Contact Form

 

Perayaan 50 Tahun Hari Bumi Besar-Besaran Secara Digital


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Bumi ke-50 yang jatuh pada Rabu, 22 April 2020 akan dirayakan secara besar-besaran melibatkan pemimpin dunia, musisi, aktor, hingga aktivis yang bergabung secara digital di tengah pandemi Covid-29.

“Kita menemukan diri kita sendiri hari ini di dunia yang menghadapi ancaman global membutuhkan respons kompak global. Untuk Hari Bumi 2020, kami akan membangun sebuah generasi baru aktivis-aktivis lingkungan, melibatkan jutaan masyarakat seluruh dunia,” kata Earth Day Network President Kathleen Rogers dalam situs resmi earthday.org diakses dari Jakarta, Selasa (21/4).

Perayaan Hari Bumi ke-50 secara digital selama 24 jam nonstop akan diisi oleh pesan-pesan, pertunjukkan dan ajakan kuat untuk beraksi mengatasi perubahan iklim di situs resmi Earth Day Network dan media sosial Twitter.  Semakin mendekati puncak perayaan Hari Bumi 2020, panitia merasa kualahan menerima antusiasme berbagai komunitas global untuk dapat mencurahkan pesan dan menunjukkan komitmen mereka terhadap Planet Bumi.

“Terlepas dari keberhasilan luar biasa dan puluhan tahun kemajuan lingkungan, kita mendapati diri kita menghadapi tantangan lingkungan global yang bahkan lebih mengerikan, hampir eksistensial, dari hilangnya keanekaragaman hayati hingga perubahan iklim hingga polusi plastik, yang membutuhkan aksi di semua tingkat pemerintahan,” Kata Denis Hayes, penyelenggara Hari Bumi pertama pada tahun 1970 dan Ketua Dewan Jaringan Hari Bumi Emeritus.

Hari Bumi pertama diperingati pada 22 April 1970 dengan memobilisasi jutaan warga Amerika Serikat (AS) untuk melindungi Planet Bumi. Saat itu sekitar 20 juta orang Amerika atau sekitar 10 persen dari populasi AS turun ke jalan, pihak kampus dan ratusan kota ikut memprotes pengabaian lingkungan dan menuntut langkah maju baru bagi Planet Bumi.

Perayaan Hari Bumi saat itu menjadi tonggak berlakunya undang-undang lingkungan hidup di Amerika Serikat, termasuk udara bersih, air bersih dan penyelamatan keanekaragaman hayati terancam punah. Banyak negara segera mengadopsi undang-undang serupa.

PBB juga memilih Hari Bumi, 22 April 2016, sebagai hari penandatanganan Kesepakatan Paris atau Paris Agreement guna mengatasi pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim.  Sekitar 50 anak muda dari 16 negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara, yakni Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Maldives, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Thailand, Timor-Leste and Vietnam, akan menunjukkan apa yang telah mereka lakukan untuk lingkungan.

Termasuk di antaranya melindungi keanekaragaman hayati, menaikkan tutupan hijau, membantu manajemen sampah, bergerak untuk zero waste, melindungi Sumber Daya Alam yang berharga dan mendidik mereka yang kurang beruntung.




Bisnis.com , JAKARTA - Google Rayakan Hari Bumi atau earth day 2020 dengan membentuk doodle lebah interaktif. Dalam laman perusahaan disebutkan, Google Doodle Earth Day 2020 merupakan hasil kolaborasi dengan The Honeybee Conservancy. Pengguna internet dapat memandu lebah Google Doodle untuk menyerbuki bunga sambil mempelajari berbagai ragam kekayaan hayati bumi dan peran lebah untuk memeliharanya. Guillermo Fernandez, Pendiri dan Direktur Eksekutif The Honeybee Conservancy menyebutkan latar belakang dirinya yang hidup di daerah miskin kota dan sulit mendapat makanan segar menjadi alasan paling kuat mengingatkan semua orang untuk menjaga lingkungan. “Mencari buah atau sayuran segar hampir mustahil: supermarket terdekat kebanyakan menyediakan makanan olahan, dan restoran lokal kami adalah jaringan makanan cepat saji. Tidak ada pohon atau taman yang terlihat; satu-satunya taman penuh beton,” katanya seperti di lansir dalam laman Google Doodle, Rabu (22/4/2020). Dia menilai tindakan yang tidak bersahabat dengan alam memakan korban yang besar di tengah masyarakat. Mulai dari masalah kesehatan yang merajalela seperti obesitas, diabetes, dan asma hingga gizi buruk dan lingkungan yang rusak. Menurutnya, untuk mendukung penyelamatan bumi maka lebah memainkan kunci karena lebah menyerbuki 1 dari 3 gigitan makanan yang kita makan. Keberadan lebah juga menunjukan bahwa lingkungan sekitar dalam kondisi aman. “Ada 20.000 spesies lebah di seluruh dunia yang melakukan pekerjaan penting ini. Di Amerika Utara, ribuan jenis spesies lebah asli Amerika terancam punah. Pada skala yang lebih besar, kelangsungan hidup dunia tergantung pada mereka,” katanya. The Honeybee Conservancy, katanya, juga menggerakan untuk memberdayakan masyarakat yang kurang terlayani dan membangun ruang hijau. “Program unggulan kami, Sponsor-a-Hive memberikan sarang lebah dan rumah lebah asli ke organisasi mulai dari kebun hingga sekolah. Dengan mengurangi hambatan keuangan dan pendidikan. Menjaga sarang lebah madu adalah investasi mahal yang membutuhkan pelatihan. Ini pada gilirannya menghasilkan makanan, memperbaiki lingkungan, dan menyatukan orang [dalam tim untuk memelihara lingkungan asri],” katanya. Guillermo menyebutkan proyek Google Doodle spesial Hari Bumi 2020 ini pesan utama yang disampaikan adalah mengingatkan manusia tentang bagaimana tindakan kecil yang dilakukan oleh individu akan menghasilkan dampak besar jika dilakukan bersama-sama. “Donasikan waktu atau dana kepada kelompok lingkungan setempat. Lebah adalah bagian dari ekosistem yang kompleks, dan kontribusi kepada organisasi yang mendukung upaya konservasi apa pun akan membantu memperkuat lingkungan,” katanya. Bisnis Indonesia bersama 3 media menggalang dana untuk membantu tenaga medis dan warga terdampak virus corona yang disalurkan melalui Yayasan Lumbung Pangan Indonesia (Rekening BNI: 200-5202-055). Ayo, ikut membantu donasi sekarang! Klik Di Sini untuk info lebih lengkapnya.




KOMPAS.com - Tepat hari ini, 22 April, diperingati sebagai Hari Bumi .

Hari Bumi adalah acara tahunan yang dibuat untuk mengapresiasi lingkungan di planet ini dan meningkatkan kesadaran publik tentang polusi.

Dimulai sebagai gerakan akar rumput, Hari Bumi mendapat dukungan dari beberapa pihak untuk pembentukan Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) dan berkontribusi pada pengesahan UU Udara Bersih, UU Peningkatan Kualitas Air, UU Spesies Terancam Punah, dan beberapa undang-undang lingkungan lainnya.

Baca juga: Mengenal Google Doodle, Orat-oret Beranda Google yang Jadi Trending

Dilansir Live Science , Rabu (18/4/2017), adapun gagasan munculnya Hari Bumi pertama kali digalakkan oleh pengajar lingkungan Amerika Serikat Gaylord Nelson pada 1970.

Tepatnya pada 1969, Nelson mulai tergerak setelah melihat kerusakan lingkungan akibat tumpahan minyak besar-besaran di Santa Barbara, California.

Ia kemudian terinspirasi untuk mengorganisir melakukan pengajaran secara nasional yang berfokus pada mendidik masyarakat tentang lingkungan.

Nelson merekrut Denis Hayes, lulusan baru Stanford University yang aktif secara politis, sebagai koordinator nasional, dan membujuk Pete McCloskey dari California untuk menjadi wakil ketua.

Dengan staf 85 orang, mereka dapat mengerahkan 20 juta orang di seluruh Amerika Serikat pada 20 April 1970 guna melangsungkan protes.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A Mahasiswa pecinta alam dari berbagai universitas se-Jabodetabek membawa bendera raksasa ketika melakukan aksi di kasawan Bundaran HI Jakarta, Minggu (21/4/2019). Aksi tersebut dalam rangka peringati Hari Bumi pada 22 April.

Selain itu, orang-orang tersebut juga mengadakan diskusi di area publik untuk berbicara tentang lingkungan dan menemukan cara untuk mempertahankan planet ini.




Liputan6.com, Jakarta Peringatan Hari Bumi Internasional ramai dibicarakan warganet di media sosial Twitter. Tagar EarthDay dan Hari Bumi menduduki kolom trending topik twitter Indonesia pada Rabu (22/4/2020).




Sejak Virus Corona COVID-19 merebak, lingkungan hidup mendapat dampak positif. Di internet, beredar foto-foto sungai Venesia yang makin jernih setelah Italia lockdown, kualitas udara di China juga sempat terpantau membaik.

Organisasi lingkungan internasional Greenpeace menyebut COVID-19 memberi dampak negatif kepada perdagangan dan ekonomi. Alhasil, kegiatan industri tertahan, lalu polusi industri berkurang, dan kualitas lingkungan hidup meningkat. 

"Krisis COVID-19 ini telah berimplikasi terhadap perlambatan dalam perdagangan dan kegiatan ekonomi secara global, seperti yang disaksikan di China, Amerika dan beberapa negara kota di Eropa," ujar Forest Campaigner Team Leader dari Greenpeace Indonesia, Arie Rompas kepada  Liputan6.com  pada awal April.

Meningkatnya kualitas lingkungan setelah aktivitas industri terhenti akibat lockdown turut membuktikan bahwa manusia dan ekonomi punya andil dalam penyebaran polusi.

"Polusi udara yang hilang, sungai-sungai yang menjadi bersih, adalah bukti bahwa kerusakan lingkungan berasal dari aktivitas ekonomi manusia," lanjut Arie. 

Greenpeace menyebut Indonesia belum mengalami hal serupa. Indonesia juga tidak menjalani lockdown, hanya pembatasan sosial.

Selain itu, Greenpeace memantau masih ada perusahaan yang melakukan pembukaan lahan hutan di Kalimantan dan Papua. Kebijakan pembatasan sosial pemerintah juga dinilai belum memberi efek pada lingkungan. 

"Status pembatasan sosial skala luas yang baru saja di umumkan oleh pemeritah belum maskimal karena beberapa perusahaan masih terus melakukan aktivitas dan kami prihatin bahwa perusahaan ini masih terus mendapatkan keuntungan dari situasi krisis ini," jelas Arie.







Jakarta -  Hyundai Motor Company memperingati Hari Bumi 22 April 2020 dengan membuat film, sebagai bagian dari Kampanye Hidrogen Global menggandeng grup K-pop BTS. Film yang baru dirilis ini menampilkan pemandangan spektakuler dengan anggota BTS yang masing-masing menyoroti elemen indah 'lautan zamrud', 'putih bersih', 'langit biru', 'ciuman Matahari', 'tetesan kristal kristal' , 'starlit', dan 'kayu segar'. Kendaraan listrik sel bahan bakar (FCEV) andalan Hyundai, NEXO, muncul menjelang akhir film, menghadirkan visi perusahaan untuk energi hidrogen sebagai energi positif untuk masa depan yang lebih baik. Film ini menegaskan kembali komitmen berkelanjutan Hyundai untuk masa depan yang berkelanjutan sambil berfungsi sebagai pengingat untuk menjaga Bumi tetap bersih. Versi 60 dan 120 detik dari film ini ditayangkan perdana secara global di saluran YouTube Hyundai (@HyundaiWorldwide)  pada pukul 06:00 (waktu Korea) pada 22 April bertepatan dengan Hari Bumi, dan akan ditayangkan sebagai iklan TV di jaringan utama selama beberapa minggu ke depan. "Kami berharap film ini akan menginspirasi pelanggan dan penggemar kami di seluruh dunia untuk merawat planet kita dalam memperingati Hari Bumi," kata Wakil Presiden Eksekutif dan Chief Marketing Officer Hyundai Motor, Wonhong Cho, dikutip dari Antara,  Rabu, 22 April 2020. "Kami akan terus memanfaatkan Kampanye Hidrogen Global kami dengan BTS sebagai platform untuk meningkatkan kesadaran akan tantangan lingkungan di zaman kita dan untuk memperjuangkan hidrogen untuk masa depan yang lebih berkelanjutan," ujar Cho. BTS telah mempromosikan mobilitas berkelanjutan sebagai Duta Merek Global untuk Hyundai Motor di bawah slogan #BecauseofYou , dan telah membantu merek tersebut mengkomunikasikan pesan-pesan berkelanjutannya dengan milenium. Awal tahun ini, BTS membintangi film lain yang menyajikan visi mobilitas bersih Hyundai, yang diputar di papan iklan digital di Times Square di New York City. Tujuh anggota BTS juga tiba di Grammy Awards ke-62 mengendarai kendaraan tanpa emisi, Hyundai NEXO. Film lain kampanye hidrogen Hyundai adalah #DarkSelfieChallenge, yang diluncurkan pada 13 April menjelang Hari Bumi. Acara daring adalah cara mudah bagi orang untuk mengambil bagian dalam Hari Bumi sambil tinggal di rumah dengan mematikan lampu mereka dan mengambil swafoto dalam gelap hanya dengan senter. Peserta didorong untuk berbagi foto mereka di media sosial dengan tagar #DarkSelfieChallenge dan #EarthDay hingga 4 Mei. Anggota BTS juga bergabung dengan tantangan sebagai demonstrasi komitmen mereka terhadap lingkungan. Hari Bumi diperingati pada 22 April setiap tahun dengan berbagai peristiwa yang terjadi di seluruh dunia dalam mendukung lingkungan, termasuk dengan lampu redup di kota-kota besar. Pada 2019, Hyundai Motor bekerja dengan Pemerintah Metropolitan Seoul dan menggunakan lima kendaraan NEXO untuk menghasilkan daya untuk menerangi bagian depan Perpustakaan Metropolitan Seoul selama acara pemadaman lampu kota.[]




Suara.com - Hari Bumi , Ketahui 7 Fakta Menarik Tentang Planet yang Kita Tempati!

Sejak 1970 Hari Bumi yang jatuh pada  22 April telah diperingati oleh seluruh dunia. Hari Bumi kerap digunakan untuk menyoroti berbagai masalah lingkungan seperti perubahan iklim yang dihadapi planet kita karena kemajuan industri dan teknologi.

Tapi, sudahkah kita benar-benar mengenal planet yang memberikan kita kehidupan ini? Berikut fakta menarik  tentang bumi yang bisa kamu ketahui di Hari Bumi ini, seperti yang dilansir Popular Mechanic.

Ilustrasi Bumi dan planet-planet di sekitarnya (Shutterstock). 1. Inti bumi sama panasnya dengan permukaan matahari  "Dalam ketidakpastian, suhu di pusat Bumi sama dengan suhu di permukaan matahari (5.800 K)," kata ahli geokimia Caltech Paul Asimow kepada Popular Mechanics. Sekitar 10.000 derajat Fahrenheit, panas sekali.

2. Planet ini 10 ribu kali lebih tua dari manusia " Planet Bumi diperkirakan berumur 4,5 miliar tahun," ungkap Jeremiah P. Ostricker, seorang Sarjana Peneliti Senior di Universitas Princeton mengatakan pada Popular Mechanics. Sementara, lanjut dia, Homo Sapiens atau manusia telah ada paling lama pada 450 ribu tahun atau berarti 1/10 ribu usia planet ini.

3. Kita tidak tahu siapa yang menamakan planet ini bumi Tidak seperti planet lain, tidak ada data historis nyata yang dapat ditemukan pada orang (atau kelompok) yang menamai planet kita "Earth" atau bumi. Istilah bumi berasal dari bahasa Inggris Kuno dan bahasa Jerman Tinggi dan merupakan satu-satunya planet yang tidak dinamai dewa Yunani atau Romawi.

4. Gempa bumi berkekuatan 12 skala richter akan membelah bumi menjadi dua bagian "Kami belum pernah melihat yang lebih besar dari 9,5 skala richter dengan patahan lebih panjang dari negara bagian California," kata seismolog Dr. Lucy Jones dari Caltech.

Secara teori, lanjut dia, tidak mungkin bumi memiliki gempa berkekuatan 13 skala richter karena akan membutuhkan patahan yang lebih besar dari bumi itu sendiri.

5. Kita dapat melihat bumi menyusut dari ruang angkasa Pemompaan air tanah dapat menyebabkan penurunan permukaan tanah yang signifikan. Sehingga bisa 'dilihat' dari luar angkasa. Para peneliti menggunakan satelit dan stasiun GPS untuk melacak seberapa jauh bumi telah menyusut.

6. Lubang ozon pertama masih dalam proses penyembuhan Para ilmuwan menemukan lubang pertama di lapisan ozon, yang terletak tepat di atas Antartika pada tahun 1985. Protokol Montreal tahun 1987 adalah rencana pertama yang disetujui oleh setiap negara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfokus pada pembatasan chlorofluorocarbon (CFC yang mengeluarkan ozon yang menghancurkan klorin).

7. Ada lebih banyak virus di bumi daripada bintang di alam semesta Bumi penuh dengan virus. Diperkirakan ada 10 virus di planet ini. "Itu cukup untuk menetapkan satu ke setiap bintang di alam semesta sebanuak 100 juta kali lipat," tulis Katherine J. Wu di National Geographic.




Hari Bumi diperingati di seluruh dunia pada hari Rabu 22 April sebagai upaya terpadu untuk meyelamatkan planet ini. Namun pandemi virus corona justru sebaliknya membuat bumi yang memaksa warga dunia menyelamatkan diri dan menghentikan aktivitas termasuk melepas emisi karbon yang membahayakan bumi. Di Indonesia, pemerhati dan penggiat lingkungan mengingatkan langkah-langkah negara untuk menyelamatkan lingkungan dan bumi ini masih panjang.

Pemanasan global masih menjadi fokus perhatian global dalam peringatan hari Bumi tahun ini.

Indonesia sebagai salah satu dari 186 negara di dunia yang menandatangan Perjanjian Iklim Paris, berkewajiban dan sudah berkomitmen untuk menurunkan emisi gasnya ke atmosfir menjelang target yang dicanangkan PBB pada tahun 2030.

Leonard Simanjuntak Kepala Greenpeace Indonesia mengatakan upaya pemerintah Indonesia masih jauh dari target penurunan emisi karbon agar bumi tidak memanas lebih dari 1,5 derajat Celcius. Ia memperingatkan dampak kerugian besar jika pemerintah tidak melakukan kebijakan politik yang tepat.

"Jadi kita mendorong pemeritah mempunyai target yang lebih ambisius untuk emisi karbonnya sekaligus mempunyai kebijakan-kebijakan yang progresif di sektor kehutanan, juga energi untuk mewujudkan emisi karbon yang lebih ambisius itu," ujarnya.

Meskipun Indonesia memiliki hutan tropis yang berperan penting mengurangi pemanasan global dalam menghambat pelepasan karbon, tetapi rencana deforestasi pemerintah merupakan ancaman besar bagi kontribusinya mengurangi pemanasan global.

Presiden Joko Widodo meninjau kawasan hutan yang terbakar di Pelalawan, Riau, 17 September 2019. (Foto: Biro Setpres via AFP)

"Dalam deforestasi terencana 10 tahun ke depan, 3,25 juta hektar hutan lagi (oleh pemerintah) mau dikurangi, atau 325 ribu hektar per tahun. Itu harus tidak ada lagi. Kita tidak boleh mengurangi hutan yang tersisa sekarang. Kalau itu bisa kita hentikan atau pemerintah membatalkannya, kita akan berada dalam jalur tepat terobosan progresif seperti yang saya katakan tadi," tambah Leonard.

Indonesia juga dipandang bisa mencapai sasaran iklim global dengan menerapkan penggunaan energi terbarukan secara besar-besaran, menggantikan energi pembangkit listrik baru bara.

Di sisi pencemaran lingkungan, mantan ketua Walhi Jawa Barat dan staff ahli Gubernur Jawa Barat dari Gugus Tugas Citarum, Taufan Suranto, yang bertugas mengawasi polusi dan kerusakan sungai terpanjang di Jawa barat, menambahkan pemerintah perlu menindak pelaku pencemaran industri bukan hanya orang-orang tingkat pelaksana atau industri kecil.

Taufan Suranto Tim Ahli Gugus Tugas DAS Citarum, Jabar.

"Kita tahu pencemaran berasal dari industri-industri besar, tentunya yang beberapa di topang oleh modal-modal yang berskala kecil. Modal besar yang ada di Citarum ini kebanyakan juga modal-modal dari luar. Contohlah merek brand tekstil terkenal, semuanya punya pabrik di DAS Citarum yang notabene mencemari," kata Taufik.

Walaupun upaya pemerintah masih harus di tingkatkan Taufik Suranto juga menyambut langkah pemerintah yang mengarah pada kebijakan, kampung-kampung iklim yang dilaksanakan di seluruh Indonesia, dan memulai ekonomi yang berwawasan lingkungan.

"Saya lihat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah pemerintah selama lima tahun kedepan oleh Bapenas, ada yang digaris bawahi, menerapkan konsep yang berhubungan dengan pembangunan rendah karbon dan ekonomi yang berwawasan lingkungan," imbuhnya.

Konsep ini dipandang positif karena sangat berpengaruh mengingat sumber daya alam Indonesia dan dampaknya yang luas bagi kehidupan rakyat. Kini tinggal bagaimana konsep ini diterapkan agar menjadi tulang punggung perekonomian negara. [my/lt]




Hari Bumi 2020 jatuh pada 22 April 2020. Di perayaannya yang ke-50 tahun, kondisi bumi jauh lebih baik dari dekade-dekade sebelumnya.

Hal ini ada campur tangan pandemi COVID-19. Ya, masalah dunia ini telah mengambil miliaran orang dari jalanan di seluruh dunia dan memangkas perjalanan internasional. Masyarakat yang harus di rumah saja pun memberi dampak pada alam.

Menurut laporan CNet, salah satu contoh menakjubkan adalah Gunung Himalaya yang dapat dilihat dari India untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Lalu, ada juga hewan seperti kanguru dan kambil yang lebih bebas hidup di alamnya, pun kehidupan lainnya yang tampak lebih mudah bernapas.

Penurunan emisi nitrogen dioksida yang sangat tinggi di China pun menjadi bukti lain yang luar biasa efek dari COVID-19. Data ini dibenarkan NASA dan Badan Antariksa Eropa, yang mana mereka melihat efek melalui data satelit (di atas). Efek ini bisa menurun karena berkurangnya kendaraan setelah diberlakukannya lockdown di China sepanjang Februari 2020.

Lebih lanjut, Satelit Badan Antariksa Eropa Copernicus Sentinel-5P juga melihat pengurangan polusi udara di Italia setelah lockdown besar-besaran yang dilakukan di negara tersebut.

"Pengurangan emisi yang bisa kita lihat ini sejalan dengan diberlakukannya lockdown di beberapa negara, salah satunya di Italia. Di negara tersebut, lalu lintas menjadi lebih sedikit dan industri pun berkurang drastis," kata Claus Zehner, manajer misi ESA Copernicus Sentinel-5P.

Dampak serupa juga terlihat di langit Los Angeles. Kualitas udara daerah tersebut tiba-tiba jauh lebih 'murni' dibandingkan sebelumnya yang terbilang sangat berpolusi karena kabut asap dari jutaan penumpang setiap harinya. Kita tidak bisa lupa pada kejadian Venesia. Ya, kota ini menjadi sangat 'jernih' setelah pandemi COVID-19 menyerang. Sungai yang mengitari kota ini jadi lebih bersih dan hewan-hewan terpantau hidup bebas di sana.

Menurut beberapa laporan, air di kanal-kanal Venesia sebelumnya itu bau dan kotor. Namun, COVID-19 datang lalu air pun jadi jernih dan banyak ikan hidup bebas di sana, bahkan ada ubur-ubur juga. Angsa pun terpantau bermain bebas di kanal-kanal menikmati ketenangan kota.

Meski begitu, beberapa hewan yang sebelumnya tergantung pada kehadiran manusia, kini turun ke jalanan karena tak lagi mendapat asupan makanan dari manusia. Sebut saja rusa yang tinggal di Taman Nara Jepang. Beberapa waktu lalu, dikabarkan rusa-rusa ini turun ke jalan-jalan kota untuk mencari makanan.

Kondisi ini tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Thailand, tepatnya di Lopburi, di mana banyak monyet yang dulunya diberi makan manusia, kini mereka mencari makan sendiri dengan berkerumun di tengah kota. Beberapa ada yang membuat onar dengan saling berkelahi.

Belum sampai di situ, pandemi COVID-19 ini juga ternyata memberi dampak pada jumlah karbon atmosfer. Seperti laporan analisis oleh Lauri Myllyvirta di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih, pada minggu-minggu setelah akhir Tahun Baru China di awal Februari, lockdown membuat aktivitas warga di sana tak seperti biasanya.

Pengurangan yang terjadi akibat minimnya pembakaran batu bara dan minyak mentah menyebabkan penurunan 25 persen dalam emisi CO2 dari China bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.

"Ini berjumlah sekitar 100 metrik ton CO2 atau 6% dari emisi global selama periode yang sama," menurut laporan Myllyvirta.

Fakta-fakta ini tentu akan dicatat sebagai sejarah luar biasa planet ini. Termasuk di dalamnya catatan geologis, lingkungan pohon, dan catatan alam lainnya yang akan bertahan lebih lama baik dari pandemi ini maupun kita semua.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply