Jakarta, CNN Indonesia -- Fenomena alam Gerhana Matahari Cincin (GMC) bakal menyambangi sejumlah wilayah di Indonesia pada 26 Desember 2019. Sementara, sebagian daerah lain di Indonesia hanya bisa mengamati gerhana matahari sebagian . Badan Meteorologi dan Geofisika ( BMKG ) membagikan daftar lengkap kota dan waktu puncak pengamatan GMC 2019. Nantinya, masyarakat akan disuguhi dengan fenomena 'cincin api'. Sebab, bayangan Bulan hanya menutupi bagian tengah Matahari dan menyisakan pemandangan bagian cerah serupa cincin api di angkasa. Fenomena GMC ini hanya bisa dinikmati di sebagian wilayah Indonesia. Terdapat 7 provinsi yang bisa menikmati fenomena ini, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Bagi masyarakat yang berada di luar provinsi tersebut hanya bisa menikmati gerhana matahari sebagian. Sebab, posisi kota-kota di luar tujuh provinsi tersebut tak memungkinkan melihat sudut tepat ketika bulan menutup matahari serupa cincin.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang diterima CNNIndonesia.com hari ini (24/12), setidaknya ada 25 kota yang disambangi GMC beserta perkiraan waktu puncak gerhana, 1. Aceh (Sinabang 11.55 WIB, Singkil 12.00 WIB) 2. Sumatera Utara (Sibolga, Pandan, Tarutung 12.04 WIB; Padang Sidempuan, Sipirok 12.06 WIB; Gunung Tua 12.07 WIB, Sibuhuan 12.08 WIB) 3. Riau (Pasir Pengaraian 12.10 WIB, Dumai 12.14 WIB, Bengkali dan Siak Sri Indrapura 12.16 WIB; Selat Panjang 12.19 WIB) 4. Kepulauan Riau (Tanjung Pinang 12.26 WIB, Tanjung Balai Karimun 12.21 WIB, Batam 12.24 WIB, Bandar Seri Bentan 12.26 WIB) 5. Kalimantan Barat (Mempawah dan Singkawang 12.42 WIB, Sambas 12.43 WIB, Bengkayang 12.42 WIB, Putussibau 12.55 WIB) 6. Kalimantan Timur (Tanjungredep 13.10 WIB) 7. Kalimantan Utara (Tanjungselor 13.10 WIB) Khusus masyarakat yang tinggal di Batam, Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Kota Batam bakal menggelar pengamatan GMC di sejumlah titik yaitu Jembatan Barelang, Rempang, dan Galang mulai pukul 07.00 WIB sampai 15.00 WIB.
Masyarakat yang tinggal di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) termasuk mereka yang hanya bisa melihat gerhana matahari sebagian. Gerhana Matahari Parsial mulai bisa diamati mulai pukul 10.43 WIB. Pengamatan Gerhana Matahari Sebagian juga bisa dilakukan di Planetarium dan Observatorium Jakarta kawasan Taman Izmail Marzuki mulai pukul 07.00 WIB. Pengunjung yang datang ke Planetarium Jakarta akan mendapat satu kacamata Matahari. Pihak pengelola juga menyediakan 10 buah teleskop yang dilengkapi filter Matahari dan didampingi oleh astronom, tenaga ahli, dan staf. [Gambas:Video CNN] Di sisi lain, Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau umat Islam di Indonesia untuk melaksanakan Salat Kusuf saat gerhana matahari cincin berlangsung. Salat Kusuf dilakukan sebanyak dua rakaat. Salat dilakukan berjamaah dan dilengkapi dengan ceramah setelah salat dilakukan. Gerhana Matahari Cincin sendiri merupakan gerhana yang terjadi ketika bayangan bulan hanya menutupi bagian tengah matahari. Sehingga menyisakan bentuk cincin api di sekeliling bayangan bulan, sementara pada gerhana matahari total, matahari tertutup total oleh bayangan bulan. Gerhana matahari sebagian terjadi ketika bulan berada tidak tepat di tengah-tengah garis antara matahari dan bumi, sehingga hanya menutupi sebagian matahari. (din/eks)
TEMPO.CO , Batam - Masyarakat di Kepulauan Riau (Kepri) akan menyaksikan fenomena langka gerhana matahari cincin, tepatnya besok 26 Desember 2019. Dalam catatan masyarakat Kepri, fenomena gerhana matahari cincin terjadi satu kali dalam 150 tahun. Fenomena tersebut sudah pernah terjadi pada salah satu pulau berserjarah di Provinsi Kepri, Pulau Penyengat, Tanjungpinang. Kejadian tersebut terdapat dalam catatan sejarah tokoh melayu. Bahkan catatan fenomena tersebut masih ditulis dalam bahasa Belanda. "Itu dari kajian budayawan kami, bahwa sudah pernah terjadi di Penyengat 150 tahun lalu, dan menjadi pembahasan di Jakarta," kata Surjadi Kepala Dinas Pariwisata Tanjungpinang, kepada Tempo, Selasa, 23 Desember 2019. Catatan terjadinya gerhana matahari tersebut dihitung dalam ilmu falaq Melayu oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua, "Ia adalah cendekia Pulau Penyengat," kata dia.
Raja Ahmad sendiri menuliskan fenomena gerhana matahari cincin Tuhfat al Nafhis yang kemudian dilanjutkan oleh puteranya Raja Ahli Haji. Selain itu Raja Ahmad menulis Syair Raksi (Syair tentang raksi bintang). Tulisan tersebut masih terdapat di Perpustakaan Nasional Jakarta berjudul “Kitab Bintang” itu merupakan naskah dari Pulau Penyengat. Dan di dalam sebuah buku berjudul Old Muslim Calendars South East Asia (Kalendar Islam Asia Tenggara) karya Ian Proudfoot disebutkan, bahwa perubahan kalender yang terbukti terbaik di wilayah Melayu berasal dari Johor-Riau. Gerhana matahari cincin terjadi di Johor-Riau pada 8 Juli 1861. Berada agak jauh ke arah utara dari Pulau Penyengat. Ketika itulah Raja Ahmad Engku Haji Tua melakukan perhitungannya dengan ilmu falaq Melayu. "Tetapi astronom Belanda bernama Oudemans sangsi, tidak percaya orang pribumi bisa canggih menghitung hal demikian," kata Surjadi. Foto udara Laman Boenda Gongong Tanjungpinang, lokasi ini akan dijadikan pusat menyaksikan fenomena gerhana matahari cincin. Foto: Tutus RK Ia melanjutkan, karena itu di Pulau Penyengat juga dilaksanakan beberapa kegiatan memperingati gerhana matahari cincin tersebut. "Artinya kami memperingati itu, bahwa dulu cendekia di Pulau Penyengat sudah lama memperhitungkan ini," kata dia. Surjadi menjelaskan, selain di Pulau Penyengat, gerhana matahari cincin juga dapat diperhatikan di Laman Boenda Monumen Gongong, Tanjungpinang. Pihaknya sudah melakukan persiapan mulai dari penempatan titik teropong dan lainnya. YOGI EKA SAHPUTRA
Gerhana Matahari Cincin (GMC) akan menghiasi langit Indonesia pada 26 Desember 2019. Masyarakat dapat menyaksikan fenomena langka gerhana itu dengan kamera lubang jarum, teleskop, atau kacamata khusus.
TEMPO.CO, Jakarta - Dua fenomena astronomi akan terjadi besok, Kamis, 26 Desember 2019 yaitu sebuah asteroid raksasa yang meluncur mendekati Bumi dan gerhana Matahari cincin. Menurut lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat NASA, asteroid tersebut berpotensi berbahaya. Berikut detail dua fenomena tersebut: 1. Asteroid Sebuah asteroid raksasa akan mendekati Bumi pada 26 Desember 2019, sehari setelah Natal. Pelacak asteroid NASA di Center for Near Earth Object Studies (CNEOS) memperkirakan ukuran batuan angkasa itu antara 280 meter hingga 620 meter.
Asteroid yang dijuluki CH59 itu meluncur ke arah Bumi dengan kecepatan lebih dari 44 ribu kilometer perjam. Dengan kecepatan tinggi, asteroid itu akan mendekati Bumi pada pagi 26 Desember. Jika dilihat dari ukurannya, CH59 sebanding dengan Menara Canton Cina dan Menara Sears di Chicago, Amerika Serikat. Bandingkan dengan Monas yang setinggi 132 meter. Namun jarak terdekat lintasan asteroid ini ke Bumi sebenarnya tidak bisa dikatakan dekat juga. Menurut NASA, titik terdekat Asteroid CH59 dengan Bumi sekitar 0,04874 unit astronomi (au). Satu unit astronomi adalah jarak dari planet kita ke Matahari atau sekitar 149,6 juta km. Artinya Asteroid CH59 akan melintas dalam jarak 7,29 juta km dari Bumi. Setiap benda sebesar ini berpotensi meratakan seluruh benua jika menabrak planet Bumi. Kekuatannya akan berdampak membunuh jutaan jiwa dan menimbulkan kekacauan, serta kehancuran pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, demikian diberitakan laman Express , akhir pekan lalu. Berdasarkan laporan Gedung Putih 2018 tentang ancaman asteroid, setiap batu ruang angkasa berukuran antara 400 meter hingga 1,6 kilometer merupakan ancaman dunia. Karena potensi bahaya dari mendekatnya asteroid ke Bumi, NASA melabelinya sebagai asteroid berbahaya (PHA) dan objek dekat Bumi (NEO). "NEO adalah asteroid dan komet yang mendekati atau melewati orbit Bumi mengelilingi Matahari,” kata NASA. “Ketika NEO mengorbit membawa mereka ke atmosfer Bumi, benda-benda yang lebih kecil tanpa fragmen dan hancur, sementara benda yang lebih besar dapat menyebabkan kerusakan, bahkan kehancuran global." Laporan itu juga menambahkan bahwa objek yang dekat dan lebih dari satu kilometer dapat menyebabkan kerusakan pada skala global. Objek sebesar ini dapat memicu tsunami dahsyat, gempa bumi dan efek sekunder yang akan meluas jauh melampaui area dampak. Sekitar 66 juta tahun yang lalu, asteroid berukuran sekitar 10 kilometer diyakini telah memusnahkan dinosaurus dan dua pertiga dari semua kehidupan di Bumi. Namun, CH59 tidak cukup besar untuk mengakhiri semua kehidupan di Bumi. Setelah mendekati Bumi, NASA memperkirakan CH59 akan melewati sangat dekat dengan Venus pada 10 September 2020. Kemudian, asteroid akan mengunjungi Bumi lagi pada Maret 2021, Desember 2023 dan Maret 2024. 2. Gerhana Matahari Cincin Gerhana matahari cincin akan terjadi pada 26 Desember 2019. Namun fenomena langit yang spesial itu tidak bisa disaksikan dari semua wilayah di Indonesia. “Hanya sebagian Sumatera dan Kalimantan yang punya titik bagus untuk pengamatan,” kata Avivah Yamani, penggiat astronomi dari Komunitas Langit Selatan di Bandung, pada 23 Oktober 2019. "Matahari akan tertutup bulan sekitar 93-94 persen." Sisa piringan matahari yang berpendar kemudian seolah membentuk cincin di langit. Kota-kota yang akan dilintasi gerhana matahari cincin itu adalah Siak, Sibolga, Padang Sidempuan, Duri, Tanjung Balai Karimun, Batam, Tanjung Pinang. Kemudian Singkawang, Pemangkat, Sambas, Entikong, Tanjung Selor, dan Derawan. Mengutip laman langitselatan.com, waktu dimulainya gerhana matahari cincin di daerah yang masuk Wilayah Indonesia Barat (WIB) dari pukul 10.00-an. Puncaknya mulai pukul 12.00-an. Sementara di Wilayah Indonesia Tengah (WITA), proses gerhana matahari cincinnya dimulai pukul 12.00-an dan masa puncaknya pukul 14.00-an. Sementara wilayah lain di Indonesia mayoritas hanya bisa menyaksikan gerhana matahari sebagian seperti di seluruh Jawa hingga Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Papua. Gerhananya berkisar 40-90 persen. Gerhana matahari cincin kata Avivah terjadi saat bulan sedang berada di apogee atau menuju titik terjauhnya dari bBumi. Akibatnya, piringan bulan jadi lebih kecil untuk bisa menutupi seluruh piringan matahari. Pada saat gerhana matahari cincin terjadi, wilayah yang dilintasi gerhana akan mengalami pengurangan intensitas cahaya matahari. “Sehingga suasana siang hari akan terasa seperti senja,” kata dia. Perubahan serupa juga dialami oleh wilayah lain di Indonesia yang mengalami gerhana sebagian. Secara umum, gerhana matahari bukan fenomena yang sangat langka. Dalam setahun bisa terjadi 2 – 5 kali. Kombinasinya bisa berupa gerhana total, cincin, dan sebagian. Istimewanya, tidak semua wilayah di Bumi bisa menikmati gerhana matahari meskipun sedang siang. Gerhana matahari cincin 26 Desember 2019 akan dimulai dari Semenanjung Arab, berlanjut ke India, Sri Lanka, Indonesia, Singapura, Malaysia, sebagian kecil wilayah FIlipina, dan berakhir di Samudera Pasifik.
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Gerhana matahari cincin diperkirakan akan terjadi pada 26 Desember 2019 atau dua hari lagi.
Sehingga pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Malikussaleh Aceh Utara, mengingatkan masyarakat yang ingin memelihat peristiwa di angkasa tersebut agar dapat melakukan dengan cara yang benar.
Ini guna menghindari terjadinya kerusakan mata hingga sampai kebutaan.
Untuk diketahui, ada lima gerhana yang terjadi sepanjang tahun 2019. Pertama berupa gerhana matahari parsial (6 Januari 2019).
Kedua, gerhana bulan (21 Januari 2019). Ketiga, gerhana matahari total (2 Juli 2019). Keempat, gerhana bulan parsial (17 Juli 2019). Serta terakhir gerhana matahari cincin (26 Desember 2019).
Khusus untuk gerhana matahari pada 26 Desember 2019, akan mulai terjadi pada pukul 10.34.24 WIB ditandai dengan menyentuhnya piringan bulan dengan piringan matahari.
Sedangkan puncak gerhana akan terjadi pada pukul 12.17.36 WIB, ,dimana 85 % piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan.
Saat puncak gerhana, maka permukaan matahari akan terlihat di Aceh seperti bulan sabit.
Sedangkan akhir gerhana pada pukul 14.00.53 WIB yang ditandai piringan bulan sudah terlepas.
BATAM , KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Klas I Hang Nadim menggelar pemantauan bareng fenomena gerhana matahari cincin (GMC) di Kota Batam .
Bahkan, selain teropong, BMKG Stasiun Meteorologi Klas I Hang Nadim juga menyediakan layar besar agar masyarakat Batam dapat menyaksikan dengan seksama proses gerhana matahari cincin ini.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Klas I Hang Nadim Batam, Suratman mengatakan kegiatan pemantauan gerhana matahari cincin bersama ini dilakukan di Dataran Engku Putri, Batam.
Baca juga: Kamis, Gerhana Matahari Cincin Bakal Terjadi di Sebagian Wilayah Kepri
Nantinya, teropong tersebut terhubung dengan layar besar, sehingga masyarakat cukup menonton di layar saja.
"Jadi tidak perlu membeli kacamata khusus, karena bisa menyaksikannya di layar besar yang disediakan, yang pasti lebih jelas dan lebih aman," kata Suratman, Selasa (24/12/2019).
Bahkan, untuk memeriahkan proses penyaksian gerhana matahari cincin ini, di lokasi Dataran Engku Putri juga disediakan bazar.
"Untuk menyukseskan kegiatan BMKG Stasiun Meteorologi Klas I Hang Nadim, Dinas Pariwisata Batam juga menyelenggarakan bazar di dataran Engku Putri," kata Kadis Pariwisata Kota Batam Ardiwinata.
Baca juga: 26 Desember Gerhana Matahari Cincin, Apa yang Bisa Dipelajari?
Ardi mengatakan pihaknya juga mengundang Tim Bosscha ITB dan beberapa orang pakar ilmu falaq untuk memeriahkan kegiatan ini.
"Selain bazar, juga ada pentas seni anak sekolah, dan pertunjukan musik, " jelasnya.
Sedangkan pada hari H, 26 Desember 2019, opening ceremony mulai dari pembukaan dan lainnya.
Setelah itu, terdapat acara lomba mewarnai gerhana, lomba mengambar gerhana, live mural, pangung puisi, joget dangkong, dan shalat gerhana.
Banda Aceh - Gerhana matahari menyapa seluruh kabupaten/kota di Aceh pada 26 Desember besok. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat tidak melihat fenomena langka tersebut dengan mata telanjang. "Menyangkut dengan gerhana kami mengimbau agar masyarakat tidak menyaksikan dengan mata telanjang karena dapat membahayakan mata," kata Kasi Data dan Informasi BMKG Aceh, Zakaria Ahmad, kepada detikcom , Rabu (25/12/2019).
Berdasarkan prediksi BMKG, cuaca di Aceh umumnya cerah berawan saat terjadi gerhana matahari. Fenomena tersebut dapat disaksikan di seluruh Aceh, tapi hanya dua kabupaten yang mengalami gerhana matahari cincin. Kedua kabupaten tersebut adalah Simeulue dan Aceh Singkil. Kantor Wilayah Kemenag Aceh memusatkan pemantauan gerhana matahari cincin di Simeulue dengan menyiapkan 10 teleskop.
Adapun wilayah yang dapat menikmati gerhana matahari cincin yaitu Kota Sinabang, Sibolga, Padang Sidempuan, Siak, Batam, Tanjung Pinang, Singkawang, Entihong dan Tanjung Selor.
SINGKAWANG - Fenomena Gerhana Matahari Cincin bakal terjadi di Kota Singkawang Kamis (26/12/2019).
Lantas bagaimana umat Islam mesti menyikapinya dan apa saja anjuran yang dituntunkan bagi pemeluk Agama Islam.
Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Pusat Muhammadiyah, Rahmadi Wibowo Suwono Lc MA M, Hum mengatakan, gerhana merupakan satu di antara bentuk kebesaran Allah SWT.
Maka ada beberapa hal yang dianjurkan bagi setiap umat Islam, di antaranya memperbanyak mengucap takbir dan mengagungkan kalimah Allah SWT. Kemudian selanjutnya melaksanakan salat gerhana.
Di Kota Singkawang sudah dapat dilaksanakan pada pukul 10.43 hingga 14.30.
Kemudian dianjurkan pula memperbanyak sedekah kepada orang fakir, miskin hingga anak yatim dan orang membutuhkan. "Ini yang dituntunkan," ujarnya
• Singkawang dan Siak Jadi Lokasi Terbaik Saksikan Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019
Ia menjelaskan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah merupakan majelis yang diberi amanah untuk mengkaji meneliti, terkait keagamaan, pemahaman dan perihal termasuk, masalah-masalah berhubungan dengan Agama.
"Dari hasil kajian itu munculah produk,keagamaan termasuk bidang astronomi. Ada difisi hisab dan iptek. Dimajelis itu dan ada turunan bidang-bidang mengkaji secara spesifik di antaranya hisab," ujarnya
Jika dikaitkan dengan ibadah, misalnya diperuntukan pembentukan, misalnya dalam rangka penentuan arah kiblat waktu salat, awal bulan puasa hingga gerhana.
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) Singkawang , telah mengeluarkan edaran untuk pelaksanaan salat kusuf atau salat gerhana matahari pada kamis di Masjid Raya Singkawang bagi umat Muslim(26/12/2019) Pukul 11.00 WIB.
Umat Islam diimbau untuk memperbanyak zikir, istighfar, sedekah dan amal salih lainya serta mendoakan keselamatan dan kemajuan Indonesia.
Pimpinan Daerah Muhamadiyah, Singkawang H M Thamrin H. Zahran S.Pd M.Pd juga mengajak segenap umat muslim khususnya di Singkawang untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
"Kita banyak-banyak beristighfar.Banyak-banya berzikir Karena sebetulnya gerhana ini peringatan dari Allah SWT bagaimana kita harus menyikapinya salah satunya kita melaksanakan salat gerhana matahari ," ujarnya (zul)
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang gerhana matahari cincin akan terjadi besok, Kamis, 26 Desember 2019. Lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat NASA meluruskan dan menghilangkan beberapa mitos umum tentang peristiwa langit yang luar biasa ini. Berita terpoluler lainnya tentang rumor Samsung Galaxy S11 dan Huawei P40 yang dikabarkan akan memiliki kamera belakang yang sama. Juga, perbandingan jumlah kasus gigitan ular berbisa dengan produksi antivenom. Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno: 1. Ada Gerhana Matahari Besok, Ini 5 Mitos yang Dibantah NASA
Warga mencoba alat untuk melihat gerhana matahari buatan sendiri di La Paz, Bolivia, Selasa, 2 Juli 2019. Alat ini dibuat dari kardus dan kacamata las. REUTERS/David Mercado Manusia telah menyaksikan gerhana Matahari selama ribuan tahun. Sepanjang zaman, mitos dan kesalahpahaman umum terbentuk sehubungan dengan fenomena tersebut, demikian dikutip WJLG, baru-baru ini. Gerhana Matahari cincin akan terjadi besok, Kamis, 26 Desember 2019. Di Indonesia akan dimulai pada pukul 10.00-an WIB dan puncaknya akan terjadi pada pukul 12.00 WIB. Lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat NASA meluruskan dan menghilangkan beberapa mitos umum tentang peristiwa langit yang luar biasa ini. 2. Galaxy S11 dan Huawei P40 Pro Bakal Punya Kamera yang Sama? Galaxy S11 dan Huawei P40 Pro bakal dirilis Februari dan Maret 2020. Kredit: Express Samsung Galaxy S11 dan Huawei P40 akan diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang. Rumor mengatakan bahwa kedua smartphone tersebut akan dibekali dengan satu fitur yang cukup kontroversial, yaitu kamera belakang yang sama. Galaxy S11 akan menggantikan Galaxy S10 pada bulan Februari. Sama seperti pendahulunya, perangkat ini akan diperkirakan hadir dalam berbagai model: Galaxy S11, Galaxy S11 Plus dan Galaxy S11e, demikian dikutip laman Express, baru-baru ini. Seperti yang diharapkan dari flagship Samsung Galaxy S11 kemungkinan akan datang dengan mengemas spesifikasi terbaru dan canggih, tetapi rumor mengatakan bahwa itu juga bisa membawa upgrade kamera besar-besaran, dukungan 5G, dan tampilan yang diperbarui juga. 3. Pakar: Kasus Gigitan Ular Per Tahun Lebih Banyak dari Antibisa Penggemar ular dari komunitas DPO menghadapi ancaman seekor ular berbisa di Cibeunying Park, Bandung, Jawa Barat, 16 November 2014. Atraksi ini menjadi hiburan sekaligus edukasi tentang penanganan terhadap ular berbisa. TEMPO/Prima Mulia Pakar gigitan ular berbisa Tri Maharani menjelaskan bahwa tahun ini terjadi 135 ribu kasus gigitan ular berbisa. Namun produksi antibisa atau anticenom di Indonesia hanya 40 ribu per tahun. “Anticenom ada 40 ribu per tahun, kalau inciden atau kasus 135 ribu per tahun. Sedangkan ular berbisa ada 77 jenis, kalau jumlah ular kobra tentu saja banyak sekali,” ujar Tri kepada Tempo melalui WhatsApp, Selasa, 24 Desember 2019. Baru-baru ini masyarakat dikejutkan dengan munculnya puluhan anak ular kobra di pemukiman warga di beberapa lokasi seperti Depok, Bogor, Bekasi dan Jakarta. Temuan itu membuat masyarakat di wilayah tersebut resah. Selain tiga berita terpopuler di atas, Anda bisa membaca berita hari ini seputar sains dan teknologi hanya di kanal Tekno Tempo.co.