KOMPAS.com - Angka kasus infeksi virus corona di dunia masih terus bertambah.
Perkembangan kasus baru, angka pasien sembuh, dan angka kematian masih terus mengalami perubahan.
Secara umum, sebagian besar negara di dunia telah melaporkan adanya kasus virus corona di wilayahnya.
Berdasarkan data hingga Senin (20/04/2020) pagi, jumlah kasus Covid-19 di dunia adalah sebanyak 2.394.291 orang terinfeksi (2,39 juta).
Dari jumlah tersebut, 164.938 orang dilaporkan meninggal dunia, dan 611.880 pasien telah dinyatakan sembuh.
Adapun kasus terbanyak masih dicatatkan oleh Amerika Serikat dengan jumlah kasus lebih dari 700.000, disusul Spanyol, Italia, dan Perancis yang mengalami penurunan jumlah kasus baru dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga: Update Virus Corona di ASEAN: Singapura dan Indonesia Catatkan Kasus Tertinggi
Berikut adalah perkembangan terbaru dari kasus-kasus virus corona di beberapa negara di dunia:
ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA Seorang petugas Pos Pemantauan virus Covid-19 memeriksa suhu seorang jurnalis di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Rabu (4/3/2020). Pos pemantauan tersebut dibuka untuk masyarakat yang ingin berkonsultasi apabila mengalami gejala terjangkit virus Covid-19. Pada Minggu (19/4/2020), Pemerintah Indonesia mengumumkan tambahan 327 kasus baru dan 47 kasus kematian di Indonesia.
Jadi, total kasus Covid-19 yang telah dikonfirmasi di Indonesia menjadi sebanyak 6.575 kasus. Sementara, angka kematian yang terjadi adalah sebanyak 582 kasus.
Jumlah pasien sembuh juga mengalami penambahan sebanyak 55 kasus baru pada Minggu (19/4/2020) sehingga angka total pasien sembuh menjadi 686 orang.
KOMPAS.com - Perkembangan kondisi terkait pandemi virus corona masih terjadi. Dinamika penambahan jumlah kasus, kematian, maupun jumlah pasien sembuh terus berubah.
Hingga Minggu (19/4/2020) sore, jumlah kasus infeksi Covid-19 di dunia telah mencapai 2.341.066 (2,3 juta) kasus.
Dari jumlah tersebut, lebih dari 161.000 pasien meninggal dunia. Sementara itu, 599.979 pasien telah dinyatakan sembuh.
Virus ini hampir menjangkit seluruh negara di dunia, termasuk negara-negara anggota ASEAN.
Melansir ASEAN Briefing, Minggu (19/4/2020), berikut adalah perkembangan terbaru soal kondisi wabah virus corona di negara-negara ASEAN:
Baca juga: Pemerintah Tambah Reagen untuk Optimalkan Pemeriksaan Spesimen Covid-19
Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah kasus infeksi Covid-19 di Brunei Darussalam adalah 137 kasus.
Hingga kini, kasus kematian yang dicatatkan adalah satu kasus.
Sementara, jumlah pasien sembuh sebanyak 113 orang.
Kamboja telah melaporkan 122 kasus infeksi Covid-19 yang terjadi di wilayahnya.
Dari jumlah tersebut, 105 pasien telah dinyatakan sembuh. Kamboja belum mencatatkan adanya kasus kematian yang terjadi akibat virus corona di negaranya.
Baca juga: Dampak Pandemi Corona, Harga Pasar Mbappe Merosot Rp 671 Miliar
Hingga Minggu (19/4/2020), ada 327 kasus baru Covid-19 yang diumumkan pemerintah Indonesia. Dengan adanya kasus baru ini, jumlah total infeksi Covid-19 di negara ini telah mencapai 6.575 kasus.
Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara kedua di ASEAN yang memiliki kasus terbanyak virus corona setelah Singapura .
Hingga kini, ada 582 pasien yang telah meninggal. Sedangkan jumlah pasien sembuh adalah sebanyak 686.
