VIVA – Jelang final Liga Champions, penyanyi cantik asal Inggris, Dua Lipa tampil untuk menghibur penonton di NSC Olimpiyskiy Stadium, Minggu, 27 Mei 2018 dini hari WIB. Final Liga Champions sendiri mempertemukan Real Madrid dengan Liverpool.
Dua Lipa mampu membius sekitar 70 ribu penonton yang memadati satdion tersebut. Ia tampil dengan sekitar puluah penari latar yang membuat penampilannya semakin menarik. Selain itu tata lampu dan panggung juga membuat penampilan Dua Lipa terkesan sangat mewah. Dua Lipa sendiri mengakui jika kesempatan yang didapatnya merupakan sebuah kehormatan.
Artis berusia 22 tahun menyanyikan dua lagu andalannya yaitu, IDGAF dan New Rules. Dua Lipa sendiri tampil dalam upacara pembukaan Liga Champions tersebut sekitar 40 menit. Pertandingan antara Madrid vs Liverpool diperkirakan akan berlangsung sengit. Apalagi Madrid memburu gelar ke 13 atau ketiga secara beruntun.
VIVA – Final Liga Champions antara Real Madrid versus Liverpool di NSC Olimpiyskiy Stadium, Kiev, 27 Mei 2018 kali ini ada suguhan berbeda. Penyanyi cantik dan seksi asal Inggris, Dua Lipa, akan tampil dalam seremonial sebelum laga.
Mendapat kesempatan ini, Dua Lipa mengaku tak sabar untuk menghibur fans kedua kubu. Baginya, ini suatu kehormatan dan pengalaman yang luar biasa. "Ini adalah sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Saya tidak pernah berpikir akan tampil di depan penggemar sepakbola," ujar Dua Lipa seperti dilansir dari capitalfm.com.
"Jadi ini gila, begitu menyenangkan. Tak sabar rasanya menghibur mereka. Ini akan sangat menarik," tambahnya.
Dua Lipa bakal membawakan beberapa lagunya di final Liga Champions nanti. Lagu berjudul IDGAF dan New Rules jadi andalan Dua Lipa untuk menggoyang Kiev.
Sebelum Dua Lipa, sebenarnya sudah ada Black Eyed Peas dan Alicia Keys yang kerap mengisi seremoni di final Liga Champions.
Penampilan Menawan Dua Lipa di Final Liga Champions
Kiev Sepakbola - Dua Lipa memanaskan pembukaan final Liga Champions 2017/2018. Penyanyi asal Inggris itu tampil energik di NSC Olimpiyskiy Stadium.
Dua Lipa menghibur penonton final Liga Champions antara Real Madrid vs Liverpool di NSC Olimpiyskiy Stadium, Minggu (27/5/2018) dinihari WIB. (Foto: Hannah McKay /Reuters)
Real Madrid juarai final Liga Champions 2018 atas Liverpool. Kemenangan ini diwarnai permainan gemilang Gareth Bale dan air mata Mohamad Salah.
Real Madrid juarai final Liga Champions 2018 atas Liverpool. Kemenangan ini diwarnai permainan gemilang Gareth Bale dan air mata Mohamad Salah.
Real Madrid juarai final Liga Champions 2018 atas Liverpool. Kemenangan ini diwarnai permainan gemilang Gareth Bale dan air mata Mohamad Salah.
Kiper Liverpool Loris Karius meminta maaf atas kesalahannya di final Liga Champions. Karius juga memberi penjelasan soal blunder yang dilakukannya.
Final Liga Champions tak berjalan seperti yang diinginkan Mohamad Mohamed Salah. Salah menangis saat harus keluar lapangan karena cedera di babak pertama.
Steven Gerrard menyebut cederanya Mohamed Salah memukul psikologis Liverpool di final Liga Champions. Faktor lain kekalahan Liverpool adalah soal pengalaman.
Juergen Klopp buka suara soal insiden antara Mohamed Salah dan Sergio Ramos di final Liga Champions. Menurut Klopp, yang dilakukan Ramos seperti gulat.
Liverpool memang gagal juara Liga Champions 2017/2018. Tapi, Roberto Firmino, Sadio Mane, dan Mohamed Salah menjalani musim hebat. Trio Firmansah bikin 30 gol.
Cristiano Ronaldo melengkapi titel Liga Champions dengan sebuah pencapaian pribadi. Penyerang Real Madrid itu sekali lagi jadi topskorer.
Loris Karius jadi sorotan usai Liverpool dikalahkan Real Madrid di final Liga Champions. Kiper Liverpool itu membuat blunder fatal. Tak cuma satu, tapi dua.
Real Madrid memenangi Liga Champions tiga kali beruntun. Luka Modric merasa timnya sudah meraih hasil yang luar biasa dan tak bisa diikuti.
Cristiano Ronaldo menegaskan dominasinya di ajang Liga Champions. Dia seakan mengikrarkan statusnya sebagai raja di kasta tertinggi kompetisi antarklub Eropa.
Kekecewaan dan rasa sedih atas cedera Mohamed Salah tak cuma dirasakan pendukung Liverpool. Seluruh warga Mesir mengalami emosi yang sama atas nasib pujaannya.
Juergen Klopp lagi-lagi gagal di final. Kekalahan Liverpool dari Real Madrid di final Liga Champions memperpanjang daftar kegagalan Klopp di laga puncak.
Real Madrid tampil sebagai juara Liga Champions 2017/2018. Los Blancos mengandaskan Liverpool dengan skor 3-1 di partai final.
Babak pertama final Liga Champions 2018 antara Real Madrid vs Liverpool sudah kelar. Skornya saat ini masih tanpa gol, Mohamed Salah sudah tak bisa berlaga.
Fulham merebut tiket terakhir untuk promosi ke Premier League 2018/2019. Mereka mengalahkan Aston Villa 1-0 di final play-off Championship.
Upaya untuk menyebarluaskan kenikmatan sepakbola terus dilakukan. Namun tidak semua orang ikhlas bisa menerimanya. Menggabungkan antara konsep olahraga dan hiburan bukan hal baru. Cara ini dikenal dengan istilah sportainment . Kali ini UEFA melakukan hal tersebut dengan mengundang Dua Lipa sebagai bagian dari upacara pembukaan final Liga Champions 2018. Dua Lipa adalah sosok yang tepat. Di 22 tahun usianya saat ini, ia sudah dinobatkan sebagai artis solo perempuan termuda yang mencapai satu miliar penonton YouTube dan merupakan artis perempuan yang lagunya paling banyak diputar di layanan musik Spotify. Di final Liga Champions sendiri melibatkan penyanyi top untuk tampil di laga puncak sudah dilakukan setidaknya di tiga edisi terakhir. Pada 2016 di Milan, penyanyi asal Amerika, Alicia Keys, dipercaya untuk tampil lewat lagu hits -nya Girl On Fire . Namun respons penonton di stadion cenderung dingin. Turut tampil pada edisi tersebut adalah penyanyi Italia, Andrea Bocelli, yang bertugas menyanyikan himne Liga Champions saat pemain masuk ke lapangan. Tahun berikutnya di kota Cardiff giliran Blacked Eyed Peas yang tampil. Lagi-lagi hiburan tambahan ini belum bisa memuaskan penonton dan justru jadi kontroversi. Di tengah-tengah penampilannya, para suporter kedua kesebelasan yang berada di belakang gawang justru membuat pertunjukan sendiri dengan menyanyikan chant masing-masing. Sepak mula juga terpaksa ditunda beberapa saat dan para pemain harus menunggu di lorong ganti. http://twitter.com/OllieHolt22/status/871075125659086848 Adanya hiburan tambahan juga mengganggu persiapan teknis kesebelasan. Jurnalis Spanyol, Sid Lowe, melaporkan bahwa pemain Juventus yang sedang pemanasan tak bisa bebas menggunakan lapangan karena ada persiapan pertunjukan. http://twitter.com/sidlowe/status/871071643052933120 Malam nanti untuk ketiga kalinya UEFA masih akan melakukan hal serupa bersama Dua Lipa. Kontroversi bisa saja masih akan terjadi atau sebaliknya, 75.000 penonton di stadion dan 200 juta orang yang diperkirakan menonton lewat layar kaca bakal mulai menikmati hiburan tambahan ini. Jika pertunjukan tambahan model seperti ini bisa sukses, final Liga Champions perlahan bisa disejajarkan dengan Super Bowl. Super Bowl adalah acara final American Football yang dikenal mempunyai half-time show terbaik di dunia. Bukan kebetulan juga jika Super Bowl dan final Liga Champions mulai dihubung-hubungkan. Pada tiga musim terakhir di mana final Liga Champions mulai diisi penampilan artis, Pepsi jadi sponsor. Super Bowl juga menggandeng merek minuman ringan asal Amerika tersebut sebagai sponsor pendukung. Kebutuhan Pemasaran vs Eksklusivitas Sepakbola Motif untuk menambahkan hiburan di tengah jalannya partai final Liga Champions adalah pemasaran. Menghadirkan bintang pop dunia berarti memperlebar jangkauan acara ini dilirik oleh semakin banyak orang. Bukan hanya saat jalannya acara secara langsung tapi juga sebelum dan sesudahnya, apalagi di era digital seperti sekarang. Mungkin akan banyak penggemar sepakbola yang merasa hal seperti ini tak perlu. Wajar saja, karena sepakbola sudah besar tanpanya. Tak perlu mendatangkan penyanyi top untuk membuat penonton merinding. Pendukung Liverpool sudah melakukannya di semua pertandingan dengan menyanyikan You’ll Never Walk Alone . Tak perlu hentakan musik keras untuk membuat penonton berjingkrak, di setiap gol, tanpa diminta, stadion akan bergetar karenanya. Sepakbola memang punya riwayat resistansi terhadap konsep-konsep pemasaran. Ada gerakan seperti “Supporters Not Customers” atau yang lebih populer lagi “Against Modern Football” di kalangan suporter. Mereka yang berpendapat seperti itu takut jika identitas sepakbola sebagai olahraga yang merakyat akan hilang. Semakin besar sepakbola sebagai sebuah komoditi pasar maka akan merembet ke jualan yang lebih gencar. Harga tiket pertandingan menjadi lebih mahal, siaran televisi tak lagi bisa dibeli, hingga pemanfaatan kebutuhan politik. Kekhawatiran di atas bisa dipahami tapi juga tak perlu disikapi secara berlebihan. Kenikmatan sepakbola sebaiknya tetap harus disebar luaskan. Kontrol terhadap kekhawatiran tadi tetap bisa dilakukan suporter tanpa harus menolak perkembangan. Percayalah, iman sepakbolamu jauh lebih kuat dari goyangan Dua Lipa.