidak akan berhasil," katanya. n reuters ed: setyanavidita livikacansera



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply