Montreal - Sebastian Vettel bakal start terdepan pada balapan F1 GP Kanada 2019 . Vettel mengungguli Lewis Hamilton dan Charles Leclerc. Pada sesi kualifikasi yang dihelat di sirkuit Gilles Villeneuve, Montreal, Minggu (9/6/2019) dini hari WIB, Vettel dan Hamilton saling bersaing di Q3. Hamilton awalnya mencatatkan waktu tercepat 1 menit 10,493 detik, mengungguli Vettel dan Leclerc. Di sisa dua menit kualifikasi, Hamilton mempertajam catatan waktunya jadi 1 menit 10,446 detik, sebelum Vettel menyalipnya dengan waktu 1 menit 10,240 detik. Catatan waktu itu sudah cukup mengantarkan Vettel meraih pole dengan selisih waktu 0,206 detik. Bagi Vettel ini adalah pole pertamanya di musim 2019 sekaligus yang pertama juga semenjak 10 bulan terakhir atau 16 balapan terakhir. Peluangnya meraih kemenangan pertama musim in terbilang besar karena musim lalu dia juga menang di Kanada setelah meraih pole. Leclerc, rekan setim Vettel di Ferrari, harus puas start dari posisi ketiga dengan waktu 1 menit 10,920 detik. Melengkapi posisi lima besar adalah Daniel Ricciardo dan Pierre Gasly. Masalah pada mobil Mercedesnya membuat Valtteri Bottas cuma bisa start dari posisi keenam, disusul Nico Hulkenberg, Lando Norris, Carlos Sainz Jr., dan Kevin Magnussen. Hasil Kualifikasi GP Kanada Foto: Mark Thompson/Getty Images (mrp/mrp)
Kevin Magnussen's qualifying came to a dramatic end in Q2#CanadianGP 🇨🇦 #F1 (sound on) pic.twitter.com/k2mAwcIMoR
Lando Norris, McLaren MCL34, Charles Leclerc, Ferrari SF90 1 / 10 Foto oleh: Simon Galloway / Sutton Images Sebastian Vettel, Ferrari SF90 2 / 10 Foto oleh: Andy Hone / LAT Images Nico Hulkenberg, Renault R.S.19 3 / 10 Foto oleh: Simon Galloway / Sutton Images Max Verstappen, Red Bull Racing RB15 4 / 10 Foto oleh: Andy Hone / LAT Images Lance Stroll, Racing Point RP19, Lewis Hamilton, Mercedes AMG F1 W10 5 / 10 Foto oleh: Joe Portlock / LAT Images Kimi Raikkonen, Alfa Romeo Racing C38 6 / 10 Foto oleh: Zak Mauger / LAT Images Charles Leclerc, Ferrari 7 / 10 Foto oleh: Mark Sutton / Sutton Images Romain Grosjean, Haas VF-19 8 / 10 Foto oleh: Francois Tremblay Carlos Sainz Jr., McLaren MCL34 9 / 10 Foto oleh: Steven Tee / LAT Images Max Verstappen, Red Bull Racing 10 / 10 Foto oleh: Joe Portlock / LAT Images
MONTREAL – Hasil positif berhasil didapatkan oleh pembalap Tim Renault, Daniel Ricciardo , ketika menjalani sesi kualifikasi Formula One (F1) musim 2019 Grand Prix (GP) Kanada. Ya, Ricciardo berhasil meraih jadi pembalap dengan catatan waktu terbaik keempat dalam sesi itu.
Pada sesi kualifikasi yang dilangsungkan di Sirkuit Gilles Villeneuve tersebut, Ricciardo sejatinya kurang begitu menjanjikan saat awal-awal berada di atas lintasan. Namun seiring berjalannya waktu, Ricciardo mampu menunjukkan performa cukup impresif.
Ricciardo pun berhasil mencatatkan waktu 1 menit 11,071 detik dan berhak berada di posisi keempat kala start dalam balapan F1 GP Kanada 2019. Ricciardo berada di belakang Sebastian Vettel, Lewis Hamilton, serta Charles Leclerc.
Baca Juga: Ricciardo Yakin Red Bull Bakal Segera Raih Hasil Manis di F1 2019
Berhasil memulai balapan dari baris depan membuat Ricciardo pun merasa sangat bahagia. Terlebih, Ricciardo sendiri menyadari para rivalnya macam Max Verstappen (Red Bull) dan Pierre Gasly (Red Bull) tampil luar biasa cepat pada sesi kualifikasi F1 GP Kanada 2019. “Saya harus bertemu Helmut Marko (konsultan motorsport Red Bull). Jelas posisis keempat, dan start dari baris kedua terasa manis. Jujur saja, ketika Max tersingkir, saya tahu kami punya kesempatan nyata di Q3,” ucap Ricciardo, seperti disadur dari Motorsport , Minggu (9/6/2019).
“Gasly juga hanya berjarak 0,4 detik di depan saya saat Q2, tetapi waktu itu saya masih belum puas. Saya tahu Q3 bakal berjalan menarik, tetapi dia punya ban baru, jadi saya sadar harus melakukan lap yang sempurna,” sambungnya.
“Ternyata saya juga unggul atas Valtteri (Bottas), yang saya lihat dia melintir. Saya tidak tahu apa yang terjadi di percobaan kedua dia, tetapi saya senang dengan hasil ini. Semoga kami bisa meraih hasil lebih baik pada balapan nanti,” tuntas pembalap asal Australia tersebut.
MONTREAL, KOMPAS.com - Pemandangan unik terjadi pada saat latihan bebas balapan Formula 1 ( F1) GP Kanada, Jumat (7/6/2019).
Pada latihan bebas 1 (FP1) GP Kanada di Sirkuit Gilles Villeneuve, ada marmot tanah (groundhog) yang melintas ketika pebalap Nicholas Latifi melintas.
Beruntung bagi sang marmot, Latifi berhasil menghindarinya sehingga tak terjadi "kecelakaan" fatal.
"Saya hampir saja bertabrakan dengan marmot," kata Latifi seperti dikutip dari situs web TSN.
Baca juga: Klasemen F1, 2 Pebalap Mercedes Unggul Jauh atas Para Pesaing
"Untung saja, saya berhasil menghindarinya dan kami berdua lolos tanpa cedera," tutur pebalap Kanada itu berseloroh.
In case you missed it ????@NicholasLatifi missed it ????#F1 #CanadianGP ???????? pic.twitter.com/tJmmkQVZSW
Mobil Lance Stroll mengeluarkan api besar di FP3 F1 Kanada 2019
GridOto.com - Mobil Lance Stroll (tim Racing Point) mengeluarkan api yang besar di FP3 F1 Kanada, Sabtu (8/6). Hal itu membuat Mercedes, selaku pemasok mesin tim Racing Point panik. Bos Mercedes F1 , Toto Wolff , mengungkapkan kekhawatiran pihaknya soal mesin spek-2 yang dipakai oleh tim Racing Point. Itu karena 2 pembalap tim Mercedes, Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas, juga memakai upgrade mesin spek-2 yang sama mulai balapan di Kanada akhir pekan ini. ( Baca Juga: WorldSBK Spanyol: Menang Superpole Race, Alvaro Bautista Raih Kemenangan 12+1 ) Toto Wolff takut jika mobil yang memakai mesin Mercedes akan mengalami masalah serupa. "Kami sangat khawatir soal masalah mesinnya," kata Wolff dilansir GridOto.com dari Planet F1 . "Kami masih belum benar-benar tahu dari apa api itu, padahal mesin baru ini mengeluarkan api saat mau keluar trek di mana pembalap tidak menginjak gas terlalu kuat," sambungnya.
Wolff mengaku pihaknya langsung melakukan investigasi soal hal ini agar tidak terjadi ke tim lain yang memakai mesin spek-2 Mercedes.
Regulasi Olahraga dan Regulasi Teknis FIA terbaru yang salah satunya menyusun Regulasi Finansial Formula 1 dan berlaku mulai 2021, menuntut pengeluaran tim terbatasi maksimum hanya USD 175 juta atau setara Rp 2,5 triliun per musim.
Sebelumnya, pengeluaran tim dibatasi maksimum lebih rendah dari angka USD 175 juta, namun akhirnya itu tersepakati karena mendapat tekanan dari tiga tim besar Mercedes, Ferrari dan Red Bull, lansir motorsport.
Batas maksimum tersebut akan diberlakukan selama lima musim mulai 2021 hingga 2025, namun ada kemungkinan penyesuaian inflasi.
Jumlah itu belum termasuk beberapa elemen kunci dalam pengeluaran tim seperti gaji pembalap, biaya pemasaran, dan biaya yang berkaitan dengan pengembangan mesin.
Saat ini, tim-tim besar diperkirakan mengucurkan anggaran sebesar USD 220-250 juta per musimnya. Jadi bisa dibilang pembatasan anggaran ini tidak terlalu signifikan. Namun, tim-tim papan tengah awalnya berharap batas maksimum berada di kisaran USD 150 juta.
F1 juga menyiapkan hukuman bagi tim yang melanggar regulasi, termasuk pengurangan poin. Team principal bahkan bisa kehilangan lisensi FIA mereka. (mg8/jpnn)
Prince Birabongse Bhanudej Bhanubandh atau Prince Bira, pembalap F1 satu-satunya dari Thailand.
INDOSPORT.COM - Presiden Joko Widodo meminta Sirkuit Mandalika di Lombok juga dikembangkan untuk menyelenggarakan balapan Formula 1, selain MotoGP.
Namun jika menyelenggarakan Formula 1 masih berupa wacana, tidak dengan kiprah pembalap Indonesia di ajang jet darat ini. Tim Merah Putih sempat mengirimkan Rio Haryanto, yang membawa harum nama bangsa ke ajang F1.
Namun selain Rio Haryanto, tahukah Anda Asia Tenggara pernah punya pembalap F1 sebelumnya? Berikut INDOSPORT merangkum empat pembalap F1 yang berasal dari Asia Tenggara, dikutip dari Seasia .
Thailand menjadi negara Asia Tenggara pertama yang punya pembalap mobil. Adalah Prince Birabongse Bhanudej Bhanubandh atau yang akrab disebut Prince Bira, yang melakoni balapan mobil pada era 1950-an.
Memiliki keturunan garis biru Siam (kini Thailand), Prince Bira dikirim ke Inggris untuk bersekolah. Di sinilah ketertarikan di dunia otomotif muncul. Pertama kali ia balapan bersama tim sepupunya, Prince Chula yang bernama White Mouse Racing pada 1935.
Lalu ia mulai balapan di Formula 1 dan Grand Prix untuk tim Maserati, Gordini, dan Connaught. Pada Olimpiade 1960, Prince Bira bahkan berkompetisi melawan pembalap F1 lainnya, Roberto Mieres.
Mesin turbohibrida V6 diperkenalkan pada 2014, dan power unit Mercedes menjelma sebagai mesin balap paling efisien sepanjang sejarah lantaran diyakini telah menembus 50 persen efisiensi termal. Sebagai perbandingan, mesin Normally-Aspirated, yang merupakan pendahulu generasi hibrida, dilaporkan hanya memiliki 29 persen efisiensi. Baca Juga: Namun, Green, yang mana timnya memakai mesin buatan Mercedes, merasa teknologi mesin saat ini terlalu rumit. "Menurut saya, apa yang kita miliki di bagian belakang mobil saat ini adalah sebuah teknologi yang luar biasa," ucapnya. "Tetapi bisa dibilang itu terlalu luar biasa. "Saya pikir, apa yang kita miliki saat ini berpotensi mengubah standar teknologi menjadi terlalu tinggi, dan saya lebih ingin melihat sesuatu yang sedikit lebih sederhana. Itu pandangan saya. "Saya tidak akan menolak tambahan tenaga. Menurut saya F1 tidak pernah cukup dengan tenaga mesin. Kita butuh mobil yang lebih sulit untuk dikendarai. Tenaga yang lebih banyak dalam Power Unit yang lebih sederhana, itu yang saya harapkan." Romantisme mesin Normally-Aspirated Team principal Red Bull, Christian Horner, mengatakan dirinya juga akan menyambut dengan gembira jika F1 kembali ke mesin dengan rpm (revolusi per menit) yang lebih tinggi seperti di masa lalu. Namun, ia juga menyadari bahwa pengembangan mesin saat ini lebih terfokus pada teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. "Mesin Normally-Aspirated V10 atau V12 dengan rpm tinggi akan menjadi sebuah hal yang indah di Formula 1. Tetapi sayangnya, menurut saya itu sudah menjadi teknologi yang usang," kata Horner. "Seperti yang dikatakan Andy, teknologi yang ada di mesin sekarang ini benar-benar luar biasa. Kita akan melewati periode stabilitas mesin sampai tahun 2023 atau 2024. Jadi Formula 1 harus mengambil keputusan yang tepat untuk masa depan. "Jelas, sektor otomotif saat ini bergerak begitu cepat, dan seperti apa teknologi yang akan menjadi relevan nantinya? "Karena mesin yang akan diperkenalkan di 2025 harus bisa bertahan selama lima hingga 10 tahun, sampai 2035. Itu periode yang sangat lama. "Sisi romantis saya berkata kembali ke mesin yang bising, rpm tinggi, dan Normally-Aspirated."
Bos Mercedes, Toto Wolff mengaku percaya diri bahwa tren positif akan terus berlanjut di F1 Kanada akhir pekan ini
GridOto.com - Bos Mercedes , Toto Wolff mengaku percaya diri bahwa tren positif akan terus berlanjut di F1 Kanada akhir pekan ini. Kepercayaan diri tersebut makin meningkat setelah Mercedes juga akan tampil dengan perangkat mesin baru di F1 Kanada. Seperti diketahui, Mercedes memang tampil begitu mendominasi dalam enam seri awal musim ini. Mereka selalu berhasil memenangi setiap balapan entah itu Lewis Hamilton ataupun Valtteri Bottas . ( Baca Juga: Babak Belur! Ini Kondisi Tembok Wall of Champions di Hari Pertama F1 Kanada ) Keduanya juga selalu menembus podium secara bersamaan dan tidak pernah merengkuh hasil di luar tiga besar. Menjelang seri ketujuh di F1 Kanada, tentu rasa optimisme Toto Wolff tersebut makin meningkat.
Apalagi, ia sudah menyiapkan mesin baru untuk Hamilton dan Bottas agar tampil lebih impresif lagi.