Contact Form

 

Gunung Merapi Meletus, Gemuruh Keras Terdengar Hingga Jauh


TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA -   Gunung Merapi kembali meletus Jumat (1/5/2018) pagi.

Terkait itu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPKG) meminta masyarakat untuk tetap tenang.

BPPTKG memastikan letusan yang terjadi pukul 8.20 WIB itu telah selesai.

"Update pasca letusan #merapi letusan yang terjadi pukul 08.20 WIB tadi telah selesai. Tetap tenang ya #merapigengs :)," tulis admin akun Twitter @BPPTKG, Jumat (1/6/2018).

Meski demikian, BPPTKG meminta masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya hujan abu pascaerupsi terjadi Jumat pagi.

"Saat ini letusan sudah selesai, waspadai ancaman hujan abu," tulis admin @BPPTKG lagi.




YOGYAKARTA, (PR).- Gunung Merapi kembali meletus Jumat, 1 Juni 2018 pukul 8.20 pagi WIB.  Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat erupsi  selama dua menit, ditandai keluarnya asap putih yang menjulang setinggi 7.000 meter mengarah ke barat laut.

Wartawan Pikiran Rakyat yang berjarak 14 km dari puncak Gunung Merapi dan warga sekitar kampus Universitas Islam Indonesia (UII) menyaksikan kepulan asap putih Gunung Merapi yang disertasi suara gemuruh sangat keras.

Sejumlah mahasiswa UII terutama para mahasiswa tampak ketakutan mendengar suara tersebut. Sebagian menangis sambil berteriak, "Aduh bagaimana nih. Kita kemana ya, takut," ujar seorang mahasiswi dengan muka pucat.

Lima menit usai letusan, BPPTKG mengeluarkan imbauan kepada warga sekitar Gunung Merapi maupun warga Yogyakarta dan sekitarnya untuk menyiapkan dan memakai masker selama kegiatan di luar ruang.

Pengarah Badan Penanggulangan Bencana Nasional, Sarwidi menyatakan suara gemuruh Gunung Merapi kali ini mengagetkan karena suaranya terdengar jauh sampai ke kawasan aman di lingkungan UII. "Saya kira tadi gempa biasa, eh ternyata Merapi erupsi," ujarnya.

Menurut dia, situasi kritis sesaat setelah Gunung Merapi meletus. Warga yang berada di daerah bahaya biasanya cenderung panik.

"Saat seperti ,ini peran petugas dan relawan penanggulangan bencana sangat strategis untuk mengarahkan bagaimana warga daerah rawan melakukan mitigasi," ujar dia.

Menurut Guru Besar Teknik Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII, situasi Merapi seperti ini bisa dibaca sebagai siklus alam, seperti siklus empat tahunan.

Kepala Pelaksana Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana Yogyakarta Biwara Yuswantoro menyatakan, tidak ada pengungsian warga di kaki Gunung Merapi usai erupsi di wilayah Sleman.

"Warga sempat berkumpul di lokasi titik kumpul. Karena situasi aman, warga pulang ke rumah masing-masing," ujar dia.

Peningkatan aktivitas Gunung Merapi telah terjadi sejak awal Mei 2018 ditandai gempa dan erupsi freatik. Sepekan sejak gunung di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah itu erupsi , BPPTKG meningkatkan status Gunung Merapi dari normal menjadi waspada pada 21 Mei 2018.***




VIVA  – Gunung Merapi kembali meletus Jumat pagi 1 Juni 2018 sekitar pukul 08.20 WIB. Letusan hanya berlangsung selama dua menit. Laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi  (BPPTKG), tinggi kolom abu letusan 6.000 meter di atas puncak atau kurang lebih 8.968 meter di atas permukaan laut.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memantau detik-detik letusan Gunung Merapi dari citra satelit luar angkasa.  Berdasarkan data citra satelit Badan Meteorologi Jepang, Himawari, yang diakusisi Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN, Dony Kushardono, terlihat semburan debu vulkanik muncul dari puncak Gunung Merapi.

Debu vulkanik itu berasal dari letusan freatik warna putih dari kawah Merapi. Dari pantauan citra satelit, debu vulkanik mengarah ke selatan yakni di atas Yogyakarta.




TEMPO.CO , Jakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan sejumlah unsur untuk mendorong magma Gunung Merapi keluar ke permukaan saat ini sudah terbuka lebar. Unsur itu berupa terbukanya saluran sumbat lava akibat erupsi pada 11 Mei 2018 sebagai jalan keluar magma. “Magma Merapi saat ini masih sedang dalam perjalanan ke permukaan atau menuju atas (untuk erupsi), masalahnya belum bisa diketahui sudah sampai mana perjalanan magma itu,” ujar Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso ditemui di kantornya, Kamis 31 Mei 2018. Baca:  Gunung Merapi Waspada, Begini Peta Warga di Kawasan Rawan Bencana Agus berharap bisa segera mendapatkan tanda-tanda untuk mengetahui waktu keluarnya magma dari Gunung Merapi. “Kami berharap saat magma mau bergerak ke atas itu, deformasi Merapi mengalami perubahan dan pencatat seismic memberi tanda,” ujar Agus.

Menurut dia, peningkatan aktivitas Gunung Merapi saat ini dinilai lebih sulit dibanding saat erupsi pada 2006 dan 2010. Aktivitas erupsi magmatik saat itu langsung terjadi tanpa diiiringi erupsi freatik. “Yang bisa dijadikan panduan melihat erupsi saat ini hanya tingkat gempa hembusan yang sangat mencolok, terutama setelah letusan minor 24 Mei 2018,” ujarnya. Baca:  BPPTKG Teliti Material Letusan Gunung Merapi, Ini Hasilnya Pelepasan gas sulfurdioksida Gunung Merapi terus meningkat seusai letusan terakhir pun, kata Agus, menunjukkan adanya suplai gas besar yang dihasilkan intensif oleh magma di kedalaman. “Meningkatnya pelepasan gas yang intens sekarang juga dipicu sumbat yang sudah hilang atau lebih tipis,” ujarnya. Agus menambahkan setelah letusan terakhir pada 24 Mei 2018 belum terjadi erupsi susulan selama sepekan terakhir. Namun, aktivitas vulkanik Gunung Merapi sebenarnya masih sangat tinggi. Menurut dia, aktivitas ini ditandai dengan tingginya tingkat kegempaan baik hembusan dan guguran yang tak bisa dilihat kasat mata oleh masyarakat.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply