Contact Form

 

Update Virus Corona di Dunia 20 April: 2,39 Juta Orang Terinfeksi, 618.880 Sembuh


KOMPAS.com - Angka kasus infeksi virus corona di dunia masih terus bertambah.

Perkembangan kasus baru, angka pasien sembuh, dan angka kematian masih terus mengalami perubahan.

Secara umum, sebagian besar negara di dunia telah melaporkan adanya kasus virus corona di wilayahnya.

Berdasarkan data hingga Senin (20/04/2020) pagi, jumlah kasus Covid-19 di dunia adalah sebanyak 2.394.291 orang terinfeksi (2,39 juta).

Dari jumlah tersebut, 164.938 orang dilaporkan meninggal dunia, dan 611.880 pasien telah dinyatakan sembuh.

Adapun kasus terbanyak masih dicatatkan oleh Amerika Serikat dengan jumlah kasus lebih dari 700.000, disusul Spanyol, Italia, dan Perancis yang mengalami penurunan jumlah kasus baru dalam beberapa hari terakhir.

Baca juga: Update Virus Corona di ASEAN: Singapura dan Indonesia Catatkan Kasus Tertinggi

Berikut adalah perkembangan terbaru dari kasus-kasus virus corona di beberapa negara di dunia:

ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA Seorang petugas Pos Pemantauan virus Covid-19 memeriksa suhu seorang jurnalis di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Rabu (4/3/2020). Pos pemantauan tersebut dibuka untuk masyarakat yang ingin berkonsultasi apabila mengalami gejala terjangkit virus Covid-19. Pada Minggu (19/4/2020), Pemerintah Indonesia mengumumkan tambahan 327 kasus baru dan 47 kasus kematian di Indonesia.

Jadi, total kasus Covid-19 yang telah dikonfirmasi di Indonesia menjadi sebanyak 6.575 kasus. Sementara, angka kematian yang terjadi adalah sebanyak 582 kasus.

Jumlah pasien sembuh juga mengalami penambahan sebanyak 55 kasus baru pada Minggu (19/4/2020) sehingga angka total pasien sembuh menjadi 686 orang.




Jakarta, CNBC Indonesia  - Bursa saham Asia ditutup bervariasi pada perdagangan Senin ini (20/4/2020) setelah sentimen positif bank sentral China (PBoC) yang memangkas suku bunga pinjaman satu tahun menjadi 3,85% dari 4,05% tidak mampu mengimbangi dampak pandemi virus corona (Covid-19). Sementara itu, PBoC juga memangkas suku bunga acuan untuk pinjaman 5 tahun menjadi 4,65% dari 4,75%. Ini menandai pemangkasan kedua untuk suku bunga dasar pinjaman China untuk tahun 2020.

Data perdagangan mencatat, bursa saham di China daratan ditutup menguat, di mana indeks Shanghai Composite naik 0,5% menjadi 2.852,55, sedangkan Shenzhen naik lebih dari 1% pada 1.767,86. Sementara pasar saham di Hong Kong yakni indeks Hang Seng turun 0,21% ke 24.330,02 pada penutupan perdagangan. Pasar saham Jepang berakhir di zona merah setelah data menunjukkan bahwa nilai ekspor bulan Maret Negeri Samurai merosot paling dalam sejak 4 tahun yang lalu. Ekspor Jepang turun hampir 12% di bulan Maret dari tahun sebelumnya, dengan pengiriman ke Amerika Serikat turun lebih dari 16%.

Indeks Nikkei 225 turun 228,14 poin atau 1,15% menjadi 19.669,12, sedangkan indeks Topix ambles 0,7% menjadi 1.432,41.

Saham-saham pendorong penurunan indeks Nikkei 225 di antaranya saham Chugai Pharmaceutical Co jatuh 3,9% jelang hasil laba yang akan dirilis Kamis, sementara saham Fanuc Corp turun 0,9% menjelang hasil rilis pendapatan pada Jumat nanti.

Dari kawasan Asia lainnya, bursa saham Korea Selatan, indeks Kospi di tutup anjlok 0,84% pada 1.898,36,  sedangkan indeks Straits Times Singapura anjlok 0,64% pada 2.597,85. Sementara pasar saham di Australia indeks acuan (benchmark) S&P/ASX 200 turun 134,5 poin atau 2,45% menjadi 5.353, terdorong oleh penurunan saham-saham sektor energi.

Saham Woodside Petroleum, Santos, Origin Energy dan Beach Energy kehilangan 4-5% karena harga minyak jatuh bebas, dengan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun di bawah US$ 15 per barel ke level terendah sejak 2001. Victor Shum dari IHS Markit mengatakan kepada CNBC Internasional dalam program "Street Signs" pada Senin bahwa ada "banyak tekanan di pasar minyak mentah, terutama pada perdagangan fisik di mana industri ini, 'berebut' setiap hari untuk menampung banyaknya minyak yang mengalir ke pasar dunia yang sebenarnya tidak bisa menggunakannya." "Kami skeptis terhadap pasar minyak meskipun anggota OPEC + telah sepakat untuk melakukan beberapa pemotongan [produksi], tetapi baru dimulai pada bulan Mei," kata Shum, Wakil Presiden konsultasi energi di IHS Markit.

Dari bursa saham Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun tidak mampu mempertahankan kinerja positif sesi I dan ditutup untuk koreksi 1,27% ke level 4.575,91, dengan catatan nilai transaksi sebesar Rp 5,31 triliun. Pelemahan bursa saham Asia juga merespons pernyataan dari Gubernur New York Andrew Cuomo yang mengumumkan pada hari Minggu bahwa jumlah korban tewas di Amerika Serikat akibat virus corona naik menjadi lebih dari 40.000, yang tertinggi di dunia. Melansir dari RTTNews.

Fokus pasar masih seputar pandemi virus corona yang terus diawasi secara ketat. Saat ini lebih dari 2,4 juta orang terpapar secara global dengan korban jiwa mencapai 165.000 orang lebih, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins.




Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) mengklasifikasikan model penularan virus Corona di Indonesia telah masuk tahapan penularan komunitas. Klasifikasi ini berarti Indonesia sudah mengalami penyebaran yang lebih besar dari penularan lokal atau community transmission . Pakar epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, menyampaikan dalam tahap penularan komunitas, pelacakan orang yang menjadi sumber penularan akan lebih rumit. Karena wabah COVID-19 ini meluas dan orang-orang yang sudah terinfeksi di tengah masyarakat sukar diidentifikasi. Apalagi orang yang terinfeksi Corona sekitar 76 persen terlihat sehat atau tidak bergejala. Lalu sekitar 11 persen hanya mengalami gejala ringan seperti flu atau batuk biasa. "Orang-orang ini membawa virus dan mampu menularkan. Ini yang berbahaya, karena orang ini tidak sadar bahwa dia membawa virus," ujar Pandu.

Akibatnya, akan banyak pasien yang positif menderita COVID-19 meski tidak bepergian ke negara yang terjangkit atau melakukan kontak dengan kasus lain yang terkonfirmasi. Mereka ini tidak tahu terinfeksi di mana dan dari siapa. Penularan virus antar-orang terjadi di tengah masyarakat tanpa klaster yang jelas. "Pelacakan kalau masih di awal pandemi sangat bermanfaat. Tapi sekarang karena levelnya saat ini, Indonesia masuk community transmission sudah hampir sulit diketahui siapa tertular dari siapa," ujar doktor epidemiologi dari University of California, Los Angeles, Amerika Serikat, itu dalam sebuah diskusi virtual, Minggu (19/4/2020). WHO menyebut cara penularan COVID-19 di Indonesia ialah community transmission . (Danu Damarjati/detikcom) Data Terkait Corona Diragukan, Ini Respons Pemerintah:




KOMPAS.com -  Perkembangan kondisi terkait pandemi virus corona masih terjadi. Dinamika penambahan jumlah kasus, kematian, maupun jumlah pasien sembuh terus berubah.

Hingga Minggu (19/4/2020) sore, jumlah kasus infeksi Covid-19 di dunia telah mencapai 2.341.066 (2,3 juta) kasus.

Dari jumlah tersebut, lebih dari 161.000 pasien meninggal dunia. Sementara itu, 599.979 pasien telah dinyatakan sembuh.

Virus ini hampir menjangkit seluruh negara di dunia, termasuk negara-negara anggota ASEAN.

Melansir  ASEAN Briefing,  Minggu (19/4/2020), berikut adalah perkembangan terbaru soal kondisi wabah virus corona di negara-negara ASEAN:

Baca juga: Pemerintah Tambah Reagen untuk Optimalkan Pemeriksaan Spesimen Covid-19

Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah kasus infeksi Covid-19 di Brunei Darussalam adalah 137 kasus.

Hingga kini, kasus kematian yang dicatatkan adalah satu kasus.

Sementara, jumlah pasien sembuh sebanyak 113 orang.

Kamboja telah melaporkan 122 kasus infeksi Covid-19 yang terjadi di wilayahnya.

Dari jumlah tersebut, 105 pasien telah dinyatakan sembuh. Kamboja belum mencatatkan adanya kasus kematian yang terjadi akibat virus corona di negaranya.

Baca juga: Dampak Pandemi Corona, Harga Pasar Mbappe Merosot Rp 671 Miliar

Hingga Minggu (19/4/2020), ada 327 kasus baru Covid-19 yang diumumkan pemerintah Indonesia. Dengan adanya kasus baru ini, jumlah total infeksi Covid-19 di negara ini telah mencapai 6.575 kasus.

Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara kedua di ASEAN yang memiliki kasus terbanyak virus corona setelah Singapura .

Hingga kini, ada 582 pasien yang telah meninggal. Sedangkan jumlah pasien sembuh adalah sebanyak 686.

Sejauh ini, Laos baru melaporkan 19 kasus virus corona yang terjadi di negaranya.

Dari kasus-kasus yang dilaporkan, 2 pasien telah dinyatakan sembuh. Sementara, Laos belum mengumumkan adanya pasien yang meninggal akibat infeksi Covid-19 ini.

Baca juga: 839 PNS Terdeteksi Covid-19, Ini Imbauan BKN

Malaysia melaporkan 5.389 kasus infeksi Covid-19 yang telah terjadi di negaranya. Angka tersebut merupakan akumulasi dari kasus yang telah dilaporkan sebelumnya dan 84 kasus baru yang diumumkan pada hari ini (19/4/2020).

Selain itu, ada satu kematian baru yang dilaporkan terjadi. Oleh karena itu, jumlah total pasien meninggal dunia adalah 89 orang.

Sedangkan jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh adalah sebanyak 3.197 orang.

Myanmar telah mencatatkan 107 kasus virus corona yang terjadi di wilayahnya.

Jumlah tersebut diperoleh setelah ada 9 kasus baru yang dikonfirmasi pada hari ini, Minggu (19/4/2020).

Sebanyak 5 orang telah dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi Covid-19 ini. Sementara itu, jumlah pasien sembuh berjumlah 5 orang.

Baca juga: Ini Imbauan PBNU soal Ibadah Ramadhan di Tengah Pandemi Corona

Filipina menjadi salah satu negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di antara negara-negara ASEAN lain setelah Singapura dan Indonesia.

Hari ini (19/4/2020), Filipina melaporkan adanya 172 kasus infeksi baru dan 12 kasus kematian baru yang terjadi di wilayahnya.

Jumlah total kasus virus corona di negara ini pun menjadi 6.259 kasus. Sedangkan jumlah kematian yang telah terjadi adalah 409 kasus.

Sementara itu, jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh adalah sebanyak 572 orang.

Hari ini, terdapat 596 kasus infeksi Covid-19 baru yang dilaporkan di Singapura. Di hari sebelumnya, Sabtu (18/4/2020), 942 kasus baru juga telah dilaporkan.

Jumlah kasus baru yang menunjukkan peningkatan tajam membuat Singapura menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak di antara negara-negara ASEAN lain.

Hingga Minggu (19/4/2020), jumlah total kasus virus corona di Singapura mencapai 6.588 kasus.

Dari jumlah tersebut, 11 orang meninggal dunia dan 740 pasien telah dinyatakan sembuh.

Baca juga: Mendadak Populer Disebut Sebagai Obat Corona, Apa Itu Daun Laban?

Thailand mencatatkan 32 kasus baru Covid-19 pada Minggu (19/4/2020). Oleh karena itu, jumlah total kasus virus corona di negara ini menjadi 2.765 kasus.

Sementara itu, terdapat  47 kasus kematian yang terjadi. Sedangkan 1.928 pasien telah dinyatakan sembuh.

Hingga kini, jumlah kasus virus corona yang telah dikonfirmasi di Thailand sebanyak 268 kasus.

Dari jumlah tersebut, 203 pasien telah dinyatakan sembuh. Hingga kini Vietnam belum melaporkan adanya pasien yang meninggal akibat Covid-19 ini.

Baca juga: Per 19 April, Jumlah PDP Covid-19 di Indonesia Capai 15.646 Orang




Jakarta - Kasus positif virus Corona (COVID-19) di Indonesia hingga hari ini mencapai 6.760, yang tersebar di 34 provinsi. Positif virus Corona terbanyak berada di DKI Jakarta dengan 3.097 kasus. "Secara detail kami tambahkan bahwa kasus positif yang kami dapatkan hari ini sebanyak 185 orang, sehingga total menjadi 6.760 orang," kata juru bicara pemerintah terkait penanganan wabah virus Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube BNPB, Senin (20/4/2020). Jumlah pasien yang sembuh dari Corona turut bertambah menjadi 747 orang. Sementara itu, jumlah pasien yang meninggal mencapai angka 590 orang.

"Pasien yang sudah sembuh bertambah 61 orang, sehingga jumlahnya menjadi 747 orang. Pasien yang meninggal sebanyak 8 orang, sehingga jumlahnya menjadi 590 orang," tutur Yurianto. Berikut ini rincian kasus positif yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia: 1. Aceh: 7 kasus positif 2. Bali: 140 kasus positif 3. Banten: 341 kasus positif 4. Bangka Belitung: 7 kasus positif 5. Bengkulu: 4 kasus positif 6. DI Yogyakarta: 69 kasus positif 7. DKI Jakarta: 3.097 kasus positif 8. Jambi: 8 kasus positif 9. Jawa Barat: 747 kasus positif 10. Jawa Tengah: 351 kasus positif 11. Jawa Timur: 590 kasus positif 12. Kalimantan Barat: 21 Kasus positif 13. Kalimantan Timur: 63 Kasus positif 14. Kalimantan Tengah: 60 Kasus positif 15. Kalimantan Selatan: 96 Kasus positif 16. Kalimantan Utara: 74 Kasus positif 17. Kepulauan Riau: 79 Kasus positif 18. Nusa Tenggara Barat: 72 kasus positif 19. Sumatera Selatan: 89 kasus positif 20. Sumatera Barat: 74 kasus positif 21. Sulawesi Utara: 20 kasus positif 22. Sumatera Utara: 84 kasus positif 23. Sulawesi Tenggara: 37 kasus positif 24. Sulawesi Selatan: 370 kasus positif 25. Sulawesi Tengah: 27 kasus positif 26. Lampung: 26 kasus positif 27. Riau: 34 kasus positif 28. Maluku Utara: 4 kasus positif 29. Maluku: 17 kasus positif 30. Papua Barat: 7 kasus positif 31. Papua: 107 kasus positif 32. Sulawesi Barat: 7 kasus positif 33. Nusa Tenggara Timur: 1 kasus positif 34. Gorontalo: 4 kasus positif Dalam Proses Verifikasi di Lapangan: 27 kasus Total: 6.760 kasus positif




Dunia melihat Amerika dan China saling berbantah-bantahan soal virus Corona. Hal ini pun termasuk soal siapa pasien pertama COVID-19, orang China atau Amerika?

Ilmu pengetahuan dan kesehatan ikut diseret dalam aksi saling tuduh antara China dan Amerika terkait biang keladi virus Corona. Salah satu cerita dalam aksi saling tuduh ini adalah soal patient zero. Ini adalah sebutan untuk orang yang pertama terkena sebuah penyakit.

Patient zero disebutkan adalah seorang warga negara China yang tinggal di Wuhan. Belakangan cerita ini digugat oleh pihak China dan disebutkan kalau patient zero adalah warga negara Amerika yang sedang ada di Wuhan.

Dihimpun detikInet dari berbagai sumber, Senin (20/4/2020) yuk kita lihat kedua versi cerita ini:

Versi patient zero adalah WN China

Versi pertama yang diberitakan secara internasional adalah patient zero merupakan WN China yang tinggal di Wuhan. Dia diberitakan sejumlah media internasional seperti The Wall Street Journal dan Mirror Inggris pada 30 Maret 2020.

Namanya adalah Wei Guixian, seorang pedagang udang di Huanan Seafood Market di Wuhan. Dia diberitakan mengalami flu pada 10 Desember 2019 dan dirawat di Wuhan Union Hospital sejak 16 Desember 2019. Namanya termasuk dalam 27 orang pertama yang positif COVID-19. Sementara WHO mencatat patient zero dari China dilaporkan tanggal 8 Desember 2019.

Namun tidak terlalu lama kemudian, informasi ini terbantahkan oleh pihak China. Dalam jurnal kedokteran The Lancet seperti dilihat detikINET, sekelompok ilmuwan China sudah melaporkan ada pasien virus Corona di Wuhan sejak 1 Desember 2019 dan tidak terkait Huanan Seafood Market.

Salah satu dari tim peneliti bernama Dokter Wu Wenjuan dari Jinyintan Hospital kepada BBC mengatakan patient zero adalah manula yang sakit Alzheimer dan tidak diungkap identitasnya. Pasien itu tinggal cukup jauh dari pasar seafood dan tidak keluar rumah.

Belakangan, data ini pun dibantah lagi. South China Morning Post memberitakan kalau data pemerintah China menunjukkan kalau patient zero adalah orang berusia 55 tahun dari Provinsi Hubei yang kena COVID-19 pada tanggal 17 November 2020. Artinya ini lebih awal lagi, namun tidak jelas pasien ini dari Provinsi Hubei sebelah mana, karena Wuhan juga ada di Hubei. Identitasnya pun tidak diungkap.


Virus Corona menyebar dengan begitu pesat. Kini total 2,4 juta orang terinfeksi virus tersebut dan 165 ribu orang meninggal dunia. Setelah lima bulan sejak merebaknya kasus ini di Wuhan, China pada Desember silam, ilmuwan masih berusaha keras menemukan fakta dan obat dari virus tersebut. Dikutip detikINET dari The Guardian , berikut ini adalah beberapa hal yang sejauh ini sudah diketahui oleh para ilmuwan: 1. Dari mana asalnya dan bagaimana bisa menginfeksi manusia? Kemungkinan dari mana asal muasal Sars-Cov-2 ini masih cukup jadi perdebatan, namun dugaan dari penularan dari kelelawar adalah yang paling banyak dipercaya. Virus ini dapat dengan cepat menyebar pada inang baru mereka termasuk hewan lainnya.

Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa virus Corona mulai menginfeksi manusia melalui spesies perantara, seperti trenggiling. Reseptor Ace-2 adalah yang 'membantu' virus Corona masuk ke dalam sel inangnya. "Virus ini mungkin melompat dari kelelawar ke hewan lain, dan bahwa hewan lain itu mungkin dekat manusia, kemungkinan dari pasar," kata virolog Profesor Edward Holmes dari Sydney University. Adapun penularan virus Corona, yang terjadi ketika tetesan air yang mengandung virus dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi dalam batuk atau bersin. 2. Mengapa virus Corona bisa membuat orang meninggal? Virus ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia, menimbulkan gejala yang ringan atau mungkin tanpa gejala apapun. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan masalah kesehatan serius. Ketika virus menginfeksi saluran respirasi dan paru-paru . Semakin banyak sel yang rusak dan paru-paru menjadi penuh dengan sel yang rusak. Dalam kasus ini, pasien akan memerlukan perawatan intensif. Dalam beberapa kasus, ini menyebabkan peradangan paru-paru. Ada kemungkinan, beberapa orang memiliki versi reseptor Ace-2 yang sedikit lebih rentan terhadap serangan dari virus Corona dibanding kebanyakan orang.




BANGLI , KOMPAS.com - Seorang perempuan sebagai tukang suwun atau buruh panggul di Pasar Kidul, Bangli , dinyatakan positif virus corona atau Covid-19. Belum diketahui pasien perempuan berusia 50 tahun tersebut tertular oleh siapa dan di mana. Hingga kini, Dinas Kesehatan Bangli masih melakukan penelusuran kontak terhadapnya. Selain itu, pasien tersebut tak ada riwayat bepergian jauh dan tidak ada anggota keluarganya yang pulang dari luar negeri.

Baca juga: Hasil Tes Pasien PDP Corona Ini Membingungkan, Dites 10 Kali Berubah-ubah Positif Negatif "Belum diketahui (tertular siapa). Masih melakukan penelusuran," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Bangli, I Wayan Dirgayusa, saat dihubungi, Senin (20/4/2020). Dirgayusa melanjutkan, awalnya perempuan tersebut mengeluh sakit flu dan memeriksakan diri di RSU Bangli. Kemudian, tim medis memutuskan untuk melakukan rapid test dan ternyata reaktif. Setelah itu, pasien diambil sampel swab dan dilakukan tes PCR di Laboratorium RSUP Sanglah Denpasar.

Hasilnya ternyata positif pada Sabtu (18/4/2020). Setelah diketahui positif, perempuan tersebut rencananya diisolasi di rumah sakit rujukan Covid-19.




JAKARTA, AYOBANDUNG.COM -- Virus corona penyebab Covid-19 yang bisa bertahan hidup di permukaan benda bisa membuat orang ketakutan, terutama ketika berpergian ke supermarket untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Banyak orang memilih menggunakan sarung tangan, mencuci tangan sebelum dan setelah masuk supermarket, hingga mencuci semua barang belanjaan sebelum menyimpannya. AYO BACA:   Apa yang Harus Disiapkan di Rumah Kalau Lockdown? AYO BACA:   Virus Corona Covid-19 Menyebar Lewat Makanan Kemasan, Benarkah? AYO BACA:   Jangan Taruh Makanan dan Ponsel di Bagasi Motor! Tak sedikit orang khawatir virus corona bisa bertahan hidup di kemasan makanan, termasuk buah, sayuran, dan produk siap saji.

Sejauh ini, belum ada penelitian yang membuktikan virus corona jenis baru ini bisa bertahan hidup di makanan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyarankan semua orang untuk cuci tangan pakai air dan sabun selama 20 detik sebelum makan. Namun, secara umum, SARS-CoV-2 tidak dianggap bisa bertahan hidup di makanan. "Secara umum, virus corona Covid-19 ini bisa bertahan hidup di permukaan. Tapi, kecil risikonya virus ini menular melalui produk makanan atau kemasan makanan," kata CDC dikutip dari Health. AYO BACA:   Cara Buat Masker Anticorona Murah dan Ramah Lingkungan ala Dokter Taiwan AYO BACA:  Cara Membuat Hand Sanitizer Sesuai Standar WHO untuk Cegah Corona AYO BACA:  Waspadai, Ini 5 Gejala Positif Corona Covid-19 yang Tidak Umum Meski begitu, WHO menyarankan untuk memisahkan produk makanan sesuai jenisnya, seperti memisahkan produk daging mentah dengan makanan lain yang mudah rusak dan mencegah bakteri daging menular ke makanan lainnya. Lalu, apakah mengolah atau memasak makanan bisa membunuh virus corona Covid-19? Para ahli berpendapat bahwa virus corona jenis baru bukanlah patogen bawaan makanan. Namun, ide yang baik bila Anda ingin memasak makanan dalam suhu yang tepat. Sheldon Campbell, ahli patologi Yale Medicine mengatakan, suhu dalam batas tertentu ketika mengolah makanan mungkin bisa mengurangi jumlah virus apapun yang menempel. AYO BACA:  LIPI Rilis Daftar Produk Rumah Tangga yang Bisa Dijadikan Disinfektan AYO BACA:  8 Cara Mencegah Virus Corona Covid-19 Saat Keluar Rumah AYO BACA:  Corona Masuk ke Indonesia, Ini Doa Agar Terhindar dari Penyakit Berbahaya Urvish Patel, penasihat medis untuk eMediHealth menjelaskan, umumnya banyak virus peka terhadap panas dan virus corona jenis baru ini bisa bertahan dalam periode yang singkat pada suhu dan tingkat kelembaban yang lebih tinggi. Akan tetapi, virus corona Covid-19 adalah jenis baru sehingga belum diketahui tingkat daya tahan hidupnya di lingkungan panas dan dingin. Menurut CDC, tingkat suhu yang tepat untuk memasak bisa mencegah pertumbuhan virus dan bakteri di makanan.

Berita ini merupakan hasil kerja sama antara Ayo Media Network dan    Suara.com .

Isi tulisan di luar tanggung jawab Ayo Media Network.




Poster kardus Presiden AS Donald Trump mengenakan masker tampak dalam unjuk rasa menentang perintah diam di rumah yang meliputi penutupan jalan dan pantai saat pandemi Covid-19 di Encinitas, California.

Masyarakat di sejumlah negara bagian Amerika Serikat turun ke jalan untuk menuntut para gubernur membuka kembali ekonomi yang terhenti karena pandemi virus corona. Unjuk rasa di negara bagian Arizona, Colorado, Montana, dan Washington diperkirakan bakal berlangsung pada hari Minggu (19/04) waktu setempat, menyusul aksi protes di enam negara bagian lain. Desakan untuk melonggarkan pembatasan kian nyaring, meskipun ada risiko kasus Covid-19 melonjak kembali karena pembukaan ekonomi yang terlalu awal. Presiden AS Donald Trump memberikan sinyal dukungan bagi para pengunjuk rasa. AS telah menjadi episenter krisis Covid-19, dengan lebih dari 735.000 kasus dan sekitar 40.000 kematian - namun telah muncul tanda-tanda bahwa negara tersebut sedang mencapai puncak wabah dan laju infeksi melambat di beberapa negara bagian. Para gubernur di sejumlah negara bagian mulai mendiskusikan rencana membuka kembali ekonomi di tengah tanda-tanda perlambatan, namun wilayah lain tetap dalam karantina ketat. Gubernur California Gavin Newsom menjadi gubernur pertama di AS yang mengeluarkan perintah diam di rumah untuk seluruh negara bagian, menutup wilayah terpadat di negara itu sejak 19 Maret. Negara-negara bagian tetangganya di pesisir barat, Washington dan Oregon, menyusul beberapa hari kemudian, mewajibkan total 11,5 juta warga untuk tetap di rumah sejak 23 Maret. Gubernur New York Andrew Cuomo pekan ini mengumumkan bahwa negara bagian itu akan memperpanjang kebijakan diam di rumah hingga 15 Mei. Berbicara dalam jumpa pers harian tentang virus corona pada hari Minggu, Cuomo mewanti-wanti warga - yang dilanda "demam kabin" dan berharap wilayah mereka segera dibuka kembali - agar berhati-hati. "Kami masih harus memastikan wabah ini tetap terkendali," kata Cuomo. "Meskipun kita semua sangat ingin melanjutkan hidup dan melangkah ke depan." "Ini baru pertengahan dari keseluruhan situasi." Presiden Trump, dari partai Republik, tampak mendukung aksi protes menentang kebijakan lockdown yang ketat, mengatakan pada hari Jumat bahwa aturan pembatasan di Minnesota, Michigan, dan Virginia "terlalu keras". Langkah-langkah ini dibutuhkan untuk menghentikan penyebaran virus.

Unjuk rasa menentang perintah tetap di rumah pecah pekan ini di Michigan.

Gubernur Washington Jay Inslee menyebut dukungan presiden terhadap para pengunjuk rasa "berbahaya", sama saja dengan mendorong "pembangkangan" pada undang-undang negara bagian. "Presiden Amerika sampai mendorong orang-orang untuk melanggar hukum, saya tidak ingat kita pernah melihat hal seperti itu selama saya di Amerika," ujarnya di ABC News pada Minggu (19/04). Nancy Pelosi, Ketua DPR dari partai Demokrat, menuding dukungan Trump terhadap para pengunjuk rasa sebagai "pengalihan perhatian". "Penerimaan presiden [atas protes] adalah pengalihan perhatian dari fakta ia belum cukup melakukan tes, perawatan, penelusuran kontak, dan karantina," katanya kepada ABC. Aksi protes yang disebut "Operation Gridlock", didukung oleh kelompok-kelompok berhaluan libertarian, diperkirakan menarik ratusan orang ke ibu kota negara bagian di di Denver, Colorado dan Phoenix, Arizona pada hari Minggu (20/04). Di Denver, para pengunjuk rasa turun ke jalan di ibu kota negara bagian untuk memprotes perintah penjarakan sosial dari otoritas setempat. Lusinan mobil mengitari ibu kota, lansir media lokal; sementara kira-kira 200 orang berkumpul di halaman rumah, mengacungkan papan dan bendera tanda protes. Pada hari Sabtu, para pengunjuk rasa sengaja membuat macet jalanan kota Annapolis, Maryland, membunyikan klakson mobil sebagai bentuk protes terhadap karantina. Lebih dari 200 orang berkumpul di luar kediaman gubernur Indiana, sedangkan sekitar 200 orang berkumpul di Austin, Texas.

Seorang pengunjuk rasa di Indiana mengacungkan papan bertulisan "beri aku kebebasan, atau beri aku Covid."

Unjuk rasa juga terjadi di Utah, negara bagian Washington, dan New York pada hari Sabtu. Aksi protes diperkirakan berlanjut pada hari Senin.

GEJALA dan PENANGANAN: Covid-19: Demam dan batuk kering terus menerus PETA dan INFOGRAFIS: Gambaran pasien yang terinfeksi, meninggal dan sembuh di Indonesia dan dunia VAKSIN: Seberapa cepat vaksin Covid-19 tersedia? IKUTI LAPORAN KHUSUS TERKAIT VIRUS CORONA



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply