TEMPO.CO, Jakarta - Bendera merah dikibarkan di Masjid Jamkaran di Qom, Iran, sebagai simbol balas dendam atas kematian Jenderal Garda Revolusi Iran Qassem Soleimani.
Bendera merah dikibarkan dengan seruan dari pengeras suara di Masjid Jamkaran yang menjadi masjid suci bagi Muslim Syiah, yang berbunyi: "Ya Allah, semoga wali-Mu muncul kembali," mengacu pada kemunculan kembali Imam Al-Mahdi, menurut laporan televisi satelit Hizbullah di Lebanon, Al Manar, pada 4 Januari 2020.
Pemimpin Revolusi Islam di Iran Imam Sayyed Ali Khamenei berjanji pada hari Jumat untuk balas dendam atas kematian Soleimani yang ia sebut sebagai ikon perlawanan seluruh dunia. Pejabat Iran lainnya termasuk Presiden Hassan Rouhani menekankan bahwa Republik Islam Iran akan membalas dendam atas komandan tertinggi dan para martir lainnya.
Juga pada hari Jumat, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hasan Nasrallah menggambarkan Jenderal Soleimani sebagai syahid poros perlawanan. Nasrallah menekankan bahwa membalas dia dan para syuhada lainnya adalah tugas semua mujahidin perlawanan di seluruh dunia.
Bendera merah dibentangkan di atas Masjid Jamkaran, di Qom, Iran.[The Sun]
Jendral Soleimani bersama Wakil Komandan Hashd Shaabi Irak Abu Mahdi Al-Muhandis, dan komandan Irak dan Iran lainnya tewas dalam serangan AS di bandara internasional Baghdad awal Jumat. Serangan drone diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Soleimani akan dimakamkan di Iran pada Ahad, sehari setelah prosesi pemakaman massal diadakan untuk para korban serangan di Irak.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah Iran, sebuah bendera merah dikibarkan di atas Kubah Suci Masjid Jamkaran yang melambangkan pertempuran hebat yang akan datang. Menurut tradisi Syiah, bendera merah melambangkan balas dendam berdarah.
"Mereka yang ingin membalas darah Hussein," bunyi bendera perang tersebut, menurut laporan Express.co.uk.
Akun Twitter SIFFAT ZAHRA membagikan video ketika bendera merah pembalasan dinaikkan di Masjid Jamkaran.
First Time In The History, Red Flag Unfurled Over The Holy Dome Of Jamkarn Mosque, Qom Iran.
Red Flag: A Symbol Of Severe Battle To Come.#Qaseemsulaimani#_ pic.twitter.com/B1mcePk4Ri
Reader first, the rest is opinion.
[email protected]
Berita Terkini Mia Fahrani
Kumpulan Berita Mia Fahrani
TEMPO.CO , Jakarta - Sekitar 3.500 tentara dari Divisi Airborne ke-82 Amerika Serikat menuju ke Timur Tengah, setelah kematian Jenderal Garda Revolusi Iran Qassem Soleimani oleh serangan drone AS. Keluarga tentara dan masyarakat di dekat pangkalan Fort Bragg tergesa-gesa menyampaikan perpisahan kepada tentara yang akan dikirim ke Timur Tengah. Penyelenggara yang mengadakan dongeng bulanan untuk anak-anak prajurit berencana menghabiskan sebagian dari pertemuan mereka berikutnya dengan membuat pita kuning. Seorang pemilik toko donat yang sering menyumbangkan barang-barang untuk pasukan yang sedang berdinas di luar, telah menghabiskan beberapa hari terakhir ini dengan mengumpulkan ratusan kue. Jade Morales, seorang istri militer muda, menyambut tahun baru dengan perasaan sangat gelisah ketika suaminya, yang hampir pensiun dari Angkatan Darat Amerika Serikat, bergegas ke situasi yang tidak pasti.
"Kami tidak siap untuk ini," kata Morales, yang masih berusia 20 tahun, dikutip dari New York Times, 5 Januari 2020. Dalam sebuah lingkungan yang sudah lama terbiasa dengan ritme kehidupan militer sehari-hari, gejolak ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran dalam beberapa hari terakhir membuat mereka gelisah. Di Fort Bragg, sekitar 3.500 tentara di Divisi Lintas Udara atau Airborne ke-82 Angkatan Darat Amerika Serikat diperintahkan ke Timur Tengah. Ini adalah salah satu mobilisasi cepat terbesar dalam beberapa puluh tahun. Dianggap sebagai pasukan respons cepat bangsa, divisi ini dilatih untuk lepas landas dalam jumlah besar hanya dalam 18 jam setelah perintah tiba. "Ini adalah Amerika 911," kata Brian Knight, direktur area United Service Organisation. "Presiden mengangkat telepon dan telepon berdering di Fort Bragg." Pangkalan Fort Bragg terus siaga, dengan pasukan selalu diposisikan untuk bertindak. Tetapi dua dekade perang yang terjadi setelah 11 September 2001, serangan teroris telah menjadi tugas rutin di luar negeri dan direncanakan jauh sebelumnya. Sekarang, mobilisasi "tanpa pemberitahuan" telah mengguncang keluarga karena tentara diberikan waktu yang sangat sedikit untuk berkemas dan pergi. Puluhan warga mengikuti rangkaian pemakaman Mayor Jenderal Qassem Soleimani di Baghdad, Irak, 4 Januari 2020. Mayor Jenderal Qassim Suleimani, merupakan komandan keamanan dan intelijen Iran yang bertanggung jawab atas kematian ratusan tentara Amerika selama bertahun-tahun. REUTERS/Khalid al-Mousily Di Facebook, istri seorang prajurit yang dikerahkan baru-baru ini mengakui, "Saya perlahan-lahan kehilangan kewarasan saya," mencatat bahwa ia hamil dan 12 jam jauhnya dari anggota keluarganya yang lain. Di tempat pembuatan bir lokal, Ashley Thompson, seorang guru, bertanya-tanya apakah ada muridnya yang akan kembali ke kelas minggu depan. "Saya akan mencari tahu apakah anak-anak saya memiliki orang tua yang anak-anaknya dikirim," katanya. "Itu akan sulit." Fort Bragg, yang membentang di lebih dari 160.000 hektar dan meliputi enam kabupaten di padang pasir North Carolina, adalah pangkalan untuk pasukan operasi udara dan khusus, yang menampung lebih dari 50.000 personel militer aktif. Sekitar 10 persen dari pasukan Angkatan Darat berlabuh di sana, tepat di luar Fayetteville, sebuah kota berpenduduk sekitar 200.000 orang. Bendera merah dalam tradisi Syiah melambangkan balas dendam berdarah.[The Sun] Mobilisasi di Fort Bragg dilakukan setelah Mayor Jenderal Qassem Suleimani, seorang komandan Iran yang kuat dan berpengaruh, terbunuh dalam serangan udara yang diklaim Presiden Trump untuk menghentikan perang. Tetapi kematian Jenderal Qassem Soleimani juga telah meningkatkan gesekan dengan Iran, yang bersumpah untuk membalas dendam dengan perang Jihad , dan Perang Dunia III atau World War 3 menjadi diskusi para ahli dan perhatian warga Internet. Di puluhan ribu kilometer jauhnya, sebuah bendera merah dikibarkan di Masjid Jamkaran, Qoms, Iran, seperti disiarkan di televisi satelit Hizbullah di Lebanon, Al Manar. Bendera merah adalah tradisi Muslim Syiah untuk pertempuran hebat, dan pada momen ini sebagai lambang balas dendam untuk Jenderal Qassem Soleimani, dikutip dari laporan Express.co.uk. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khameini telah menyatakan balas dendam seberat-beratnya untuk Jenderal Qassem Soleimani , dan menyebut balas dendam ini sebagai perang Jihad bagi Iran.
Sebelumnya, Pemerintah Iran menegaskan akan membalas dendam sebagai respons terhadap serangan drone Amerika Serikat (AS). Serangan itu menewaskan beberapa perwira Iran, termasuk Jenderal Qasem Soleimani yang memiliki pengaruh signifikan di Iran.
Dilaporkan CNBC, Jumat 3 Januari 2020, Presiden Iran Hassan Rouhani bersama menteri pertahanan dan menteri luar negeri kompak menyuarakan kecamannya pada AS. Ketiganya pun berjanji akan ada konsekuensi.
