Contact Form

 

Update Virus Corona 20 April: Total Kasus COVID19 di Dunia 2,4 Juta


KOMPAS.com - Angka kasus infeksi virus corona di dunia masih terus bertambah.

Perkembangan kasus baru, angka pasien sembuh, dan angka kematian masih terus mengalami perubahan.

Secara umum, sebagian besar negara di dunia telah melaporkan adanya kasus virus corona di wilayahnya.

Berdasarkan data hingga Senin (20/04/2020) pagi, jumlah kasus Covid-19 di dunia adalah sebanyak 2.394.291 orang terinfeksi (2,39 juta).

Dari jumlah tersebut, 164.938 orang dilaporkan meninggal dunia, dan 611.880 pasien telah dinyatakan sembuh.

Adapun kasus terbanyak masih dicatatkan oleh Amerika Serikat dengan jumlah kasus lebih dari 700.000, disusul Spanyol, Italia, dan Perancis yang mengalami penurunan jumlah kasus baru dalam beberapa hari terakhir.

Baca juga: Update Virus Corona di ASEAN: Singapura dan Indonesia Catatkan Kasus Tertinggi

Berikut adalah perkembangan terbaru dari kasus-kasus virus corona di beberapa negara di dunia:

ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA Seorang petugas Pos Pemantauan virus Covid-19 memeriksa suhu seorang jurnalis di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Rabu (4/3/2020). Pos pemantauan tersebut dibuka untuk masyarakat yang ingin berkonsultasi apabila mengalami gejala terjangkit virus Covid-19. Pada Minggu (19/4/2020), Pemerintah Indonesia mengumumkan tambahan 327 kasus baru dan 47 kasus kematian di Indonesia.

Jadi, total kasus Covid-19 yang telah dikonfirmasi di Indonesia menjadi sebanyak 6.575 kasus. Sementara, angka kematian yang terjadi adalah sebanyak 582 kasus.

Jumlah pasien sembuh juga mengalami penambahan sebanyak 55 kasus baru pada Minggu (19/4/2020) sehingga angka total pasien sembuh menjadi 686 orang.

Adapun kasus-kasus ini telah dikonfirmasi terjadi di seluruh provinsi yang berjumlah 34 di Indonesia.

Sementara itu, dana yang masuk, baik dari rekening dalam negeri, rekening luar negeri, maupun donasi untuk membantu penanganan Covid-19 di Indonesia ini sudah mencapai Rp 98,6 miliar.

Hingga kini, ada 25.887 relawan medis dan non medis yang tersebar di 26 provinsi untuk membantu penanganan wabah virus corona.

Baca juga: Ratusan WNA Jemaah Tabligh Akbar di Jakut Tertahan di Indonesia karena Tak Bisa Pulang

ARTUR RESZKO/EPA-EFE Petugas penjaga perbatasan Polandia-Belarusia di Kuznica Bialostocka, melakukan pemantauan suhu tubuh ke para pengendara yang melintas pada Rabu (11/3/2020). Polandia dilaporkan mengalami lonjakan kasus baru tertinggi dari sebelumnya pada Minggu (19/4/2020), dengan 545 infeksi baru.

Keterangan tersebut didasarkan pada data Kementerian Kesehatan Polandia, satu hari sebelum negara ini berencana melonggarkan beberapa aturan pembatasan yang diberlakukan.

Menurut laporan  Reuters,  Minggu (19/4/2020), peningkatan harian pada jumlah kasus baru cenderung stabil pada bulan April ini setelah adanya lonjakan pada Maret lalu dan penurunan kasus saat Paskah.

Pada Minggu (19/4/2020), total kasus infeksi Covid-19 yang telah dilaporkan di Polandia adalah sebanyak 9.287 kasus dengan 360 kematian.

Melansir  The Guardian , Senin (20/4/2020), juru bicara Kementerian Kesehatan mengatakan, lonjakan yang terjadi ini terkait dengan penemuan tiga wabah virus corona baru di seluruh negara itu, dua di rumah perawatan dan yang lainnya di rumah sakit.

Baca juga: Polandia dan Lithuania Jemput Ratusan Warganya di Bali

AFP/OZAN KOSE Petugas medis mengenakan pakaian pelindung mengawal perempuan yang diduga terinfeksi virus corona di Istanbul, Turki, pada 12 April 2020. Turki telah mengumumkan 127 kasus kematian baru akibat virus corona pada Minggu (19/4/2020).

Penambahan ini menjadikan jumlah total kasus kematian akibat Covid-19 yang terjadi di Turki menjadi sebanyak 2.017 kasus.

Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca mengunggah sebuah infografik yang menunjukkan adanya 3.977 kasus infeksi Covid-19 baru dalam 24 jam terakhir sehingga total kasus yang telah dikonfirmasi menjadi sebanyak 86.306.

Sementara itu, hampir 12.000 orang telah dinyatakan sembuh dari virus corona ini.

Tedbirlere gösterdi?imiz özen meyvelerini veriyor. Biz günlük test imkanlar?n? art?r?rken, sorumlu davran??lar?n?z da yeni vaka say?lar?n? azaltacak. Sa?l?k ordumuza ve sa?l?k sistemimizin gücüne güvenin. Tedbiri elden b?rakmay?n. https://t.co/RVlhe7786O pic.twitter.com/3pg0WRQuey

— Dr. Fahrettin Koca (@drfahrettinkoca) April 19, 2020

Sejauh ini, otoritas di Turki telah melakukan hampir 635.000 tes Covid-19.

Baca juga: Lockdown Virus Corona Berujung Kepanikan, Mendagri Turki Mundur

Infografik: 5 Gejala Ringan Terinfeksi Virus Corona yang Harus Diwaspadai




KOMPAS.com -  Perkembangan kondisi terkait pandemi virus corona masih terjadi. Dinamika penambahan jumlah kasus, kematian, maupun jumlah pasien sembuh terus berubah.

Hingga Minggu (19/4/2020) sore, jumlah kasus infeksi Covid-19 di dunia telah mencapai 2.341.066 (2,3 juta) kasus.

Dari jumlah tersebut, lebih dari 161.000 pasien meninggal dunia. Sementara itu, 599.979 pasien telah dinyatakan sembuh.

Virus ini hampir menjangkit seluruh negara di dunia, termasuk negara-negara anggota ASEAN.

Melansir  ASEAN Briefing,  Minggu (19/4/2020), berikut adalah perkembangan terbaru soal kondisi wabah virus corona di negara-negara ASEAN:

Baca juga: Pemerintah Tambah Reagen untuk Optimalkan Pemeriksaan Spesimen Covid-19

Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah kasus infeksi Covid-19 di Brunei Darussalam adalah 137 kasus.

Hingga kini, kasus kematian yang dicatatkan adalah satu kasus.

Sementara, jumlah pasien sembuh sebanyak 113 orang.

Kamboja telah melaporkan 122 kasus infeksi Covid-19 yang terjadi di wilayahnya.

Dari jumlah tersebut, 105 pasien telah dinyatakan sembuh. Kamboja belum mencatatkan adanya kasus kematian yang terjadi akibat virus corona di negaranya.

Baca juga: Dampak Pandemi Corona, Harga Pasar Mbappe Merosot Rp 671 Miliar

Hingga Minggu (19/4/2020), ada 327 kasus baru Covid-19 yang diumumkan pemerintah Indonesia. Dengan adanya kasus baru ini, jumlah total infeksi Covid-19 di negara ini telah mencapai 6.575 kasus.

Jumlah tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara kedua di ASEAN yang memiliki kasus terbanyak virus corona setelah Singapura .

Hingga kini, ada 582 pasien yang telah meninggal. Sedangkan jumlah pasien sembuh adalah sebanyak 686.

Sejauh ini, Laos baru melaporkan 19 kasus virus corona yang terjadi di negaranya.

Dari kasus-kasus yang dilaporkan, 2 pasien telah dinyatakan sembuh. Sementara, Laos belum mengumumkan adanya pasien yang meninggal akibat infeksi Covid-19 ini.

Baca juga: 839 PNS Terdeteksi Covid-19, Ini Imbauan BKN

Malaysia melaporkan 5.389 kasus infeksi Covid-19 yang telah terjadi di negaranya. Angka tersebut merupakan akumulasi dari kasus yang telah dilaporkan sebelumnya dan 84 kasus baru yang diumumkan pada hari ini (19/4/2020).

Selain itu, ada satu kematian baru yang dilaporkan terjadi. Oleh karena itu, jumlah total pasien meninggal dunia adalah 89 orang.

Sedangkan jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh adalah sebanyak 3.197 orang.

Myanmar telah mencatatkan 107 kasus virus corona yang terjadi di wilayahnya.

Jumlah tersebut diperoleh setelah ada 9 kasus baru yang dikonfirmasi pada hari ini, Minggu (19/4/2020).

Sebanyak 5 orang telah dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi Covid-19 ini. Sementara itu, jumlah pasien sembuh berjumlah 5 orang.

Baca juga: Ini Imbauan PBNU soal Ibadah Ramadhan di Tengah Pandemi Corona

Filipina menjadi salah satu negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di antara negara-negara ASEAN lain setelah Singapura dan Indonesia.

Hari ini (19/4/2020), Filipina melaporkan adanya 172 kasus infeksi baru dan 12 kasus kematian baru yang terjadi di wilayahnya.

Jumlah total kasus virus corona di negara ini pun menjadi 6.259 kasus. Sedangkan jumlah kematian yang telah terjadi adalah 409 kasus.

Sementara itu, jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh adalah sebanyak 572 orang.

Hari ini, terdapat 596 kasus infeksi Covid-19 baru yang dilaporkan di Singapura. Di hari sebelumnya, Sabtu (18/4/2020), 942 kasus baru juga telah dilaporkan.

Jumlah kasus baru yang menunjukkan peningkatan tajam membuat Singapura menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak di antara negara-negara ASEAN lain.

Hingga Minggu (19/4/2020), jumlah total kasus virus corona di Singapura mencapai 6.588 kasus.

Dari jumlah tersebut, 11 orang meninggal dunia dan 740 pasien telah dinyatakan sembuh.

Baca juga: Mendadak Populer Disebut Sebagai Obat Corona, Apa Itu Daun Laban?

Thailand mencatatkan 32 kasus baru Covid-19 pada Minggu (19/4/2020). Oleh karena itu, jumlah total kasus virus corona di negara ini menjadi 2.765 kasus.

Sementara itu, terdapat  47 kasus kematian yang terjadi. Sedangkan 1.928 pasien telah dinyatakan sembuh.

Hingga kini, jumlah kasus virus corona yang telah dikonfirmasi di Thailand sebanyak 268 kasus.

Dari jumlah tersebut, 203 pasien telah dinyatakan sembuh. Hingga kini Vietnam belum melaporkan adanya pasien yang meninggal akibat Covid-19 ini.

Baca juga: Per 19 April, Jumlah PDP Covid-19 di Indonesia Capai 15.646 Orang




tirto.id - Virus corona COVID-19 yang menyebar di seluruh dunia telah menyebabkan 2.403.963 orang terinfeksi hingga Senin (20/4/2020) pukul 10.40 WIB, menurut data Universitas Johns Hopkins . Dari jumlah tersebut, kasus terbanyak berada di Amerika Serikat (AS) dengan 759.467 orang terinfeksi virus. Presiden AS Donald Trump mengatakan pengujian awal pada coronavirus oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah "kacau", tetapi ia juga mengatakan hal-hal telah membaik. "CDC memiliki alat tes usang, tes lama, tes rusak dan berantakan," kata Trump pada konferensi pers di Gedung Putih pada hari Minggu Dia menanggapi pertanyaan tentang kegagalan dalam pengujian coronavirus di CDC. Beberapa pejabat kesehatan mengatakan kepada CNN.com akhir pekan ini bahwa kontaminasi dalam manufaktur di CDC menyebabkan penundaan selama berminggu-minggu yang memperlambat respons AS terhadap pandemi coronavirus. Masalahnya sebagian berasal dari CDC yang tidak mematuhi protokol sendiri, kata juru bicara Food and Drug Administration pada hari Sabtu. Tetapi banyak hal telah membaik, kata Trump. "(CDC) telah melakukan pekerjaan yang sangat baik, dan mereka telah melakukannya di bawah tekanan," katanya. "Mereka harus melakukan ini di bawah tekanan sehingga kami sangat bangga dengan pekerjaan yang telah mereka lakukan." Namun, tanpa melampirkan bukti, Trump menyalahkan administrasi sebelumnya atas kegagalan awal CDC selama pandemi. "Saya katakan kepada Anda bahwa kami mewarisi banyak sampah, kami ambil. Mereka memiliki tes yang tidak bagus, mereka memiliki semua hal yang tidak bagus," kata Trump. Dikutip dari CNN.com , Trump mengatakan ia berencana menggunakan Undang-Undang Pertahanan Produksi untuk membantu produksi swab test untuk pengujian virus corona COVID-19. Trump mengatakan bahwa AS masih ingin mengirim para penyelidik pergi ke Cina untuk menyelidiki penyebaran virus corona, meskipun ia mengatakan "kami sebenarnya tidak diundang." Presiden AS mengatakan, mereka yang memprotes tindakan sosial gubernur mereka adalah "orang-orang hebat," dan menambahkan "hidup mereka diambil dari mereka." Sementara itu, Presiden Brasil Bolsonaro bergabung dengan sebuah demonstrasi di Brasilia pada hari Minggu, di mana para pemrotes menyerukan diakhirinya tindakan karantina. Beberapa juga mendesak intervensi militer untuk menutup Kongres dan Mahkamah Agung, yang telah mendukung langkah-langkah isolasi sosial yang diberlakukan oleh gubernur. Di Australia, Menteri Luar Negeri Marise Payne menyerukan "tinjauan independen" tentang keadaan yang menyebabkan dimulainya pandemi virus corona dalam sebuah wawancara dengan televisi ABC pada hari Minggu, menambah tekanan yang meningkat pada Cina atas penanganannya terhadap virus. Masyarakat Inggris mulai menyerukan kritikan pada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang melewatkan lima pertemuan darurat pada tahap awal pandemi virus corona COVID-19, para pejabat mengakui pada hari Minggu. Pemerintah Inggris menghadapi rentetan kritik atas tanggapan Johnson yang dianggap kurang sigap terhadap penyebaran penyakit. Di sisi lain, sejumlah penyanyi termasuk Lady Gaga, Stevie Wonder dan the Rolling Stones ikut serta dalam pertunjukan delapan jam "One World: Together At Home," yang membantu mengumpulkan hampir $128 juta untuk Organisasi Kesehatan Dunia. Hasilnya akan diberikan kepada Covid-19 Solidarity Response Fund WHO.




Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)


Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam penelitian terbarunya, para ilmuwan khawatir bahwa virus corona penyebabbisa membunuh sel-sel kekebalan tubuh yang seharusnya untuk membunuh virus.Penemuan dari peneliti Shanghai dan New York ini bersamaan dengan penemuan dokter bahwa covid-19 bisa menyerang sistem kekebalan manusia dan menyebabkan kerusakan yang serupa dengan yang ditemukan pasien HIV.Mengutip South China Morning Post , Lu Lu dari Universitas Fudan di Shanghai dan Jang Shibo dari New York Blood Centre mengungkapkan bahwa Sars-CoV-2 bergabung dengan jalur sel limfosit T yang ditumbuhkan di laboratorium.Limfosit T atau sel T memainkan peran sentral untuk mengidentifikasi dan menghilangkan benda asing dalam tubuh. Sel T akan menangkap sel yang terinfeksi virus, membuat lubang di membrannya dan menyuntikkan bahan kimia beracun dalam sel. Bahan kimia ini kemudian membunuh virus dan sel terinfeksi dan mengancurkannya berkeping-keping.Namun dalam kasus virus corona, sel T justru menjadi mangsa virus corona dalam percobaan mereka. Peneliti menemukan struktur unik dalam protein lonjakan virus corona tampaknya memicu perpaduan selubung virus dan membran sel ketika keduanya bersentuhan.Gen virus kemudian memasuki sel T dan 'menyanderanya', menonaktifkan fungsinya melindungi manusia.Para peneliti melakukan percobaan yang sama dengan sindrom pernafasan akut yang parah, atau Sars, coronavirus lain, dan menemukan bahwa virus Sars tidak memiliki kemampuan untuk menginfeksi sel T. Hal ini diduga karena kurangnya fungsi fusi membran. Sars, yang mewabah pada 2003, hanya dapat menginfeksi sel yang membawa protein reseptor spesifik yang dikenal sebagai ACE2, dan protein ini memiliki kehadiran yang sangat rendah dalam sel T.Penyelidikan lebih lanjut terhadap infeksi virus corona pada sel T primer akan membangkitkan "ide-ide baru tentang mekanisme patogenik dan intervensi terapeutik", kata para peneliti dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal peer-review Cellular & Molecular Immunology minggu ini.Seorang dokter yang bekerja di rumah sakit umum yang merawat pasien Covid-19 di Beijing mengatakan, penemuan itu menambahkan bukti lain pada kekhawatiran yang berkembang di kalangan medis bahwa coronavirus kadang-kadang bisa berperilaku seperti beberapa virus paling terkenal yang secara langsung menyerang sistem kekebalan manusia."Semakin banyak orang membandingkannya dengan HIV," kata dokter yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini.Pada bulan Februari, Chen Yongwen dan rekan-rekannya di Institute of Immunology PLA merilis laporan klinis yang memperingatkan bahwa jumlah sel T dapat turun secara signifikan pada pasien Covid-19, terutama ketika mereka berusia lanjut atau memerlukan perawatan di unit perawatan intensif. Semakin rendah jumlah sel T, semakin tinggi risiko kematian.Meski demikian, ada satu perbedaan utama antara virus corona penyebab Covid-19 dan HIV.HIV dapat bereplikasi dalam sel T dan mengubahnya menjadi pabrik untuk menghasilkan lebih banyak salinan untuk menginfeksi sel lain. Tetapi Lu dan Jiang tidak mengamati adanya pertumbuhan coronavirus setelah memasuki sel-T, menunjukkan bahwa virus dan sel-T mungkin akan mati bersama. Namun studi ini masih memunculkan beberapa pertanyaan baru lainnya.


Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang dokter di Australia , Andy Tagg mengeluarkan pernyataan kontroversial. Tagg menyebut penularan  virus corona jenis baru dapat terjadi melalui kentut. Benarkah virus corona dapat menular melalui kentut? Tagg mengklaim virus corona yang bernama SARS-CoV-2 bisa menular melalui kentut setelah melakukan serangkaian tes pada pasien positif infeksi virus corona (Covid-19).

Berdasarkan temuan Tagg, 55 persen pasien Covid-19 memiliki virus corona pada feses atau buang air besar mereka. Kentut yang keluar melalui saluran BAB itu disebut juga mengandung kotoran yang dapat menyebarkan bakteri dan virus. "Ya, SARS-CoV-2 dapat dideteksi dalam feses dan telah terdeteksi pada individu tanpa gejala hingga 17 hari pasca-paparan. Mungkin SARS-CoV-2 dapat disebarkan melalui kentut, kita membutuhkan lebih banyak bukti," kata Tagg. Namun, pernyataan Tagg itu ditentang sejumlah ahli. Menurut Direktur Klinis Patientaccess.com dokter Sarah Jarvis, sangat kecil kemungkinan seseorang akan tertular virus corona dari seseorang yang kentut. "Kemungkinan seseorang tertular virus karena mereka dekat dengan seseorang yang kentut, sangat kecil. Anda jauh lebih mungkin untuk tertular melalui kontak dekat dengan seseorang yang batuk atau bersin, atau dengan menyentuh droplet di tanganmu ketika kamu menyentuh benda," kata Jarvis, dikutip dari The Sun . Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya Dokter Norman Swan juga mengatakan tak perlu khawatir pada kentut karena terhalangi oleh celana. "Kita selalu memakai masker (celana) yang menutup kentut kita setiap saat," kata Swan dalam podcast Coronacast di ABC . Pusat pengendalian dan Pencegahan Penyakit China juga mengatakan celana merupakan penghalang kentut yang mungkin membawa virus. Walaupun, kentut memiliki kemungkinan yang kecil untuk dapat membawa virus corona. [Gambas:Video CNN] Kesangsian serupa diungkapkan ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif. Ia mengatakan, virus corona memang boleh jadi ditemukan di feses orang yang positif terinfeksi Covid-19. Hanya saja bagi dia, hipotesis yang muncul berupa penularan virus corona bisa terjadi melalui kentut itu tidak masuk akal. "Omong kosong itu. Itu nggak benar, dan nggak masuk akal," ucap Syahrizal kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon. "Bahwa bisa jadi kita menemukan bahwa virus itu di feses, kalau itu sih saya merasa masih bisa. SARS juga waktu itu kita temukan di feses orang yang positif. Sampai di situ kita bisa terima, tapi bahwa ditarik kesimpulan lalu dibuat hipotesis baru bahwa ketut bisa [menularkan], itu sih saya juga nggak yakin bagaimana caranya membuktikan asumsi itu," jelas Syahrizal yang juga ahli kesehatan masyarakat tersebut. Ia juga meragukan, asumsi itu bisa dibuktikan secara ilmiah melalui metode penelitian. "Mau dari sisi prosesnya atau lainnya, itu tidak masuk akal. Sama tidak masuk akalnya ketika ada pernyataan bahwa virus bisa menular dari asap rokok orang yang terinfeksi, ini juga nggak ada dasar ilmiahnya," pungkas dia. (ptj/NMA)




Suara.com - Seorang ahli biologi untuk Survei Antartika Inggris (BAS) telah mengungkapkan tentang kehidupan di satu-satunya benua bebas Covid-19 di Bumi.

Ahli biologi kelautan Nadescha Zwerschke telah menghabiskan 16 bulan di Stasiun Penelitian Rothera untuk BAS, mempelajari dampak perubahan iklim pada sistem makanan laut.

Antartika saat ini merupakan satu-satunya benua yang lolos dari penyebaran virus corona yang mematikan dan skrining telah dilakukan sejak kedatangannya pada Februari lalu.

Beberapa negara memiliki stasiun penelitian di daratan luas yang terikat es yang akan memasuki bulan-bulan musim dingin yang ekstrem.

Rothera terletak di Semenanjung Antartika lebih dari 800 mil dari ujung Amerika Selatan dan kira-kira jaraknya sama dengan London seperti Perth, Australia.

Ilustrasi virus corona. [Pixabay]/emmagrau] Nadescha (34), mengatakan dia dan rekan-rekannya di pangkalan itu berkomunikasi tentang apa yang terjadi di tengah pandemi Covid-19, dari tempat mereka terisolasi.

"Peristiwa dunia tampak sangat nyata ketika Anda begitu jauh. Sebagian besar dari kami telah melakukan kontak sehari-hari dengan teman dan keluarga, dan BAS memberi kami informasi tentang apa yang terjadi. Kami juga memiliki akses ke internet dan media sosial, dan ada surat kabar harian dengan berita utama. Saat ini, tidak ada virus corona di Antartika, dan BAS memiliki sejumlah langkah pencegahan untuk menjaga Antartika dan stasiun-stasiunnya bebas dari virus," ujarnya dilansir laman Mirror , Senin (20/4/2020).

Skrining dimulai pada awal Februari, dia menambahkan bahwa dengan orang-orang yang datang ke Antartika diskrining dari gejala virus corona.

"Jika mereka menunjukkan gejala, mereka akan diminta untuk karantina selama 14 hari," terang Nadescha.

Dia mengatakan, penurunan global dalam CO2 yang disebabkan oleh respons kuncian terhadap virus dapat terlihat oleh para ilmuwan di masa depan yang mengukur inti es dari Antartika.

“Pengurangan CO2 dan gas rumah kaca lainnya terlalu baru dan terlalu singkat untuk menunjukkan dampak abadi pada kondisi iklim di Antartika. Tapi mungkin dalam 100 tahun para ilmuwan akan mengambil inti es di Antartika dan menemukan tingkat CO2 yang sangat rendah dalam es yang terbentuk selama tahun ini," jelasnya.

Pemandangan di Antartika. [Shutterstock] Nadescha mengatakan, bekerja di Antartika berarti dia dan rekan-rekannya harus beradaptasi jauh sebelum isolasi Covid-19.

“Isolasi di Antartika sedikit berbeda dengan isolasi saat ini di rumah. Meskipun kami terisolasi dari seluruh dunia, masih ada 23 orang di stasiun selama musim dingin dan saya cukup beruntung untuk menjadi bagian dari tim yang brilian, di mana semua orang bekerja dengan sangat baik dan menghabiskan banyak waktu bersama," ceritanya.

“Jadi jelas, ketika kami tidak bekerja, kami menemukan beberapa cara berbeda untuk menghabiskan waktu bersama, termasuk turnamen tenis meja untuk merayakan Wimbledon, dan kompetisi panah atas Skype dengan stasiun penelitian lainnya. Kami juga menyelenggarakan malam kasino dengan uang Monopoli yang menjadi cukup kompetitif," beber Nadescha.




JAKARTA, AYOBANDUNG.COM -- Virus corona dapat bertahan di testis. Hal ini membuat laki-laki lebih rentan terhadap virus tersebut daripada perempuan. Laporan tersebut disampaikan oleh ahli ongkologi di India. Melansir dari New York Post, para peneliti melacak pemulihan 68 pasien di Mumbai, India untuk mempelajari risiko virus corona pada perbedaan gender. Pada laporan awal yang diunggah di MedRxix, menyatakan bahwa virus corona lebih berisiko buruk terhadap laki-laki. Dr. Aditi Shastri, seorang ahli onkologi di Montefiore Medical Center di Bronx dan ibunya, Dr. Jayanthi Shastri seorang ahli mikrobiologi di Rumah Sakit Kasturba untuk Penyakit Menular di Mumbai, mengatakan bahwa virus corona menempel pada protein yang berada di testis. AYO BACA : Kiat Jaga Kesehatan Mental Anak Selama Pandemik Protein ini dikenal sebagai enzim pengonversi angiotensin 2 atau ACE2 di mana terdapat di paru-paru, saluran pencernaan, dan jantung. Namun, sebagian besar juga terdapat di testis. Menurut hasil penelitian tersebut, testis terhalang dari sistem kekebalan tubuh sehingga virus dapat bertahan di sana untuk waktu yang lebih lama daripada di bagian tubuh lain. Dr. Aditi Shastri dan Dr. Jayanthi Shastri menyatakan, temuan mereka dapat menjelaskan mengapa wanita sembuh lebih awal daripada laki-laki. Pasien laki-laki rata-rata minimal sembuh dua hari lebih lama daripada perempuan. AYO BACA : 2 Penyebab Utama Tenaga Medis Tertular Covid-19 "Pengamatan ini menunjukkan bahwa testis telah menunda pembersihan virus," kata para penulis dalam penelitian tersebut. Mereka juga menambahkan bahwa testis bisa jadi penampung virus corona pada laki-laki. Studi ini dapat menawarkan penjelasan untuk laporan dari China, Italia, Korea Selatan, dan New York terkait data bahwa pria meninggal pada tingkat yang lebih tinggi dari virus. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan, pria lebih rentan karena mereka lebih cenderung merokok, memiliki tekanan darah tinggi, hingga menderita penyakit arteri koroner. AYO BACA : 5 Kesalahan Saat Memakai Masker

Berita ini merupakan hasil kerja sama antara Ayo Media Network dan    Suara.com .

Isi tulisan di luar tanggung jawab Ayo Media Network.




up to date | unsplash.com/@brandenharvey

Dilansir dari Help Guide, penting sekali untuk tetap mendapatkan informasi yang up to date mengenai apa yang sedang terjadi di lingkungan komunitas atau lingkungan tempat tinggal. Namun, jika kamu benar-benar khawatir, sebaiknya tidak mencari dan membaca begitu banyak berita mengenai pandemi ini. Karena, terlalu banyak membaca atau menerima informasi mengenai virus ini bisa jadi akan meningkatkan rasa takutmu.

Fokus terhadap Apa yang Bisa Kamu Kontrol

Pandemi ini memang begitu mengkhawatirkan. Namun, jika terus-menerus ketakutan tanpa berbuat sesuatu yang lebih berguna untuk mencegahmu dan keluarga dari virus ini, rasa takut akan menjadi berlebihan.

Fokus saja dengan apa yang bisa kamu kontrol. Seperti mencuci tangan lebih sering menggunakan sabun dan air mengalir. Atau meningkatkan sistem imun tubuh.


Kuala Lumpur - Otoritas Malaysia melaporkan 84 kasus baru virus Corona (COVID-19) dalam sehari. Otoritas kesehatan Malaysia juga mengidentifikasi satu cluster baru penularan virus Corona yang melibatkan sekelompok mahasiswa yang baru saja kembali dari Indonesia. Seperti dilansir Channel News Asia dan The Star , Senin (20/4/2020), total kasus virus Corona di Malaysia hingga Minggu (19/4) waktu setempat dikonfirmasi mencapai 5.389 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 2.103 pasien masih menjalani perawatan medis, dengan 46 pasien masih dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU). Jumlah korban meninggal bertambah satu orang, yang merupakan pria Malaysia berusia 51 tahun dengan riwayat diabetes dan tekanan darah tinggi. Saat ini jumlah korban meninggal akibat virus Corona di Malaysia menjadi 89 orang. Ini berarti angka kematian di Malaysia mencapai 1,65 persen.

"Ada 95 pasien yang telah dipulangkan, menjadikan jumlah total kasus yang sembuh mencapai 3.197 orang," sebut Direktur Jenderal Kesehatan pada Kementerian Kesehatan Malaysia, Dr Noor Hisham Abdullah, dalam konferensi pers pada Minggu (19/4) sore waktu setempat. Dr Noor Hisham menyebut angka kesembuhan di Malaysia kini mencapai 59 persen dari total kasus. Simak juga video Positif Corona, 34 Mahasiswa Klaster Bethel Petamburan Dibawa ke RS:



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply