LEGANES, KOMPAS.com - Real Madrid harus bersusah payah sebelum bisa menang 1-0 atas Leganes pada pertandingan pertama perempat fina Copa del Rey di Estadio Municipal Butarque, Kamis (18/1/2018) atau Jumat dini hari WIB.
Marco Asensio menjadi pahlawan kemenangan Real Madrid pada laga tersebut. Gol dia pada pengujung pertandingan menjadi pembeda hasil akhir kedua tim.
Kemenangan ini menjadi modal Real Madrid untuk melakoni laga kedua perempat final. Pasukan Zinedine Zidane itu akan menjadi tuan rumah pada Rabu (24/1/2018).
Pada laga ini, Zidane tak memasang sejumlah pemain utamanya. Kendati demikian, mereka masih bisa mendominasi dengan memiliki 68 persen penguasaan bola.
Namun, jumlah kepemilikan bola sebanyak itu tidak mampu dimanfaatkan Real Madrid untuk menciptakan banyak peluang. Pada babak pertama saja, mereka hanya melepas tiga tembakan tanpa satu pun tepat sasaran.
(Baca Juga: Napoli Dikabarkan Segera Datangkan Winger Barcelona asal Spanyol Ini)
Leganes yang lebih banyak bertahan juga hanya mampu melepaskan satu tembakan dari Javier Eraso (31') yang juga tidak mengarah ke gawang Real Madrid. Skor 0-0 pun bertahan hingga jeda.
Pada babak kedua, performa kedua tim sedikit lebih baik, terutama Leganes. Real Madrid berhasil mendapat beberapa peluang tepat sasaran, tetapi Leganes juga beberapa kali mampu membahayakan gawang tamunya.
Baru pada menit ke-89, kebuntuan Real Madrid berhasil terpecahkan oleh aksi Asensio. Menerima umpan silang dari Theo Hernandez, gelandang 21 tahun itu sukses mencocor bola di depan gawang ke tiang dekat tanpa mampu diantisipasi oleh Champagne.
Gol ini juga sekaligus menghentikan kebuntuan Asensio mencetak gol untuk Real Madrid setelah gagal melakukannya dalam 10 pertandingan secara beruntun.
10 - Marco Asensio has ended his longest goal-drought as @realmadriden player in all competitions, 10 games without scoring. Return pic.twitter.com/kDZuU1kVzk
PARIS, KOMPAS.com - Isu ketertarikan Real Madrid terhadap Neymar santer terdengar. Namun, klub raksasa asal Spanyol itu bakal kesulitan untuk membeli karena Paris Saint-Germain tak mematok klausul pelepasan transfer minimum di kontrak Neymar.
Paris Saint-Germain tampaknya belajar dari keberhasilan mendatangkan Neymar dari Barcelona. Musim panas tahun lalu, PSG menebus klausul pelepasan minimum Neymar senilai 222 juta euro (sekitar Rp 3,6 triliun) dari FC Barcelona.
PSG kini tidak memasang klausul pelepasan bagi kontrak Neymar. Hal tersebut dikonfirmasi oleh pengacara pemain termahal di dunia itu, Marcos Motta.
"Saya dapat menjamin bahwa tidak ada klausul pelepasan minimum pada kontrak Neymar," kata Motta seperti dikutip BolaSport.com dari Radio Globo .
(Baca Juga: Zinedine Zidane Ingin Pulangkan Pemain Chelsea Senilai Rp 398,6 Miliar )
Hal tersebut membuat Real Madrid tidak bisa menebus pemain dengan cara serupa yang dilakukan PSG. Sekalipun Neymar ingin bergabung, Madrid tak serta merta mendapatkannya karena harus dengan izin klub dan sudah pasti harganya akan menggelembung.
Lain halnya apabila terdapat klausul pelepasan minimum di kontrak Neymar dengan menyebutkan besaran angka tertentu. Jika seperti itu, Real Madrid bisa mendapatkankan sang pemain meski tak mendapat restu dari klub.
#Trending Kejam! Hanya karena Tak Beri Umpan pada Cristiano Ronaldo, Pemain Ini Ditendang dari Real Madrid https://t.co/AZ62Y4lmfW
Neymar terus dikatkan dengan Real Madrid setelah pasukan Zinedine Zidane mengalami krisis penampilan, khususnya di lini serang. Sebaliknya, Neymar justru tampil luar biasa bersama PSG dengan koleksi 24 gol dan 16 assist dari 23 partai. (Kautsar Restu)
By continuing to use the site, you agree to the use of cookies. You can change this and find out more by following this link
Mengalami penurunan performa yang signifikan, Real Madrid kini tengah berada di periode termajalnya dalam sedekade terakhir. OLEH AHMAD REZA HIKMATYAR Ikuti @rezahikmatyar di twitter Separuh dekade terakhir bisa dikatakan sebagai periode terbaik dalam sejarah Real Madrid , setelah era Alfredo Di Stefano di tahun 1950-an. Bagaimana tidak, semua gelar di level klub berhasil mereka rengkuh.
Paling luar biasa tentu saja keberhasilan Madrid menjadi tim pertama yang sanggup menjuarai Liga Champions dua musim beruntun, pada kampanye 2015/16 dan 2016/17 lalu. Segalanya semakin manis dengan deretan gelar di level domestik, Piala Super Eropa, dan tentu saja Piala Dunia Antarklub.
Namun entah bagaimana periode emas itu menunjukkan sinyal kuat segera berakhir seiring berjalannya musim 2017/18 ini. Walau membukanya dengan gelar juara Piala Raja Spanyol, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub, kampanye Madrid terancam berakhir memalukan terutama di kompetisi La Liga Spanyol. Terkait
Meski masih menyisakan satu pertandingan untuk dimainkan dibanding kompetitor lainnya, secara mengenaskan juara bertahan La Liga itu terdampar di peringkat empat lewat koleksi 32 poin dari 18 jornada yang sudah mereka mainkan.
Jumlah poin tersebut terpaut delapan poin dari Valencia di peringkat ketiga, sepuluh poin dari Atletico Madrid di pos runner-up, dan yang paling luar biasa defisit 18 poin dari Barcelona yang memimpin di puncak klasemen sementara.
Bagaimana itu bisa terjadi? Secara instan dan tak kasat mata kita bisa menyimpulkan dengan mudah bahwa masalah utama Madrid ada di lini depan. Dari 18 laga yang sudah dimainkan, tim asuhan Zinedine Zidane ini begitu kering dengan baru menceploskan 32 gol.
Faktanya jumlah itu merupakan koleksi gol paling kering Madrid dalam sedekade terakhir, usai lakoni 18 jornada! Terakhir kali Los Galacticos mencetak gol di bawah jumlah tersebut terjadi pada musim 2006/07 silam, lewat gelontoran 27 gol dari 18 partai yang dimainkan.
Namun situasinya kala itu jauh berbeda karena walau terpeleset di peringkat tiga pada jornada 18, Madrid tetap kompetitif dalam perolehan poin hingga mengakhiri musim sebagai kampiun. Sejak saat itu jika Los Blancos mencetak kurang dari 47 gol dalam 18 jornada, gelar juara La Liga dipastikan melayang dari genggaman mereka.
Kesimpulan prematurnya, kita sudah bisa menyingkirkan Madrid dari persaingan gelar La Liga musim ini. Satu fakta yang sungguh ironis, mengingat mereka punya penyerang sekelas Gareth Bale, Karim Benzema, dan salah satu bomber pembunuh terbaik sepanjang sejarah, Cristiano Ronaldo.
Melihat segala situasi yang tersaji, Madrid tampaknya benar-benar butuh penyegaran di lini depan dalam bentuk perekrutan bomber anyar. Jika tidak, mungkin saja musim ini berakhir dengan kekecewaan besar untuk seluruh Madridista.