"Pengorbanan Soleimani akan membuat Iran lebih tegas untuk melawan ekspansionisme Amerika dan mempertahankan nilai-nilai Islami," ujar Rouhani.
Ia bahkan mengajak negara-negara lain untuk melakukan reaksi. "Tanpa ragu, Iran dan negara-negara lain yang mencari kemerdakaan di wilayah ini akan membalas dendam," lanjutnya.
Senada, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berkata akan ada retaliasi yang menanti. Ia pun berkata Iran akan melakukan hari berkabung selama tiga hari, demikian laporan AP News.
Qasem Soleimani bukanlah jenderal Iran biasa. Pengaruhnya sangat besar di Iran dan ia menguasai intel karena memimpin pasukan Quds. Soleimani dan pasukan Qud juga mengurus proxy Iran di Suriah, Yaman, dan Lebanon.
Pada Juli 2018, ia sempat menantang Presiden AS Donald Trump setelah Trump memperingatkan Iran agar tidak mengancam AS.
Menteri Pertahanan Iran Amir Hatama berkata via media pemerintah Iran bahwa balas dendam keras akan dijalankan. Sasarannya adalah semua yang bertanggung jawab pada pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani.
Menteri Luar Negeri Iran Mohamad Javad Zarif berkata pembunuhan Qasem adalah tindakan bodoh serta memancing eksalasi. "AS menanggung tanggung jawab atas tindakan semena-menanya," ujarnya.
Analis dari Eurasia Group memprediksi akan ada pembalasan dalam sebulan, namun efeknya hanya terjadi di Irak.
"Para pasukan militer yang didukung Iran akan menyerang basis-basis AS dan beberapa tentara AS akan dibunuh; AS akan meretaliasi dengan serangan-serangan di dalam Irak," ujar anais Henry Rome dan Cliff Kupchan.
Militer Pakistan menolak "propaganda" media sosial bahwa Pakistan akan mendukung Washington melawan Teheran.
SERAMBINEWS.COM, ISLAMABAD, PAKISTAN - Pakistan menegaskan tidak akan memihak dalam perselisihan antara Amerika Serikat dengan Iran.
Islamabad tidak mengizinkan wilayahnya digunakan untuk melawan siapa pun, mengganggu perdamaian regional, kata juru bicara militer Pakistan pada hari Minggu (5/1/2020).
Pernyataan itu merujuk pada perselisihan yang sedang berlangsung antara AS dan Iran, media lokal melaporkan.
Penegasan militer Pakistan itu disampaikan dua hari setelah Sekretaris Negara AS Mike Pompeo berbicara dengan Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan Jenderal Qamar Javed Bajwa melalui telepon.
“Dalam skenario ini, Perdana Menteri (Imran Khan) dan panglima militer telah mengambil sikap yang sangat jelas bahwa Pakistan tidak akan membiarkan tanahnya digunakan untuk melawan siapa pun dan memainkan peran kuatnya untuk perdamaian regional,” kata jurubicara militer Jenderal Asif Ghafoor, kepada penyiar lokal ARY News.
Mengacu pada pembunuhan senior senior Iran Qasem Soleimani dalam serangan udara AS di Irak, Ghafoor mengatakan skenario regional telah berubah dan bahwa negaranya tidak akan berkompromi pada keamanan nasionalnya.
• Bendera Merah Berkibar di Kota Suci Iran, Isyarat Bakal Perang dengan Amerika? KBRI Ingatkan WNI
• Presiden AS Ancam Teheran, Akan Serang 52 Target Bila Iran Membalas
Dia menolak "propaganda" media sosial bahwa Pakistan akan mendukung Washington melawan Teheran.
"Kami membayar pengorbanan besar untuk pemulihan perdamaian di negara kami dan kami tidak akan menjadi bagian dari proses apa pun yang mengganggu perdamaian di kawasan itu," Ghafoor menegaskan.
Pakistan akan menentang tindakan apa pun yang merusak proses perdamaian rekonsiliasi yang sedang berlangsung di Afghanistan saat kawasan itu membuat kemajuan menuju perdamaian, tambahnya.
PIKIRAN RAKYAT – Ratusan rakyat Palestina turut berduka atas meninggalnya komandan militer Iran Qassem Soleimani akibat serangan udara Amerika Serikat di Baghdad, Irak.
Para pemimpin kelompok Hamas, yang menguasai Gaza, dan faksi Jihad Islam Palestina, yang keduanya didukung oleh Iran, berbaur dengan para pelayat di sebuah tenda yang didirikan untuk menghormati Soleimani di jantung Kota Gaza.
Dalam kesempatan tersebut bendera Amerika Serikat dan bendera Israel diletakkan di tanah agar para pengunjung dapat menginjak saat memasuki tenda.
Tidak hanya diletakkan di tanah dan diinjak-injak oleh pengunjung, bendera kedua negara tersebut juga dibakar oleh rakyat Palestina.
Baca Juga: Iran Kibarkan Bendera Merah Simbol Balas Dendam dan Siap Berperang
"Kami setia kepada mereka yang mendukung perlawanan dan bersama Palestina, dan kami meminta pemerintah AS dan pendudukan Zionis bertanggung jawab penuh atas konsekuensi kejahatan menyedihkan ini," kata pejabat Hamas, Islamil Radwan dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters via Antara.
Soleimani merupakan komandan Pengawal Revolusi Iran di luar negeri. Sebagai kepala Pasukan Quds, jenderal berusia 62 tahun itu menjadi ahli strategi dalam upaya menyebarkan pengaruh Iran di Timur Tengah melalui milisi proksi, beberapa di antaranya kini beroperasi di ambang pintu Israel, musuh bebuyutannya.
Israel, yang membela operasi AS pada Jumat, berperang tiga kali dengan Hamas dalam satu dekade terakhir dan pada 2006 terlibat perang singkat dengan kelompok Hizbullah dukungan Iran di seluruh perbatasan Libanon.
Baca Juga: Iran - Amerika Serikat Kian Bergejolak, KBRI Teheran Keluarkan Himbauan Untuk WNI
Sementara itu buntut tewasnya komandan militer, Iran telah mengibarkan bendera merah sebagai simbol balas dendam imbas meninggalnya jenderal Garda Revolusi Iran Qassem Soleimani.
Bendera merah tersebut dibentangkan di Masjid Jamkaran di Qom, Iran yang menjadi tempat suci umat islam Iran.
Grid.ID - Sepekan ini dunia dihebohkan dengan kematian jenderela tertinggi Iran Qassem Soleimani. Kabar mengenai kematian Soleimani ini membuat pemerintah Iran geram dan tak tinggal diam dengan perlakuan Amerika Serikat Ini. Suleimani sendiri meninggal beberapa hari lalu setelah diserang oleh pesawat tak berawak milik AS. Menurut Daily Mirror Minggu (5/1/20), usai insiden itu, bendera merah dikibarkan di Masjid Jamkaran di Qom Iran sebagai simbol balas dendam atas kematian Soleimani. Baca Juga: Tidak Banyak yang Tahu, Apa Penyebab Wilayah Natuna Sering Diperebutkan Oleh Indonesia dan China, Rupanya China Sebut Natuna Termasuk Wilayah 'Teluk Persia Kedua'
Bendera itu dikibarkan sebagai seruan atas tewasnya Soleimani. Masjid Jamkaran juga mengeluarkan seruan dengan pengeras suara masjid dengan mengatakan, "Ya Allah, semoga wali-mu muncul kembali." Pemimpin Revolusi Isalam di Iran Imam Sayyed Ali Khamenei berjanji untuk membalaskan kematian Soleimani yang dikenal sebagai ikon perlawanan seluruh dunia. Selain itu, diam-diam Iran juga sudah melakukan serangan langsung ke AS meskipun serangan itu tidak menggunakan senjata militer. Baca Selengkapnya
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bukan hanya Amerika Serikat (AS) yang menyiapkan diri menghadapi aksi balas dendam Iran, tetapi juga Inggris, sekutu dekat Negara Paman Sam itu.
Pada saat ini, Inggris meningkatkan keamanan di fasilitas kepentingannya di Timur Tengah.
Sebanyak dua kapal perang Inggris diperintahkan mengawal kapal tanker berbendera Inggris yang sedang berada di kawasan Teluk (Selat Hormuz).
Selain itu, pemerintah Inggris memerintahkan sekira 400 tentaranya untuk menjaga markas militer, para diplomat, serta fasilitas lainnya setelah terjadi peningkatan ketegangan di Timur Tengah.
Tentara Inggris yang selama ini berada di delapan pangkalan kecil di Irak, juga diperintahkan untuk pindah ke markas yang lebih besar.
Sebuah kapal selam bertenaga nuklir yang dipersenjatai rudal jelajah Tomahawk dan berada di wilayah itu, saat ini diperintahkan dalam kondisi siap tempur.
• Bendera Merah Berkibar di Masjid Jamkaran, Iran Incar 35 Target, Trump Ancam Serang 52 Sasaran
"Kami memiliki rencana A dan rencana B jika semuanya dimulai (terjadi perang).
Pasukan kami di wilayah tersebut telah diberitahu untuk mengarahkan fokus pada perlindungan pasukan," ujar seorang pejabat senior Inggris, Sabtu (4/1).
Menteri Pertahanan Ben Wallace mengungkapkan telah memerintahkan kapal perang ke Selat Hormuz untuk melindungi kapal dan warga negara Inggris.
Sekira 50 anggota Spesial Air Service (SAS/pasukan khusus Inggris) tengah menuju ke Timur Tengah untuk membantu evakuasi potensial warga Inggris.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru bicara Badan Intelejen Nasional (BIN) Wawan Purwanto meminta masyarakat Indonesia tidak terpancing dengan memanasnya hubungan Iran dan Amerika Serikat .
"Kita terus memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk menahan diri dan tidak terpancing. Kita ikuti perkembangan secara seksama," ujar Wawan Purwanto saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (5/1/2019).
BIN menilai, memanasnya hubungan kedua negara itu dapat berdampak pada sejumlah aksi di Indonesia.
Baca: Pengamat Terorisme Sebut Memanasnya Hubungan Iran dan Amerika Tak Bakal Ganggu Keamanan di Indonesia
Di antaranya aksi protes dengan melakukan demostrasi, aksi keprihatinan atau gerakan lainnya termasuk kemungkinan terjadinya aksi teror.
"Hubungan Iran dan AS yang memanas tentu ada pengaruhnya di Indonesia. Biasanya jika Timur Tengah bergejolak maka rakyat Indonesia juga ikut bergejolak, terlepas dari dikotomi Sunni-Syiah," katanya.
Baca: Bendera Merah Berkibar di Kota Suci Iran, Isyarat Bakal Perang Terbuka dengan Amerika?
Wawan menambahkan, aparat keamanan Indonesia wajib mengamankan para diplomat AS maupun kepentingan dan simbol asing lainnya.
"Sebab para diplomat kita di luar negeri juga diamankan oleh aparat keamanan di negara tersebut," katanya.
Terbunuhnya Jenderal Iran Qassem Soleimani karena serangan rudal Amerika Serikat , Jumat (3/1/2020), memicu kemarahan besar Tehran.
Baca Juga: Iran Kibarkan Bendera Merah Simbol Balas Dendam dan Siap Berperang Selain itu, pernyataan Kementerian Luar Negeri Tiongkok yang berkeras dengan konsep internalnya menunjukkan arogansi untuk memprovokasi Indonesia masuk dalam dispute internasional wilayah laut. "Tiongkok sangat tahu dan cukup cerdik membaca situasi yang ada dan kekuatan yang dimilikinya. Semua negara akan bersepakat untuk menghindari perang karena akan mendorong penyelesaian melalui mekanisme negosiasi. Tiongkok punya pengaruh yang cukup untuk digunakan 'memaksa' Indonesia," ujarnya. Willy mengingatkan bahwa tahun depan akan ada persiapan periodic review UNCLOS yang bisa menjadi celah masuk Tiongkok memasukkan isu-isu kelautannya. Menurut dia, dalam catatan ratifikasi UNCLOS tahun 2006, Tiongkok tidak memilih International Court of Justics (ICJ), International Tribunal, International Arbitral Tribunal, maupun Special Arbitral Tribunal sebagai upaya penyelesaian sengketa wilayah laut dengan negara lain.