TEMPO.CO , Jakarta - Mesut Ozil mengumumkan pengunduran dirinya dari tim nasional Jerman pada Minggu, 22 Juli 2018. Pemain gelandang Arsenal itu juga menilai dirinya mendapat perlakukan tak adil dan bersifat rasis serta diskriminatif ketika bertemu dengan Prisiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di London, Inggris, Mei 2018. Baca: Mesut Ozil Kecewa pada Media Jerman Ozil baru saja membela tim nasional Jerman yang tersingkir pada babak fase grup dalam putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia, Juni-Juli. Baca: Mesut Ozil : Saya Mundur Karena Rasisme dan Tidak Dihargai
Penampilannya sebagai pemain starter di lini tengah tim juara Piala Dunia 2014 itu selama mengikuti pergelaran di Rusia 2018 itu dikritik. Ozil dinilai tak lagi bermain bagus dan yang terpenting, yaitu kurang memberikan kontribusi penting buat timnya, sebagaimana yang dilakukannya empat tahun lalu di Brasil. Baca: Kecewa, Mesut Ozil Pensiun Dari Timnas Jerman Penampilan Ozil yang dinilai loyo di Rusia 2018 kemudian dihubungkan dengan pertemuannya dan beberapa pemain keturunan Turki dengan Erdogan di London, Mei lalu. Pada saat bersamaan, Erdogan lagi banyak mendapat kritik dari dunia internasional karena dipandang melecehkan hak-hak kemanusiaan. Berkaitan dengan sorotan penampilannya di Rusia 2018 dan dikaitkan dengan pertemuannya dengan Erdogan, Ozil mengkritik Presiden Federasi Sepak Bola Jerman (DFB), Reinhard Grindel. “Buat saya, berfoto bersama Presiden Erdogan adalah bukan soal politik atau pemilihan umum. Itu adalah soal sikap saya untuk menghormati pemimpin tertinggi pemerintah di negara asal keluarga saya,” tulis Ozil di Twitter. “Pekerjaan saya adalah pemain sepak bola dan bukan seorang politikus. Perlakukan yang saya terima dari DFB dan banyak pihak lainnya membuat saya tidak ingin lebih lama mengenakan kostum pemain tim nasional Jerman,” Ozil melanjutkan. “Saya merasa tidak dikehendaki dan berpikir apa yang saya raih sejak melakukan debut di tim nasional Jerman pada 2009 telah dilupakan,” kata Ozil. Menyinggung langsung tentang Reinhard Grindel, presiden DFB, Ozil menulis, “Orang yang punya latar belakang diskriminasi seharusnya tidak diperbolehkan bekerja di sebuah federasi sepak bola terbesar di dunia, yang para pemainnya memiliki keturunan keluarga ganda. Sikap seperti mereka tidak mencerminkan pemain yang seharusnya mereka wakili.” “Di mata Grindel dan para pendukungnya, saya orang Jerman ketika kami menang. Tapi, saya orang imigran ketika kami kalah,” Ozil menegaskan dalam pernyataannya di Twitter sebanyak tiga lembar itu. Baca: Penyebab Buruknya Performa Ozil di Piala Dunia 2018 Terungkap Pemain berusia 29 tahun itu juga menyatakan menerima pelecehan melalui surat elektronik setelah tim Jerman gagal mempertahankan gelarnya di Piala Dunia 2018. GUARDIAN | BBC | ESPN
TEMPO.CO , Jakarta - Mezut Ozil mengumumkan pengunduran dirinya dari tim nasional Jerman pada Minggu, 22 Juli 2018. Ozil baru saja gagal membawa Jerman mempertahankan gelar juaranya pada Piala Dunia 2018 di Rusia. Baca: Mesut Ozil : Saya Mundur Karena Rasisme dan Tidak Dihargai Ozil kecewa dengan perlakuan yang diterimanya setelah tampil di Piala Dunia 2018. Hal itu yang menyebabkan ia memutuskan mundur dari tim Jerman pada usia 29 tahun. Baca: Foto Mesut Ozil dengan Presiden Erdogan, antara politik dan rasa ...
Pemain gelandang Arsenal itu kecewa karena menilai dirinya terus mendapat perlakukan tak adil sejak bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, di London, Inggris, Mei 2018. Baca: Mesut Ozil : Saya Jerman ketika Menang, Imigran saat Kalah Perlakuan yang diskriminatif terhadap Ozil dan pemain tim nasional Jerman keturunan Turki lainnya, Ilkay Gundogan, sudah diterima delapan hari sebelum Piala Dunia 2018 dimulai di Rusia pada 14 Juni. Hal itu terjadi ketika Jerman mengadakan pertandingan uji coba melawan Arab Saudi. Penyebabnya adalah foto bersama Ozil dan Gundogan dengan Erdogan ketika bertemu di London, Mei lalu, itu. Bersama Ozil dan pemain Everton, Cenk Tosun, Gundogan juga menyerahkan satu kostum Manchester City kepada Erdogan. Ozil juga menyerahkan kostum Arsenal kepada pemimpin Turki ini. Jadi, ketika Jerman gagal mempertahankan kemenangannya pada Piala Dunia di Brasil 2014, dengan tersingkir pada fase grup di Rusia 2018, mereka yang tidak suka kepada Ozil dan Gundogan menemukan alasan untuk menyerangnya lebih dalam. Kembali kepada pertandingan uji coba Jerman melawan Arab Saudi pada 8 Juni 2018 di Stadion BayArena, Leverkusen, Pelatih Jerman, Joachim Loew, tidak terima dengan ejekan yang diterima Gundogan selama pertandingan berlangsung. Ozil absen dalam pertandingan persahabatan itu. Ejekan terutama diterima Gundogan setiap mendapat bola. Ia diturunkan oleh Loew pada menit ke-57 untuk menggantikan pemain gelandang Marco Reus. Setelah pertandingan yang berakhir dengan kemenangan 2-1 untuk Jerman itu, Loew mengecam mereka yang terus-menerus mencemooh Gundogan dan juga Ozil. “Fakta seorang pemain nasional diejek seperti itu tidak menolong siapapun. Ia (Gundogan) memang berfoto (dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan). Tapi, ia telah menjelaskannya kepada media dan menegaskan dukungannya kepada Jerman. Persoalan ini harus diakhiri,” kata Loew. Persoalan para pemain Turki ini kemudian mengendap, tapi seperti luka yang siap terkoyak kembali. Ketika Jerman yang tersingkir pada babak fase grup dalam putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia, luka itu terkoyak lagi. Foto Ozil dan Gundogan bersama Erdogan dipersoalkan kembali. Penampilan Ozil sebagai pemain starter di lini tengah selama mengikuti pergelaran di Rusia 2018 dikritik. Ozil dinilai kurang memberikan kontribusi penting buat timnya, sebagaimana yang dilakukannya empat tahun lalu di Brasil. Penampilan Ozil yang dinilai loyo di Rusia 2018 kemudian dihubungkan dengan pertemuannya dengan Erdogan. Pada saat bersamaan, Erdogan sedang banyak mendapat kritik dari dunia internasional karena dipandang melecehkan hak-hak kemanusiaan. Berkaitan dengan sorotan penampilannya di Rusia 2018 dan dikaitkan dengan pertemuannya dengan Erdogan, Ozil mengkritik Presiden Federasi Sepak Bola Jerman (DFB), Reinhard Grindel. “Buat saya, berfoto bersama Presiden Endorgan adalah bukan soal politik atau pemilihan umum. Itu adalah soal sikap saya untuk menghormati pemimpin tertinggi pemerintah di negara asal keluarga saya,” tulis Ozil di Twitter. “Pekerjaan saya adalah pemain sepak bola dan bukan seorang politikus. Perlakukan yang saya terima dari DFB dan banyak pihak lainnya membuat saya tidak ingin lebih lama mengenakan kostum pemain tim nasional Jerman,” Ozil melanjutkan. “Saya merasa tidak dikehendaki dan berpikir apa yang saya raih sejak melakukan debut di tim nasional Jerman pada 2009 telah dilupakan,” kata Ozil. Menyinggung langsung tentang Reinhard Grindel, presiden DFB, Ozil menulis, “Orang yang punya latar belakang diskriminasi seharusnya tidak diperbolehkan bekerja di sebuah federasi sepak bola terbesar di dunia, yang memiliki keturunan keluarga ganda. Sikap seperti mereka tidak mencerminkan pemain yang seharusnya mereka wakili.” “Di mata Grindel dan para pendukungnya, saya orang Jerman ketika kami menang. Tapi, saya orang imigran ketika kami kalah,” Ozil menegaskan dalam pernyataannya di Twitter sebanyak tiga lembar itu. Baca: Kecewa, Mesut Ozil Pensiun Dari Timnas Jerman Pemain berusia 29 tahun itu juga menyatakan menerima pelecehan melalui surat elektronik setelah tim Jerman gagal mempertahankan gelarnya di Piala Dunia 2018. GUARDIAN | BBC | ESPN
Inilah 10 pemain muda termahal di dunia saat ini. Siapa ya kira-kira yang berada di peringkat pertama sebagai pemain muda yang paling mahal?
A post shared by Goal Indonesia (@goalcomindonesia) on Jul 21, 2018 at 5:55am PDT
Mesut Ozil berpendapat mengabaikan undangan untuk bertemu Presiden Erdogan sama dengan tak menghormati leluhurnya.
Pemain sepak bola tim nasional Jerman Mesut Ozil menyatakan mulai sekarang ia tidak akan membela tim nasional negara itu setelah ia mendapat kritikan pedas terkait keputusannya berpose bersama Presiden Turki recep Tayyip Erdogan. Sebelum mengumumkan pengunduran diri ini, Ozil sempat membela keputusannya untuk berpose bersama Presiden Erdogan, tetapi ia kemudian mengunggah pernyataan panjang menuduh Asosiasi Sepak Bola Jerman "rasis" dan "tidak menhormati". Ozil mengatakan dirinya dianggap sebagai penyebab penampilan buruk timnas Jerman di Piala Dunia 2018 di Rusia. "Saya orang Jerman ketika kami menang, namun dikatakan imigran ketika kami kalah," kata Ozil. Dikatakannya keputusannya untuk tidak lagi membela Jerman amat berat. Foto yang dikritik pedas di Jerman itu sejatinya sudah diambil pada Mei lalu dalam acara amal di London, Inggris. Jerman kritis terhadap Turki Foto tersebut kemudian dirilis oleh partai yang berkuasa di Turki, Partai AK, pimpinan Recep Tayyip Erdogan, menjelang pemilihan presiden yang dimenangkan oleh Erdogan dengan suara meyakinkan. Namun keputusan Ozil berfoto di samping Presiden Erdogan tidak disambut dengan baik di Jerman, negara kelahiran Ozil. Ia sendiri berasal dari keluarga keturunan Turki.
Ilkay Gundogan, Mesut Ozil dan Cenk Tosun berfoto dengan Presiden Erdogan di London pada tanggal 13 Mei 2018.
Di mata sejumlah politikus Jerman, aksi Ozil seakan-akan memberikan dukungan kepada parpol pimpinan Erdogan. Kritikan juga dilontarkan oleh Asosiasi Sepak Bola Jerman. Di samping itu, selama ini pemerintah Jerman bersikap kritis terhadap kampaye Erdogan untuk menarik dukungan dari kalangan keturunan Turki yang bermukim di negara-negara Eropa. Lewat Twitter, Mesut Ozil menjelaskan bahwa jika ia menolak bertemu dengan Presiden Erdogan maka ia tidak menghormati para leluhurnya dari Turki. "Saya mempunyai dua hati, satu Jerman dan satu lagi Turki," cuitnya pada Minggu (22/07). "Tindakan itu menyangkut saya yang mewakili lembaga tertinggi dari negara keluarga saya. "Di masa kanak-kanak, ibu saya mendidik saya untuk senantiasa hormat dan tidak pernah melupakan asal usul saya, dan nilai-nilai itu masih saya pegang sampai sekarang, " tandas Ozil yang merupakan pemain Arsenal tersebut. Yang juga hadir dalam acara amal di London itu adalah pemain Manchester City, Ilkay Gundogan, yang juga pemain Jerman dari keluarga Turki. Hadir juga pemain Everton, Cenk Tosun. "Bagi saya, tidak menjadi masalah siapa yang menjadi presiden, yang penting adalah sang presiden," ujar Ozil. Ditambahkannya ia akan menunjukkan penghormatan yang sama baik itu kepada presiden Turki maupun presiden Jerman.