Contact Form

 

Inilah 5 Peta Termahal Karya Abraham Ortelius


Long before we were able to map the world and put it online, Abraham Ortelius made a lasting impact by collecting the latest information from scientists, geographers, and cartographers and transforming it into what the world now knows as the modern day atlas.

The atlas, titled Theatrum Orbis Terrarum (Theatre of the World), was first published on this day in 1570 and is significant for a couple reasons. Within these pages, we see the first evidence of someone imagining continental drift - the theory that continents were joined together before drifting apart to their present day positions. Flipping through the pages, you may also notice a sea monster or two in the water - these mythical creatures were a subject of fascination in Ortelius’ generation, and often appeared alongside the ever changing landscapes of the atlas maps.

As every atlas is an aggregation of many maps, Ortelius was also one of the first cartographers to consistently add sources and names to the creators of the original maps, as evidenced by the first map pictured in today’s animated Doodle. Adding his fellow scientists’ names to the atlas wasn’t just a professional courtesy - Ortelius was known for corresponding with prominent scientists and humanists from all over Europe, a practice that yielded much insight into the great thinkers of his time.

Here’s to Abraham Ortelius, whose cartographic innovation helped give all a truly global view.


TEPAT 3 Mei, 106 tahun lalu, pesulap atau ilusionis sekaligus sutradara besar asal Perancis Georges Méliès merilis mahakaryanya yang berjudul À la conquête du pôle (The Conquest of the Pole).


JAUH sebelum kita bisa memetakan dunia dan menggunakannya secara daring, Abraham Ortelius berhasil mengumpulkan berbagai informasi dari para ilmuwan, ahli geografi, dan kartografer untuk kemudian mengubahnya menjadi apa yang sekarang dikenal dunia sebagai atlas modern.

Abraham Ortelius adalah tokoh kunci dalam sejarah pengetahuan manusia. Selain dikenal sebagai penemu atlas modern, Abraham Ortelius, juga merupakan orang pertama yang menemukan pergeseran benua. Atlas yang diciptakannya menjadi warisan geografi yang manfaatnya bisa dirasakan hingga saat ini.

Lahir di Antwerp pada 14 April 1527, Abraham Ortelius yang menutup usia pada tahun 1598, juga seorang humanis yang mempelajari sastra klasik dan sejarah, serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.

Selama abad ke-16 peta dunia adalah instrumen yang paling tepat untuk menunjukkan penemuan, serta mengkomunikasikan bentuk dunia yang diduga. Pada saat itu, peta masih merupakan campuran fakta, spekulasi, dan fantasi murni.

Abraham Ortelius membuat kumpulan peta yang lebih modern untuk pertama kali. Karyanya ini berjudul Theatrum Orbis Terrarum atau The Theatre of the World. Karya ini memuat 53 peta yang mencakup negara-negara di dunia pada saat itu. Atlas yang menjadi representasi dunia ini memiliki dampak budaya yang sangat besar, karena Abraham Ortelius berhasil menyatukan semua pengetahuan terkini pada zamannya yang terkait dengan ukuran dan bentuk benua.

Atlas modern Theatrum Orbis Terrarum dari Abraham Ortelius ini pertama kali diterbitkan hari ini 20 Mei pada 1570. Diperbanyak dan terus diperbarui dalam edisi berturut-turut, Theatrum Orbis Terrarum menjadi atlas paling populer pada masanya. Edisi terakhir berasal dari tahun 1622 dan memiliki 167 peta. Jasanya ini menggiring Abraham Ortelius diangkat menjadi ahli geografi ke Philip II dari Spanyol (1575).

Penerbitan atlas, berjudul Theatrum Orbis Terrarum (Teater Dunia) pada 20 Mei 1570 ini secara signifikan menandai perkembangan ilmu pengetahuan salah satunya bidang geografi. Sebagai bentuk penghargaan terhadap penemu atlas ini, Google Doodle pun merayakan momen berhagra penerbitan atlas pertama ini sebagai doodle-nya pada hari ini.

Ini adalah bukti pertama dari seseorang yang membayangkan pergeseran benua - teori bahwa benua-benua bergabung bersama sebelum berjajar ke posisi hari ini. Membalik-balik halaman, dan mungkin juga melihat monster laut di air - makhluk mitos ini adalah subjek daya tarik dalam generasi Abraham Ortelius, dan sering muncul di samping lanskap peta atlas yang terus berubah.***


Selama masa hidupnya, Abraham Ortelius juga dikenal sebagai salah satu pendiri sekolah ahli pemetaan Netherlandish School of Cartography.

Méliès merupakan ilusionis dan sutradara film pelopor dari Prancis. Hari ini bertepatan dengan tanggal rilis mahakaryanya yakni The Conquest of the Pole (1912).

Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply