REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Bumi ke-50 yang jatuh pada Rabu, 22 April 2020 akan dirayakan secara besar-besaran melibatkan pemimpin dunia, musisi, aktor, hingga aktivis yang bergabung secara digital di tengah pandemi Covid-29.
“Kita menemukan diri kita sendiri hari ini di dunia yang menghadapi ancaman global membutuhkan respons kompak global. Untuk Hari Bumi 2020, kami akan membangun sebuah generasi baru aktivis-aktivis lingkungan, melibatkan jutaan masyarakat seluruh dunia,” kata Earth Day Network President Kathleen Rogers dalam situs resmi earthday.org diakses dari Jakarta, Selasa (21/4).
Perayaan Hari Bumi ke-50 secara digital selama 24 jam nonstop akan diisi oleh pesan-pesan, pertunjukkan dan ajakan kuat untuk beraksi mengatasi perubahan iklim di situs resmi Earth Day Network dan media sosial Twitter. Semakin mendekati puncak perayaan Hari Bumi 2020, panitia merasa kualahan menerima antusiasme berbagai komunitas global untuk dapat mencurahkan pesan dan menunjukkan komitmen mereka terhadap Planet Bumi.
“Terlepas dari keberhasilan luar biasa dan puluhan tahun kemajuan lingkungan, kita mendapati diri kita menghadapi tantangan lingkungan global yang bahkan lebih mengerikan, hampir eksistensial, dari hilangnya keanekaragaman hayati hingga perubahan iklim hingga polusi plastik, yang membutuhkan aksi di semua tingkat pemerintahan,” Kata Denis Hayes, penyelenggara Hari Bumi pertama pada tahun 1970 dan Ketua Dewan Jaringan Hari Bumi Emeritus.
Hari Bumi pertama diperingati pada 22 April 1970 dengan memobilisasi jutaan warga Amerika Serikat (AS) untuk melindungi Planet Bumi. Saat itu sekitar 20 juta orang Amerika atau sekitar 10 persen dari populasi AS turun ke jalan, pihak kampus dan ratusan kota ikut memprotes pengabaian lingkungan dan menuntut langkah maju baru bagi Planet Bumi.
Perayaan Hari Bumi saat itu menjadi tonggak berlakunya undang-undang lingkungan hidup di Amerika Serikat, termasuk udara bersih, air bersih dan penyelamatan keanekaragaman hayati terancam punah. Banyak negara segera mengadopsi undang-undang serupa.
PBB juga memilih Hari Bumi, 22 April 2016, sebagai hari penandatanganan Kesepakatan Paris atau Paris Agreement guna mengatasi pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim. Sekitar 50 anak muda dari 16 negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara, yakni Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Maldives, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Thailand, Timor-Leste and Vietnam, akan menunjukkan apa yang telah mereka lakukan untuk lingkungan.
Termasuk di antaranya melindungi keanekaragaman hayati, menaikkan tutupan hijau, membantu manajemen sampah, bergerak untuk zero waste, melindungi Sumber Daya Alam yang berharga dan mendidik mereka yang kurang beruntung.
Bisnis.com , JAKARTA - Google Rayakan Hari Bumi atau earth day 2020 dengan membentuk doodle lebah interaktif. Dalam laman perusahaan disebutkan, Google Doodle Earth Day 2020 merupakan hasil kolaborasi dengan The Honeybee Conservancy. Pengguna internet dapat memandu lebah Google Doodle untuk menyerbuki bunga sambil mempelajari berbagai ragam kekayaan hayati bumi dan peran lebah untuk memeliharanya. Guillermo Fernandez, Pendiri dan Direktur Eksekutif The Honeybee Conservancy menyebutkan latar belakang dirinya yang hidup di daerah miskin kota dan sulit mendapat makanan segar menjadi alasan paling kuat mengingatkan semua orang untuk menjaga lingkungan. “Mencari buah atau sayuran segar hampir mustahil: supermarket terdekat kebanyakan menyediakan makanan olahan, dan restoran lokal kami adalah jaringan makanan cepat saji. Tidak ada pohon atau taman yang terlihat; satu-satunya taman penuh beton,” katanya seperti di lansir dalam laman Google Doodle, Rabu (22/4/2020). Dia menilai tindakan yang tidak bersahabat dengan alam memakan korban yang besar di tengah masyarakat. Mulai dari masalah kesehatan yang merajalela seperti obesitas, diabetes, dan asma hingga gizi buruk dan lingkungan yang rusak. Menurutnya, untuk mendukung penyelamatan bumi maka lebah memainkan kunci karena lebah menyerbuki 1 dari 3 gigitan makanan yang kita makan. Keberadan lebah juga menunjukan bahwa lingkungan sekitar dalam kondisi aman. “Ada 20.000 spesies lebah di seluruh dunia yang melakukan pekerjaan penting ini. Di Amerika Utara, ribuan jenis spesies lebah asli Amerika terancam punah. Pada skala yang lebih besar, kelangsungan hidup dunia tergantung pada mereka,” katanya. The Honeybee Conservancy, katanya, juga menggerakan untuk memberdayakan masyarakat yang kurang terlayani dan membangun ruang hijau. “Program unggulan kami, Sponsor-a-Hive memberikan sarang lebah dan rumah lebah asli ke organisasi mulai dari kebun hingga sekolah. Dengan mengurangi hambatan keuangan dan pendidikan. Menjaga sarang lebah madu adalah investasi mahal yang membutuhkan pelatihan. Ini pada gilirannya menghasilkan makanan, memperbaiki lingkungan, dan menyatukan orang [dalam tim untuk memelihara lingkungan asri],” katanya. Guillermo menyebutkan proyek Google Doodle spesial Hari Bumi 2020 ini pesan utama yang disampaikan adalah mengingatkan manusia tentang bagaimana tindakan kecil yang dilakukan oleh individu akan menghasilkan dampak besar jika dilakukan bersama-sama. “Donasikan waktu atau dana kepada kelompok lingkungan setempat. Lebah adalah bagian dari ekosistem yang kompleks, dan kontribusi kepada organisasi yang mendukung upaya konservasi apa pun akan membantu memperkuat lingkungan,” katanya. Bisnis Indonesia bersama 3 media menggalang dana untuk membantu tenaga medis dan warga terdampak virus corona yang disalurkan melalui Yayasan Lumbung Pangan Indonesia (Rekening BNI: 200-5202-055). Ayo, ikut membantu donasi sekarang! Klik Di Sini untuk info lebih lengkapnya.
Sejak Virus Corona COVID-19 merebak, lingkungan hidup mendapat dampak positif. Di internet, beredar foto-foto sungai Venesia yang makin jernih setelah Italia lockdown, kualitas udara di China juga sempat terpantau membaik.
Organisasi lingkungan internasional Greenpeace menyebut COVID-19 memberi dampak negatif kepada perdagangan dan ekonomi. Alhasil, kegiatan industri tertahan, lalu polusi industri berkurang, dan kualitas lingkungan hidup meningkat.
"Krisis COVID-19 ini telah berimplikasi terhadap perlambatan dalam perdagangan dan kegiatan ekonomi secara global, seperti yang disaksikan di China, Amerika dan beberapa negara kota di Eropa," ujar Forest Campaigner Team Leader dari Greenpeace Indonesia, Arie Rompas kepada Liputan6.com pada awal April.
Meningkatnya kualitas lingkungan setelah aktivitas industri terhenti akibat lockdown turut membuktikan bahwa manusia dan ekonomi punya andil dalam penyebaran polusi.
"Polusi udara yang hilang, sungai-sungai yang menjadi bersih, adalah bukti bahwa kerusakan lingkungan berasal dari aktivitas ekonomi manusia," lanjut Arie.
Greenpeace menyebut Indonesia belum mengalami hal serupa. Indonesia juga tidak menjalani lockdown, hanya pembatasan sosial.
Selain itu, Greenpeace memantau masih ada perusahaan yang melakukan pembukaan lahan hutan di Kalimantan dan Papua. Kebijakan pembatasan sosial pemerintah juga dinilai belum memberi efek pada lingkungan.
"Status pembatasan sosial skala luas yang baru saja di umumkan oleh pemeritah belum maskimal karena beberapa perusahaan masih terus melakukan aktivitas dan kami prihatin bahwa perusahaan ini masih terus mendapatkan keuntungan dari situasi krisis ini," jelas Arie.
Hari Bumi diperingati di seluruh dunia pada hari Rabu 22 April sebagai upaya terpadu untuk meyelamatkan planet ini. Namun pandemi virus corona justru sebaliknya membuat bumi yang memaksa warga dunia menyelamatkan diri dan menghentikan aktivitas termasuk melepas emisi karbon yang membahayakan bumi. Di Indonesia, pemerhati dan penggiat lingkungan mengingatkan langkah-langkah negara untuk menyelamatkan lingkungan dan bumi ini masih panjang.
Pemanasan global masih menjadi fokus perhatian global dalam peringatan hari Bumi tahun ini.
Indonesia sebagai salah satu dari 186 negara di dunia yang menandatangan Perjanjian Iklim Paris, berkewajiban dan sudah berkomitmen untuk menurunkan emisi gasnya ke atmosfir menjelang target yang dicanangkan PBB pada tahun 2030.
Leonard Simanjuntak Kepala Greenpeace Indonesia mengatakan upaya pemerintah Indonesia masih jauh dari target penurunan emisi karbon agar bumi tidak memanas lebih dari 1,5 derajat Celcius. Ia memperingatkan dampak kerugian besar jika pemerintah tidak melakukan kebijakan politik yang tepat.
"Jadi kita mendorong pemeritah mempunyai target yang lebih ambisius untuk emisi karbonnya sekaligus mempunyai kebijakan-kebijakan yang progresif di sektor kehutanan, juga energi untuk mewujudkan emisi karbon yang lebih ambisius itu," ujarnya.
Meskipun Indonesia memiliki hutan tropis yang berperan penting mengurangi pemanasan global dalam menghambat pelepasan karbon, tetapi rencana deforestasi pemerintah merupakan ancaman besar bagi kontribusinya mengurangi pemanasan global.
Presiden Joko Widodo meninjau kawasan hutan yang terbakar di Pelalawan, Riau, 17 September 2019. (Foto: Biro Setpres via AFP)
"Dalam deforestasi terencana 10 tahun ke depan, 3,25 juta hektar hutan lagi (oleh pemerintah) mau dikurangi, atau 325 ribu hektar per tahun. Itu harus tidak ada lagi. Kita tidak boleh mengurangi hutan yang tersisa sekarang. Kalau itu bisa kita hentikan atau pemerintah membatalkannya, kita akan berada dalam jalur tepat terobosan progresif seperti yang saya katakan tadi," tambah Leonard.
Indonesia juga dipandang bisa mencapai sasaran iklim global dengan menerapkan penggunaan energi terbarukan secara besar-besaran, menggantikan energi pembangkit listrik baru bara.
Di sisi pencemaran lingkungan, mantan ketua Walhi Jawa Barat dan staff ahli Gubernur Jawa Barat dari Gugus Tugas Citarum, Taufan Suranto, yang bertugas mengawasi polusi dan kerusakan sungai terpanjang di Jawa barat, menambahkan pemerintah perlu menindak pelaku pencemaran industri bukan hanya orang-orang tingkat pelaksana atau industri kecil.
Taufan Suranto Tim Ahli Gugus Tugas DAS Citarum, Jabar.
"Kita tahu pencemaran berasal dari industri-industri besar, tentunya yang beberapa di topang oleh modal-modal yang berskala kecil. Modal besar yang ada di Citarum ini kebanyakan juga modal-modal dari luar. Contohlah merek brand tekstil terkenal, semuanya punya pabrik di DAS Citarum yang notabene mencemari," kata Taufik.
Walaupun upaya pemerintah masih harus di tingkatkan Taufik Suranto juga menyambut langkah pemerintah yang mengarah pada kebijakan, kampung-kampung iklim yang dilaksanakan di seluruh Indonesia, dan memulai ekonomi yang berwawasan lingkungan.
"Saya lihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah pemerintah selama lima tahun kedepan oleh Bapenas, ada yang digaris bawahi, menerapkan konsep yang berhubungan dengan pembangunan rendah karbon dan ekonomi yang berwawasan lingkungan," imbuhnya.
Konsep ini dipandang positif karena sangat berpengaruh mengingat sumber daya alam Indonesia dan dampaknya yang luas bagi kehidupan rakyat. Kini tinggal bagaimana konsep ini diterapkan agar menjadi tulang punggung perekonomian negara. [my/lt]
TEMPO.CO , Jakarta - Hari Bumi sedunia diperingati setiap 22 April. Pada hari tersebut, masyarakat dunia selalu diingatkan untuk menjaga bumi dari kerusakan akibat pemanasan global, sampah yang menumpuk, serta kualitas udara yang terus menurun. Tahun ini, peringatan hari bumi tidak bisa berjalan seperti biasa, mengingat pandemi virus corona yang masih melanda berbagai negara. Tak ada gotong royong dengan tetangga untuk membersihkan sampah, atau menggelar acara berkumpul bersama komunitas peduli lingkungan. Meski begitu, bukan berarti usaha untuk menjaga lingkungan bisa dikesampingkan. Pandemi virus corona yang tak kunjung reda membuat kita harus pintar-pintar memodifikasi cara untuk memperingati Hari Bumi. Berikut ini, langkah yang bisa Anda lakukan untuk memperingatinya sambil tetap menjaga kesehatan dari rumah.
1. Tanam satu tanaman di rumah Pohon berguna untuk memberikan oksigen dan udara bersih untuk manusia. Ia juga bisa dijadikan sumber makanan sekaligus memerangi perubahan iklim. Jadi, menanam pohon di rumah bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga bumi kita. Anda bisa memulainya dengan memelihara tanaman hias atau tanaman-tanaman kecil di pot yang benihnya banyak tersedia dan bisa dibeli secara online. Menanam pohon juga bisa menjadi salah satu aktivitas yang bisa dilakukan bersama dengan keluarga, terutama anak, agar ia tidak bosan selama harus berdiam diri di rumah. 2. Kurangi emisi karbon dengan perbanyak makan sayur Tahukah Anda jika meluasnya peternakan merupakan salah satu penyebab berkurangnya lahan hutan alami? Selain itu, proses beternak, mulai dari memelihara hewan hingga pengolahannya sampai siap dipasarkan, bisa menyumbangkan lebih banyak karbon dioksida ke udara sehingga emisi karbon yang merusak lingkungan bisa meningkat. Karena itu, salah satu cara untuk melindungi bumi adalah dengan mengubah pola makan menjadi lebih banyak mengonsumsi sayur, biji-bijian, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Anda bisa memulainya secara perlahan dengan mengurangi sedikit demi sedikit jumlah daging yang dimasak dan dikonsumsi. 3. Olah sisa sampah sayur dan buah jadi pupuk Sisa sayuran yang Anda masak tadi, juga bisa kembali dimanfaatkan untuk menjadi pupuk kompos. Anda bisa menggunakan pupuk ini untuk menyuburkan pohon yang ditanam untuk memperingati Hari Bumi. Untuk membuat kompos, Anda bisa menyimpan sisa sayuran di dalam wadah makanan lalu menyimpannya di bawah tempat cuci piring, balkon rumah, atau bahkan freezer. 4. Kurangi penggunaan plastik Sampah plastik tidak bisa hancur dengan sendirinya dalam jangka waktu ratusan bahkan ribuan tahun. Sehingga, apabila tidak didaur ulang, sampah-sampah ini hanya akan memenuhi tempat pembuangan sampah atau berujung mengotori laut, dan mengancam kehidupan banyak biota laut. 5. Daur ulang sampah plastik di rumah Untuk ikut mengurangi tumpukan sampah plastik, Anda bisa mendaur ulang botol bekas minuman, atau tempat makan yang didapatkan dari delivery makanan. Anda bisa mengolahnya jadi pot tanaman atau tempat lilin. Anda juga bisa menjadikan kegiatan daur ulang sebagai aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Ambil botol-botol bekas yang sudah tidak terpakai dan ajak anak untuk melukis botol atau mewarnainya sesuka hati, menjadikannya pajangan, atau menyulapnya menjadi perhiasan seperti kalung atau gelang warna-warni. 6. Batasi penggunaan air Membatasi penggunaan air juga baik untuk menjaga cadangan air bersih dan mengurangi aliran air kotor ke laut. Anda bisa memulainya dengan tidak terus menyalakan keran air saat mandi dan hanya menyalakannya saat akan digunakan. 7. Hemat listrik Menghemat penggunaan listrik selain bisa mengurangi biaya yang harus dibayarkan, juga perlu dilakukan untuk menjaga bumi. Dengan mengurangi penggunaan energi listrik, maka asap beracun yang dihasilkan oleh tempat pengolahan energi listrik bisa berkurang. Asap serta cara pengolahan energi listrik secara keseluruhan dapat merusak lingkungan dan sumber daya alam di sekitarnya. Sehingga untuk meminimalisir kerusakan yang terjadi, Anda bisa mulai dengan mencabut kabel listrik yang tidak digunakan dan mematikan lampu di siang hari. Selain langkah-langkah di atas, salah satu yang paling berpengaruh untuk menjaga kesehatan lingkungan adalah dengan mengurangi polusi dan membatasi penggunaan kendaraan bermotor. Namun berhubung saat ini sedang diberlakukan larangan untuk bepergian, maka polusi di kota-kota besar di dunia pun mulai bekurang. SEHATQ
TEHERAN, KOMPAS.com - Tahun ini, bumi merayakan 50 tahun perayaan Hari Bumi . Menurut Mohammad Darvish, seorang anggota dari Dewan Keamanan Nasional untuk lingkungan, hari ini bumi merayakan kondisi terbaiknya dalam setengah abad.
Pernyataan itu merujuk pada dampak wabah virus corona yang mengakibatkan penyebaran penyakit Covid-19 di seluruh dunia.
Dilansir dari Tehran Times , sejak awal 2020, banyak orang mengalami hal tak terduga. Untuk pertama kalinya secara berturut-turut, emisi gas rumah kaca, konsumsi bahan bakar fosil, lalu lintas udara, darat dan laut secara drastis telah menurun.
Keadaan tersebut membuat emisi gas rumah kaca pada Maret 2020 menjadi sama kondisinya dengan 1990-an, yaitu 30 tahun yang lalu.
Menurut Darvish, menurunnya pergerakan manusia di alam dan lingkungan luar ruangan secara signifikan mulai mengurangi jumlah polusi suara dan gempa bumi.
Hal itu rupanya memudahkan para ahli geologi mempelajari kerak luar bumi.
Baca juga: Berkat Anak Muda, Pencetus Hari Bumi Optimis pada Masa Depan Planet
Darvis melanjutkan, bahwa sekitar 3,5 miliar orang di bumi bepergian dengan kereta api, mobil, pesawat, kapal dan alat transportasi lainnya setiap hari.
Gerakan dan kegiatan konstruksi semacam tambang juga memberi dampak tekanan pada kerak luar bumi.
Namun, sejak wabah virus corona merebak, hampir semua operasional tersebut dihentikan. Akibatnya, tidak ada gempa yang disebabkan manusia, dan ahli geologi dapat lebih mudah melakukan riset dan studi mereka.
Darvish juga mencatat beberapa kondisi bumi yang membaik akibat penyebaran wabah virus corona dan dapat dirangkum sebagai berikut:
Komponen paling penting yang menyebabkan lapisan ozon berlubang adalah penggunaan gas chlorofluorocarbon (CFC) yang digunakan di dalam kulkas dan semprotan.
Menurut Darvish, untungnya, gas-gas ini belum digunakan selama bertahun-tahun, itulah sebabnya lapisan ozon telah diperbaiki selama lebih dari satu dekade.
Protokol Montreal untuk Konvensi Wina, yang mengakui tanggung jawab negara-negara untuk memperbaiki lapisan ozon dan telah menjadi salah satu konvensi lingkungan paling sukses, telah menyelamatkan lapisan ozon.
Ada laporan bahwa pergerakan satelit, pesawat terbang, rudal dan kegiatan semacam itu juga dapat mempengaruhi lapisan ozon. Beberapa di antaranya secara alami telah menurun tajam selama dua bulan terakhir.
Baca juga: Hari Bumi, Begini Perubahan Planet Kita dalam 20 Tahun dari Antariksa
Menurut Darvish, menurunnya keberadaan manusia di daerah dan habitat alami sejak pandemi virus corona, membuat kehidupan satwa liar meningkat secara drastis.
Sebelumnya, populasi satwa liar di banyak negara telah menurun dari 29 sampai 40 persen selama dekade terakhir.
Namun, perbaikan dan peningkatan populasi satwa liar mulai tampak sejak pandemi virus corona berlangsung.
Dampak positif dari wabah virus corona lainnya terkait keanekaragaman hayati adalah berkurangnya wisatawan di habitat alami.
Industri pariwisata yang menurun tajam membuat aktivitas seperti berkemah dan berwisata di habitat alami satwa liar berkurang drastis dan mengurangi kebakaran hutan.
Namun, ada dampak buruknya juga. "Di sisi lain, kita menghadapi peningkatan penyelundupan kayu oleh masyarakat lokal karena mendapat penghasilan akhir-akhir ini jauh lebih sulit."
Baca juga: Demonstrasi Besar 22 Juli 1970 Memicu Diperingatinya Hari Bumi...
Mengapa ketidakhadiran manusia menjadi sifat alami?
Wabah virus corona telah membuat bumi 'mampu bernapas lebih dalam'. Itulah mengapa ketidakhadiran manusia justru mmebuat kondisi alam membaik.
Menurut Darvish, bayangkan jika hewan lebah dikeluarkan dari habitat alami. Integritas properti lingkungan bumi, reproduksi banyak spesies dan manusia sendiri akan rusak.
Bayangkan jika beruang cokelat tidak ada, kesuburan tanah akan menurun. Atau jika babi hutan ditiadakan, permeabilitas air akan berkurang dan banjir akan meningkat.
Darvish menegaskan kondisi itu merupakan kebijaksanaan dalam penciptaan semua spesies tumbuhan dan hewan bahkan serangga seperti lebah. Mereka telah berkontribusi pada ketahanan bumi.
Darvish juga mengatakan bahwa mengapa kini manusia yang menganggap dirinya makhluk terbaik dan semestinya bertanggung jawab, telah berbuat sedemikian rupa tak memiliki peran positif kepada alam dan bumi?
"Saya berharap kejadian seperti itu memberikan pelajaran untuk mengubah program pembangunan kami yang mendukung alam dan mencoba memahami hukum alam, alih-alih menghabiskan anggaran untuk perang, senjata yang lebih besar dan lebih mengerikan," kata Darvish.
Dia menyiratkan bahwa penelitian lingkungan dan kesehatan kini lebih penting. Juga perbaikan sistem pendidikan sehingga di dunia pasca wabah virus corona , manusia bisa terlihat lebih bijaksana, lebih berpengetahuan, dan lebih bertanggung jawab.
Baca juga: Hari Bumi, Walhi Pertanyakan Konsep Naturalisasi Sungai hingga soal Sampah di Jakarta
TRIBUNJATIM.COM - Memperingati Hari Bumi , ada baiknya sebagai manusia mendedikasikan sesuatu untuk planet bumi.
Jika bingung bagaimana caranya, simak beberapa langkah yang mungkin bisa dilakukan di Hari Bumi ini.
Melansir dari Warta Kota (grup TribunJatim.com), berikut beberapa aktifitas yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi.
• Sejarah Hari Bumi Sedunia yang Diperingati Tiap 22 April, Terinspirasi dari Aksi Demo Perang Vietnam
1. Mulai kebiasaan untuk menjaga lingkungan dengan menempel tulisan-tulisan pengingat
Sebagai contoh, Anda bisa menulis 's aya akan buang sampah pada tempatnya' dan menempelnya di dinding agar selalu ingat untuk melakukannya.
Bisa dimulai dengan memisah apa yang bisa didaur ulang dan yang tidak.
Seperti tidak penting, namun air bocor sangat boros air.
Ingat, hanya 1 persen air di bumi yang dapat diminum dan jangan sia-siakan!
TRIBUNJATIM.COM - Menurut sejarah, Hari Bumi Sedunia pertama kali diperingati pada tahun 1970.
Namun, gagasan Hari Bumi Sedunia sendiri pertama kali muncul pada awal 1960.
Saat itu, sebagian elemen masyarakat di Amerika Serikat menyadari pencemaran lingkungan yang semakin membahayakan bumi.
• Mengintip Rumah Kim Jong Un di Korea Utara yang Kontras dengan Kehidupan Penduduknya, Mewah dan Asri
Melansir dari Wikipedia, Hari Bumi dicangkan oleh senator Amerika Serikat , Gaylord Nelson , yang juga sebagai seorang pengajar lingkungan hidup.
Tanggal 22 April dipilih karena bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan bumi utara) dan musim gugur di belahan bumi selatan.
Pencanangan Hari Bumi sendiri terinspirasi oleh banyaknya protes dan demonstrasi dari pelajar di Amerika Sertikat terkait kecamuk perang di Vietnam.
• Cerita Menyedihkan di Balik Sejarah Mie Instan yang Mendunia, Sosok Penemu hingga Proses Pembuatan
Ditambah lagi, Gaylord Nelson menyaksikan kasus tumpahan minyak di pesisir Santa Barbara , California , pada tahun 1969.
Kasus tumpahan minyak ini seakan-akan menjadi katalis bagi Gaylord Nelson untuk bertindak setelah sebelumnya osoknya kerap kali menunjukkan kepeduliannya akan lingkungan.
Tercatat sejak tahun 1960-an, Gaylord Nelson menaruh kepedulian dan berkampanye pada isu lingkungan hidup, yang dirasanya lama hilang dari agenda negara.
Gaylord Nelson mereformasi beberapa hal di Wisconsin .
Hari Bumi 2020 jatuh pada 22 April 2020. Di perayaannya yang ke-50 tahun, kondisi bumi jauh lebih baik dari dekade-dekade sebelumnya.
Hal ini ada campur tangan pandemi COVID-19. Ya, masalah dunia ini telah mengambil miliaran orang dari jalanan di seluruh dunia dan memangkas perjalanan internasional. Masyarakat yang harus di rumah saja pun memberi dampak pada alam.
Menurut laporan CNet, salah satu contoh menakjubkan adalah Gunung Himalaya yang dapat dilihat dari India untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Lalu, ada juga hewan seperti kanguru dan kambil yang lebih bebas hidup di alamnya, pun kehidupan lainnya yang tampak lebih mudah bernapas.
Penurunan emisi nitrogen dioksida yang sangat tinggi di China pun menjadi bukti lain yang luar biasa efek dari COVID-19. Data ini dibenarkan NASA dan Badan Antariksa Eropa, yang mana mereka melihat efek melalui data satelit (di atas). Efek ini bisa menurun karena berkurangnya kendaraan setelah diberlakukannya lockdown di China sepanjang Februari 2020.
Lebih lanjut, Satelit Badan Antariksa Eropa Copernicus Sentinel-5P juga melihat pengurangan polusi udara di Italia setelah lockdown besar-besaran yang dilakukan di negara tersebut.
"Pengurangan emisi yang bisa kita lihat ini sejalan dengan diberlakukannya lockdown di beberapa negara, salah satunya di Italia. Di negara tersebut, lalu lintas menjadi lebih sedikit dan industri pun berkurang drastis," kata Claus Zehner, manajer misi ESA Copernicus Sentinel-5P.
Dampak serupa juga terlihat di langit Los Angeles. Kualitas udara daerah tersebut tiba-tiba jauh lebih 'murni' dibandingkan sebelumnya yang terbilang sangat berpolusi karena kabut asap dari jutaan penumpang setiap harinya. Kita tidak bisa lupa pada kejadian Venesia. Ya, kota ini menjadi sangat 'jernih' setelah pandemi COVID-19 menyerang. Sungai yang mengitari kota ini jadi lebih bersih dan hewan-hewan terpantau hidup bebas di sana.
Menurut beberapa laporan, air di kanal-kanal Venesia sebelumnya itu bau dan kotor. Namun, COVID-19 datang lalu air pun jadi jernih dan banyak ikan hidup bebas di sana, bahkan ada ubur-ubur juga. Angsa pun terpantau bermain bebas di kanal-kanal menikmati ketenangan kota.
Meski begitu, beberapa hewan yang sebelumnya tergantung pada kehadiran manusia, kini turun ke jalanan karena tak lagi mendapat asupan makanan dari manusia. Sebut saja rusa yang tinggal di Taman Nara Jepang. Beberapa waktu lalu, dikabarkan rusa-rusa ini turun ke jalan-jalan kota untuk mencari makanan.
Kondisi ini tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Thailand, tepatnya di Lopburi, di mana banyak monyet yang dulunya diberi makan manusia, kini mereka mencari makan sendiri dengan berkerumun di tengah kota. Beberapa ada yang membuat onar dengan saling berkelahi.
Belum sampai di situ, pandemi COVID-19 ini juga ternyata memberi dampak pada jumlah karbon atmosfer. Seperti laporan analisis oleh Lauri Myllyvirta di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih, pada minggu-minggu setelah akhir Tahun Baru China di awal Februari, lockdown membuat aktivitas warga di sana tak seperti biasanya.
Pengurangan yang terjadi akibat minimnya pembakaran batu bara dan minyak mentah menyebabkan penurunan 25 persen dalam emisi CO2 dari China bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.
"Ini berjumlah sekitar 100 metrik ton CO2 atau 6% dari emisi global selama periode yang sama," menurut laporan Myllyvirta.
Fakta-fakta ini tentu akan dicatat sebagai sejarah luar biasa planet ini. Termasuk di dalamnya catatan geologis, lingkungan pohon, dan catatan alam lainnya yang akan bertahan lebih lama baik dari pandemi ini maupun kita semua.