Sejauh ini, Laos baru melaporkan 19 kasus virus corona yang terjadi di negaranya.
Dari kasus-kasus yang dilaporkan, 2 pasien telah dinyatakan sembuh. Sementara, Laos belum mengumumkan adanya pasien yang meninggal akibat infeksi Covid-19 ini.
Baca juga: 839 PNS Terdeteksi Covid-19, Ini Imbauan BKN
Malaysia melaporkan 5.389 kasus infeksi Covid-19 yang telah terjadi di negaranya. Angka tersebut merupakan akumulasi dari kasus yang telah dilaporkan sebelumnya dan 84 kasus baru yang diumumkan pada hari ini (19/4/2020).
Selain itu, ada satu kematian baru yang dilaporkan terjadi. Oleh karena itu, jumlah total pasien meninggal dunia adalah 89 orang.
Sedangkan jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh adalah sebanyak 3.197 orang.
Myanmar telah mencatatkan 107 kasus virus corona yang terjadi di wilayahnya.
Jumlah tersebut diperoleh setelah ada 9 kasus baru yang dikonfirmasi pada hari ini, Minggu (19/4/2020).
Sebanyak 5 orang telah dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi Covid-19 ini. Sementara itu, jumlah pasien sembuh berjumlah 5 orang.
Baca juga: Ini Imbauan PBNU soal Ibadah Ramadhan di Tengah Pandemi Corona
Filipina menjadi salah satu negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di antara negara-negara ASEAN lain setelah Singapura dan Indonesia.
Hari ini (19/4/2020), Filipina melaporkan adanya 172 kasus infeksi baru dan 12 kasus kematian baru yang terjadi di wilayahnya.
Jumlah total kasus virus corona di negara ini pun menjadi 6.259 kasus. Sedangkan jumlah kematian yang telah terjadi adalah 409 kasus.
Sementara itu, jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh adalah sebanyak 572 orang.
Hari ini, terdapat 596 kasus infeksi Covid-19 baru yang dilaporkan di Singapura. Di hari sebelumnya, Sabtu (18/4/2020), 942 kasus baru juga telah dilaporkan.
Jumlah kasus baru yang menunjukkan peningkatan tajam membuat Singapura menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak di antara negara-negara ASEAN lain.
Hingga Minggu (19/4/2020), jumlah total kasus virus corona di Singapura mencapai 6.588 kasus.
Dari jumlah tersebut, 11 orang meninggal dunia dan 740 pasien telah dinyatakan sembuh.
Baca juga: Mendadak Populer Disebut Sebagai Obat Corona, Apa Itu Daun Laban?
Thailand mencatatkan 32 kasus baru Covid-19 pada Minggu (19/4/2020). Oleh karena itu, jumlah total kasus virus corona di negara ini menjadi 2.765 kasus.
Sementara itu, terdapat 47 kasus kematian yang terjadi. Sedangkan 1.928 pasien telah dinyatakan sembuh.
Hingga kini, jumlah kasus virus corona yang telah dikonfirmasi di Thailand sebanyak 268 kasus.
Dari jumlah tersebut, 203 pasien telah dinyatakan sembuh. Hingga kini Vietnam belum melaporkan adanya pasien yang meninggal akibat Covid-19 ini.
Baca juga: Per 19 April, Jumlah PDP Covid-19 di Indonesia Capai 15.646 Orang
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam penelitian terbarunya, para ilmuwan khawatir bahwa virus corona penyebabbisa membunuh sel-sel kekebalan tubuh yang seharusnya untuk membunuh virus.Penemuan dari peneliti Shanghai dan New York ini bersamaan dengan penemuan dokter bahwa covid-19 bisa menyerang sistem kekebalan manusia dan menyebabkan kerusakan yang serupa dengan yang ditemukan pasien HIV.Mengutip South China Morning Post , Lu Lu dari Universitas Fudan di Shanghai dan Jang Shibo dari New York Blood Centre mengungkapkan bahwa Sars-CoV-2 bergabung dengan jalur sel limfosit T yang ditumbuhkan di laboratorium.Limfosit T atau sel T memainkan peran sentral untuk mengidentifikasi dan menghilangkan benda asing dalam tubuh. Sel T akan menangkap sel yang terinfeksi virus, membuat lubang di membrannya dan menyuntikkan bahan kimia beracun dalam sel. Bahan kimia ini kemudian membunuh virus dan sel terinfeksi dan mengancurkannya berkeping-keping.Namun dalam kasus virus corona, sel T justru menjadi mangsa virus corona dalam percobaan mereka. Peneliti menemukan struktur unik dalam protein lonjakan virus corona tampaknya memicu perpaduan selubung virus dan membran sel ketika keduanya bersentuhan.Gen virus kemudian memasuki sel T dan 'menyanderanya', menonaktifkan fungsinya melindungi manusia.Para peneliti melakukan percobaan yang sama dengan sindrom pernafasan akut yang parah, atau Sars, coronavirus lain, dan menemukan bahwa virus Sars tidak memiliki kemampuan untuk menginfeksi sel T. Hal ini diduga karena kurangnya fungsi fusi membran. Sars, yang mewabah pada 2003, hanya dapat menginfeksi sel yang membawa protein reseptor spesifik yang dikenal sebagai ACE2, dan protein ini memiliki kehadiran yang sangat rendah dalam sel T.Penyelidikan lebih lanjut terhadap infeksi virus corona pada sel T primer akan membangkitkan "ide-ide baru tentang mekanisme patogenik dan intervensi terapeutik", kata para peneliti dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal peer-review Cellular & Molecular Immunology minggu ini.Seorang dokter yang bekerja di rumah sakit umum yang merawat pasien Covid-19 di Beijing mengatakan, penemuan itu menambahkan bukti lain pada kekhawatiran yang berkembang di kalangan medis bahwa coronavirus kadang-kadang bisa berperilaku seperti beberapa virus paling terkenal yang secara langsung menyerang sistem kekebalan manusia."Semakin banyak orang membandingkannya dengan HIV," kata dokter yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini.Pada bulan Februari, Chen Yongwen dan rekan-rekannya di Institute of Immunology PLA merilis laporan klinis yang memperingatkan bahwa jumlah sel T dapat turun secara signifikan pada pasien Covid-19, terutama ketika mereka berusia lanjut atau memerlukan perawatan di unit perawatan intensif. Semakin rendah jumlah sel T, semakin tinggi risiko kematian.Meski demikian, ada satu perbedaan utama antara virus corona penyebab Covid-19 dan HIV.HIV dapat bereplikasi dalam sel T dan mengubahnya menjadi pabrik untuk menghasilkan lebih banyak salinan untuk menginfeksi sel lain. Tetapi Lu dan Jiang tidak mengamati adanya pertumbuhan coronavirus setelah memasuki sel-T, menunjukkan bahwa virus dan sel-T mungkin akan mati bersama. Namun studi ini masih memunculkan beberapa pertanyaan baru lainnya.
Suara.com - Seorang ahli biologi untuk Survei Antartika Inggris (BAS) telah mengungkapkan tentang kehidupan di satu-satunya benua bebas Covid-19 di Bumi.
Ahli biologi kelautan Nadescha Zwerschke telah menghabiskan 16 bulan di Stasiun Penelitian Rothera untuk BAS, mempelajari dampak perubahan iklim pada sistem makanan laut.
Antartika saat ini merupakan satu-satunya benua yang lolos dari penyebaran virus corona yang mematikan dan skrining telah dilakukan sejak kedatangannya pada Februari lalu.
Beberapa negara memiliki stasiun penelitian di daratan luas yang terikat es yang akan memasuki bulan-bulan musim dingin yang ekstrem.
Rothera terletak di Semenanjung Antartika lebih dari 800 mil dari ujung Amerika Selatan dan kira-kira jaraknya sama dengan London seperti Perth, Australia.
Ilustrasi virus corona. [Pixabay]/emmagrau] Nadescha (34), mengatakan dia dan rekan-rekannya di pangkalan itu berkomunikasi tentang apa yang terjadi di tengah pandemi Covid-19, dari tempat mereka terisolasi.
"Peristiwa dunia tampak sangat nyata ketika Anda begitu jauh. Sebagian besar dari kami telah melakukan kontak sehari-hari dengan teman dan keluarga, dan BAS memberi kami informasi tentang apa yang terjadi. Kami juga memiliki akses ke internet dan media sosial, dan ada surat kabar harian dengan berita utama. Saat ini, tidak ada virus corona di Antartika, dan BAS memiliki sejumlah langkah pencegahan untuk menjaga Antartika dan stasiun-stasiunnya bebas dari virus," ujarnya dilansir laman Mirror , Senin (20/4/2020).
Skrining dimulai pada awal Februari, dia menambahkan bahwa dengan orang-orang yang datang ke Antartika diskrining dari gejala virus corona.
"Jika mereka menunjukkan gejala, mereka akan diminta untuk karantina selama 14 hari," terang Nadescha.
Dia mengatakan, penurunan global dalam CO2 yang disebabkan oleh respons kuncian terhadap virus dapat terlihat oleh para ilmuwan di masa depan yang mengukur inti es dari Antartika.
“Pengurangan CO2 dan gas rumah kaca lainnya terlalu baru dan terlalu singkat untuk menunjukkan dampak abadi pada kondisi iklim di Antartika. Tapi mungkin dalam 100 tahun para ilmuwan akan mengambil inti es di Antartika dan menemukan tingkat CO2 yang sangat rendah dalam es yang terbentuk selama tahun ini," jelasnya.
Pemandangan di Antartika. [Shutterstock] Nadescha mengatakan, bekerja di Antartika berarti dia dan rekan-rekannya harus beradaptasi jauh sebelum isolasi Covid-19.
“Isolasi di Antartika sedikit berbeda dengan isolasi saat ini di rumah. Meskipun kami terisolasi dari seluruh dunia, masih ada 23 orang di stasiun selama musim dingin dan saya cukup beruntung untuk menjadi bagian dari tim yang brilian, di mana semua orang bekerja dengan sangat baik dan menghabiskan banyak waktu bersama," ceritanya.
“Jadi jelas, ketika kami tidak bekerja, kami menemukan beberapa cara berbeda untuk menghabiskan waktu bersama, termasuk turnamen tenis meja untuk merayakan Wimbledon, dan kompetisi panah atas Skype dengan stasiun penelitian lainnya. Kami juga menyelenggarakan malam kasino dengan uang Monopoli yang menjadi cukup kompetitif," beber Nadescha.
Kuala Lumpur - Otoritas Malaysia melaporkan 84 kasus baru virus Corona (COVID-19) dalam sehari. Otoritas kesehatan Malaysia juga mengidentifikasi satu cluster baru penularan virus Corona yang melibatkan sekelompok mahasiswa yang baru saja kembali dari Indonesia. Seperti dilansir Channel News Asia dan The Star , Senin (20/4/2020), total kasus virus Corona di Malaysia hingga Minggu (19/4) waktu setempat dikonfirmasi mencapai 5.389 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 2.103 pasien masih menjalani perawatan medis, dengan 46 pasien masih dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU). Jumlah korban meninggal bertambah satu orang, yang merupakan pria Malaysia berusia 51 tahun dengan riwayat diabetes dan tekanan darah tinggi. Saat ini jumlah korban meninggal akibat virus Corona di Malaysia menjadi 89 orang. Ini berarti angka kematian di Malaysia mencapai 1,65 persen.
"Ada 95 pasien yang telah dipulangkan, menjadikan jumlah total kasus yang sembuh mencapai 3.197 orang," sebut Direktur Jenderal Kesehatan pada Kementerian Kesehatan Malaysia, Dr Noor Hisham Abdullah, dalam konferensi pers pada Minggu (19/4) sore waktu setempat. Dr Noor Hisham menyebut angka kesembuhan di Malaysia kini mencapai 59 persen dari total kasus. Simak juga video Positif Corona, 34 Mahasiswa Klaster Bethel Petamburan Dibawa ke RS:
up to date | unsplash.com/@brandenharvey
Dilansir dari Help Guide, penting sekali untuk tetap mendapatkan informasi yang up to date mengenai apa yang sedang terjadi di lingkungan komunitas atau lingkungan tempat tinggal. Namun, jika kamu benar-benar khawatir, sebaiknya tidak mencari dan membaca begitu banyak berita mengenai pandemi ini. Karena, terlalu banyak membaca atau menerima informasi mengenai virus ini bisa jadi akan meningkatkan rasa takutmu.
Fokus terhadap Apa yang Bisa Kamu Kontrol
Pandemi ini memang begitu mengkhawatirkan. Namun, jika terus-menerus ketakutan tanpa berbuat sesuatu yang lebih berguna untuk mencegahmu dan keluarga dari virus ini, rasa takut akan menjadi berlebihan.
Fokus saja dengan apa yang bisa kamu kontrol. Seperti mencuci tangan lebih sering menggunakan sabun dan air mengalir. Atau meningkatkan sistem imun tubuh.
Beijing - Direktur laboratorium berkeamanan maksimum di kota Wuhan, China menanggapi rumor yang beredar bahwa virus Corona mungkin berasal dari lab tersebut. Dia membantah keras rumor tersebut. Selama ini para ilmuwan China menyatakan bahwa virus Corona kemungkinan berasal dari kelelawar di pasar hewan liar di Wuhan. Namun keberadaan Institut Virologi Wuhan dengan laboratorium keselamatan biologi berkeamanan maksimum di Wuhan, memicu teori konspirasi bahwa virus Corona mungkin telah disintesis secara buatan di lab tersebut atau bocor dari salah satu labnya, khususnya laboratoum P4-nya yang dilengkapi untuk menangani virus-virus berbahaya.
Dalam wawancara dengan media pemerintah China, CGTN, Yuan Zhiming , direktur lab tersebut mengatakan seperti dilansir kantor berita AFP , Senin (20/4/2020), bahwa "tak mungkin virus ini berasal dari kami." Dikatakannya, tak ada stafnya yang terinfeksi virus tersebut. Sebelumnya pada Februari lalu, institut ini telah membantah rumor bahwa virus Corona yang mewabah saat ini berasal dari lab di Wuhan, kota di China yang menjadi tempat dimulainya pandemi COVID-19. Namun pekan ini, rumor tersebut kembali mencuat setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pemerintahannya tengah melakukan penyelidikan apakah benar virus Corona berasal dari lab di Wuhan tersebut. Update Kasus Corona di Indonesia: 6.575 Pasien Positif, 686 Sembuh:
Lebih dari 22 juta orang Amerika telah mengajukan tunjangan pengangguran dalam sebulan terakhir karena penutupan bisnis dan sekolah dan pembatasan perjalanan yang parah telah memukul ekonomi.
Para gubernur di negara bagian AS yang paling terpukul oleh Virus Corona baru kini tengah berdebat dengan Presiden Donald Trump atas klaimnya bahwa mereka memiliki cukup tes dan harus segera membuka kembali perekonomian mereka karena lebih banyak protes direncanakan atas perpanjangan aturan untuk tinggal di rumah.
Wilayah Maryland, Virginia dan Washington DC masih mengalami peningkatan kasus. New Jersey melaporkan pada hari Minggu bahwa kasus-kasus barunya naik hampir 3.900, terbesar dalam lebih dari dua minggu. Boston dan Chicago juga muncul sebagai hot spot dengan lonjakan kasus dan kematian baru-baru ini.
Beberapa negara bagian, termasuk Ohio, Texas dan Florida, mengatakan mereka bertujuan untuk membuka kembali bagian dari ekonomi mereka, mungkin pada 1 Mei atau bahkan lebih cepat, tetapi tampaknya tetap berhati-hati.
KOMPAS.com - Irlandia diklaim telah berhasil meratakan kurva virus corona .
Kurva digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan kasus corona dari masing-masing negara. Kondisi kurva yang rata artinya penyebaran corona berhasil ditekan.
Cara meratakan kurva adalah membuat seminimal mungkin orang terinfeksi agar rumah sakit dapat menampung mereka yang sakit.
Jadi orang yang terinfeksi tidak melebihi kapasitas rumah sakit.
Dilansir SCMP Sabtu (18/4/2020), Kepala Petugas Medis Irlandia Tony Holohan menyampaikan pemerintah mengklaim telah berhasil meratakan kurva.
"Kami pikir kami dapat menjaga dan menguranginya lebih jauh," katanya dalam program acara Late Late RTE pada Jumat (17/4/2020).
Irlandia merupakan negara di Eropa. Letaknya di barat laut Eropa. Menurut Ensiklopedia Britannica pada 2019 populasinya sebesar 4.939.000 jiwa.
Baca juga: Irlandia Laporkan Kasus Pertama, Daftar 25 Negara Eropa Terinfeksi Virus Corona
Hingga Jumat (17/4/2020), telah ada 530 kematian terkait virus corona atau Covid-19 di Irlandia. Sementara itu total kasus yang dikonfirmasi menurut departemen kesehatan setempat sebanyak 13.980 kasus.
Irlandia seperti negara lainnya telah bersiap menghadapi lonjakan kasus, dimana penularan akan memuncak dan rumah sakit kebanjiran pasien.
Tapi dari analisis Holohan, tingkat reproduksi virus sekarang di bawah 1. Artinya rata-rata seseorang yang terinfeksi menularkan virusnya ke kurang dari satu orang.
Selain itu, jumlah pasien di ruang perawatan ICU juga terus menurun.
Data menunjukkan Irlandia telah melewati gelombang pertama virus corona. Sehingga dapat meningkatkan harapan perekonomiannya dapat kembali dibuka.
Tapi Holohan tidak sependapat dengan itu. Dia tidak ingin terlalu terburu-buru dalam menyimpulkan dan salah mengambil langkah.
"Jika kita pindah ke situasi di mana kita mencabut pembatasan karena kita puas dengan rendahnya tingkat penyebaran di masyarakat saat ini, maka kita akan berada di posisi harus bertindak cepat saat ada peningkatan lagi," ujarnya dalam konferensi pers.
Baca juga: Conor McGregor Minta Militer Irlandia Bantu Atasi Virus Corona
Holohan mengatakan negaranya justru berencana untuk memperluas kapasitas pengujian atau tes virus corona menjadi 100.000 tes per minggu selama 10 hari ke depan.
Sehingga harapan pemerintah adalah mengambil sampel, melakukan pengujian, dan memberikan hasilnya kepada pasien secara real time.
Pihaknya menyebut, penghuni panti jompo menyumbang lebih dari setengah dari semua kematian di Irlandia. Hololan mengatakan ada cadangan untuk pengujian semacam itu.
Negara juga mempertimbangkan pemeriksaan yang lebih ketat di bandara untuk memastikan virus corona tidak menyebar di negara itu.
Menurut Holohan dilansir Irish Post (18/4/2020), kunci keberhasilannya adalah pada lockdown dan mematuhi jarak-jarak sosial.
Holohan juga mengatakan Irlandia menerapkan lockdown dan diberlakukan hingga 5 Mei 2020 mendatang.
Meski begitu, dia tidak bisa menjanjikan pada masyarakat kapan kehidupan normal akan kembali ke Irlandia, sampai virus corona benar-benar dapat dikendalikan.
Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)