Contact Form

 

Kalahkan Warriors, Raptors Cetak Sejarah Juara NBA


Jakarta, CNN Indonesia -- Toronto Raptors  mencetak sejarah untuk kali pertama juara liga basket Amerika Serikat NBA  2019. Kepastian gelar tersebut didapat setelah mengalahkan  Golden State Warriors dengan skor 114-110 pada laga gim 6 final NBA, di Stadion Oracle Arena, Jumat (14/6) pagi WIB.

Raptors menang dengan agregat 4-2 atas Warriors. Di gim keenam, Golden State Warriors sempat unggul atas Raptors pada kuarter ketiga dengan skor 88-75.

Pertarungan sengit di kuarter keempat berlanjut. Raptors kembali memimpin pada kuarter itu namun hanya unggul tipis yakni 109-105 di sisa satu menit lagi. Di sisa 43 detik lagi, Warriors memperkecil ketinggalan jadi 108-109. Raptors kembali menjauh menjadi 111-108 setelah Pascal Siacam berhasil menyumbang dua poin.

Kawhi Leonard (kanan) jadi andalan Raptors kalahkan Warriors. (Sergio Estrada-USA TODAY Sports)

Tinggal 18 detik lagi, Warriors menambah dua angka dan memperkecil ketinggalan hanya 111-110. Namun, Raptors kembali menambah keunggulan menjadi 112-110 di sisa satu detik lagi setelah free throw Kawhi Leonard masuk. 

Raptors menamha dua poin laga setelah dua free throw Pascal Siacam masuk. Laga berakhir, Raports memastikan kemenangan atas Warriors 114-110 sekaligus juara NBA untuk kali pertama. (bac)







View this post on Instagram

BALL GAME!!!!!!! YOUUUUUU REEEEEAAAAAADDDDYYYYYY???? ONE MORE WIN!!!!!! THE REAL WARRIORS ARE IN THE 6 😂👌🏽


KOMPAS.com - Juara empat kali NBA bersama San Antonio Spurs, Tony Parker, memutuskan pensiun sebagai pebasket profesional pada usia 37 tahun, Senin (10/6/2019).

Dalam kariernya, Parker bergabung dengan San Antonio Spurs pada tahun 2001 dan memenangi gelar NBA, kompetisi basket tertinggi di AS, bersama klub tersebut pada 2003, 2005, 2007, dan 2014, sebelum bergabung dengan Charlotte Hornets pada musim lalu.

Untuk level timnas, pebasket asal Perancis itu pernah menjadi juara Eropa pada 2013.

"Dengan banyak emosi, saya pensiun dari bola basket, itu adalah perjalanan yang luar biasa! Bahkan, dalam mimpi terliar saya, saya tidak pernah berpikir saya akan menjalani semua momen yang sulit dipercaya dengan NBA dan tim nasional Perancis," ucap Parker pada akun media sosialnya.

Baca juga: Unggul 3-1, Raptors Berpeluang Mengubah Sejarah NBA

???????? It’s with a lot of emotion that I retire from basketball, it was an incredible journey! Even in my wildest dreams, I never thought I would live all those unbelievable moments with the NBA and the French National Team.

Thank you for everything! https://t.co/YKqTlnkG90


loading...

(nfl)

KAWHI Leonard jadi representasi pebasket NBA dengan gaya yang bertolak belakang dengan gemerlapnya NBA.Apa yang membuat pebasket andalan Toronto Raptors itu lebih memilih diam seribu bahasa dan membiarkan tangannya yang berbicara. Dahulu kala di zaman Mesir Kuno tersebutlah perselisihan dua orang dewa, Osiris dan Seth.Pertempuran terjadi karena Seth tidak pernah rela kakaknya, Osiris, menjadi dewa paling utama di Mesir Kuno. Seth akhirnya menjebak Osiris dan berhasil menewaskannya dengan tipu muslihat.Peristiwa pembunuhan itu benar-benar membekas pada benak Horus, keturunan Osiris dan pasangannya, Isis. Seperti ayahnya, Horus juga seorang dewa yang termanifestasi dalam badan seorang pria berkepala elang.Tak seperti dewa lainnya, Horus tak pernah banyak bicara. Kedua matanya adalah matahari dan rembulan. Sebagai penguasa langit, dengan kedua matanya Horus lebih banyak mengamati dunia lewat matanya ketimbang menghabiskan waktunya dengan bicara.Namun, Horus tak bisa menyimpan kesedihannya yang mendalam atas tewasnya sang ayah. Dalam kebisuannya, dia menunggu waktu dan menguatkan seluruh potensi yang ada didirinya untuk mengalahkan Seth.Selama waktunya tiba, Horus tak pernah sekalipun mengeluarkan sepatah dua patah kata. Pada akhirnya Horus berhasil mengalahkan Seth meskipun mengorbankan mata kirinya yang berupa rembulan.Kawhi Leonard, pebasket NBA dari klub Toronto Raptors, bukanlah Horus. Namun, kesedihan kehilangan ayah yang dialami Horus hingga kini masih membekas di hati Kawhi Leonard.Pebasket kelahiran 29 Juni 1991 itu tidak pernah lupa peristiwa yang terjadi pada 18 Januari 2008 di sebuah tempat cucian mobil yang dimiliki ayahnya, Mark Leonard.Harusnya hari itu setelah tempat cucian mobil tutup, Mark Leonard akan segera menonton Kawhi bermain basket. Namun hingga pertandingan usai, Mark tidak pernah datang melihat Kawhi.Usai pertandingan, Kawhi hanya bisa menatap nanar langit-langit stadion begitu melihat ibunya, Kim Leonard, menangis keras memeluk dirinya. Ibunya datang seorang diri tanpa kehadiran ayahnya.Sesampainya di rumah, Kawhi mendengar cerita yang pernah dia dengar sebelumnya jika tinggal di kawasan keras di Amerika, Compton, New York. Dari orang-orang yang datang ke rumahnya, Kawhi mengetahui sesaat sebelum ayahnya menutup tempat cucian mobil miliknya, tiba-tiba saja seseorang datang masuk dalam tempat cucian.Entah mengapa pria itu langsung menembakkan pistol ke tubuh Mark yang tidak bisa melawan. Seketika Mark tewas di tempat. Kawhi tidak pernah tahu apa yang menyebabkan orang itu membunuh ayahnya.Bahkan, hingga kini polisi tidak pernah sanggup menemukan siapa yang telah membunuh ayahnya. Sejak saat itu Kawhi bukan hanya kehilangan ayahnya, juga kehilangan kepercayaannya pada dunia. Dia berubah menjadi pribadi yang tertutup.Dia selalu irit berbicara dan tidak pernah mau meluapkan emosi yang dia rasakan. “Saya ingat Kawhi Leonard karena beberapa hari setelah ayahnya meninggal, dia bertanding basket dengan anak saya.Saat itu saya datang dan melihat dia begitu memesona karena berhasil mencetak banyak angka. Namun, setelahnya dia lebih banyak diam,” kata aktor Hollywood, Denzel Washington.Namun yang Denzel Washington tidak tahu, setelah pertandingan itu, Kawhi langsung pulang dan memeluk ibunya, Kim Leonard, sambil menangis histeris.“Mungkin itu tangisan terakhir yang pernah dia perlihatkan kepada saya,” kenang Kim.Beruntung, menurut Kim, Kawhi memiliki satu hal yang tidak pernah bisa dihilangkan darinya, yakni olahraga basket. Cabang olahraga ini justru jadi bukti adanya jalinan kasih antara Kawhi dan ayahnya.Kim mengatakan,awalnya Kawhi justru jatuh cinta pada cabang olahraga lain, sepak bola Amerika. Kebetulan sang ayah, Mark, memang menyukai olahraga itu. Namun, seiring waktu tepatnya saat berada di sekolah menengah pertama Kawhi justru tertarik dengan olahraga basket.Hal ini tentunya membuat Mark sedikit kecewa. Pasalnya, Mark memang menginginkan Kawhi jadi atlet sepak bola Amerika profesional. Namun, Mark tidak pernah mengatakan tidak buat Kawhi.“Termasuk ketika Kawhi bertanya kepadanya, apakah dia sudah terlalu terlambat untuk belajar basket,” ucap Kim. Mark mengatakan tidak ada kata terlambat jika ingin mencoba melakukan sesuatu.Sekalipun tidak memiliki bakat, Mark percaya anaknya itu bisa menjadi atlet basket yang baik dengan berlatih lebih keras. Sejak saat itulah, Mark tidak pernah absen mengajak anaknya berlatih basket. Kebersamaan mereka inilah yang membuat jalinan kasih sayang itu bertambah kuat.Mark yakin meski terlambat, Kawhi bisa mengatasi semua kelemahan yang ada di dirinya. “Dulu ketika dia masuk pertama kali ke San Antonio Spurs, dia tidak pernah terbiasa melakukan tembakan tiga angka. Namun, dia mau berlatih terus-menerus tanpa henti. Dia mau mendengarkan orang melatih dirinya,” ujar Greg Popovich, pelatih San Antonio Spurs.Sikap Kawhi yang mau belajar dan mendengarkan orang lain sangat bertolak belakang dengan gaya superstar NBA yang ada saat ini.Dia tak ubahnya seperti antitesa superstar NBA yang terlalu mudah besar kepala, pongah, dan merasa lebih baik dari pelatihnya sendiri. Dia juga tak seperti superstar NBA lainnya yang kerap jadi pusat perhatian bukan karena kemampuannya bermain basket tapi gayanya di luar lapangan basket.Dia malah berusaha sekeras mungkin untuk tidak ribet dengan media sosial. Bayangkan saja dia tidak pernah memiliki akun I nstagram . Bahkan, akun Twitter resmi miliknya yang dibuat pada 2015 hanya memuat 4 unggahan dan tidak pernah bertambah hingga kini.Orang-orang bahkan tidak tahu apa yang dia lakukan sehari-hari di luar bermain basket. Seakan-akan Kawhi tidak ingin berada dalam sorotan lampu. Seolah-olah dia ingin bersembunyi di balik bayangannya sendiri. Padahal, dia pantas untuk dapat sorotan karena kemampuannya bermain basket tidak perlu diragukan lagi.Dia pernah mengantarkan San Antonio Spurs berhasil menjuarai NBA tahun 2014. Di babak final NBA 2014, dia bahkan dinobatkan sebagai Most Valuable Player (MVP).Dia juga sudah tiga kali tercatat masuk tim utama NBA All Star, dua kali masuk tim utama NBA secara keseluruhan dan tiga kali masuk dalam daftar pebasket dengan pertahanan terbaik di NBA.Dengan catatan itu, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan pebasket yang pernah menjadi juara NBA seperti LeBron James, Kevin Durrant, Steph Curry dan sebagainya. Namun, Kawhi menempuh hidup yang berbeda dibanding mereka.Dia berusaha menutup diri dari kontroversi. Hal yang sama dia lakukan ketika diterpa masalah seperti saat musim 2017-2018 ketika cedera lama dan tidak membela San Antonio Spurs. Waktu itu dia memilih fokus pada cederanya dan tidak mengatakan apa pun.Hingga akhirnya San Antonio Spurs menjualnya ke Toronto Raptors, Kawhi tidak pernah sekalipun mengucapkan hal yang buruk buat San Antonio Spurs.“Adalah hal yang sia-sia jika kita ingin mengubah seseorang dari kepribadiannya. Jika orangnya pendiam, kita tidak bisa menuntutnya untuk menjadi lebih banyak bicara. Saya rasa situasi inilah yang membuatnya mampu menjadi yang terbaik,” ujar Popovich.Jesse Washington, analis NBA dari The Undefeated, bahkan mengatakan NBA butuh pebasket seperti Kawhi lebih banyak lagi.Memang, sikap tertutup Kawhi membuatnya jadi figur yang tak menarik untuk diikuti. “Tapi NBA membutuhkan pebasket yang magical , yang bisa membuat sebuah pertandingan begitu membius bukan karena gaya mereka di luar lapangan tapi kemampuan mereka di atas lapangan,” ucapnya.Daya sihir inilah yang pernah ditunjukkan Kawhi di ajang Playoffs NBA 2019. Dia membawa Toronto Raptors dengan gaya dan kepribadiannya yang tertutup atau introvert. Kawhi adalah sebuah antitesis dari superstar NBA.


"Kesempatan bermain basket kursi roda bersama mereka adalah ungkapan rasa hormat, apalagi ini akan membantu mendorong, menginspirasi dan memotivasi mereka bermain olahraga dengan santai dan bahagia," kata Nick.

"Penyandang cacat sering menghadapi hambatan sosial dan kecacatan membangkitkan persepsi negatif dan diskriminasi di banyak masyarakat, terutama dengan perempuan, sementara peluangnya lebih kecil dari laki-laki dan saya fokus pada menutup kesenjangan kesetaraan untuk memastikan pemain perempuan dihargai kesetaraan," kata Nick.

Nick pun membuat film dokumenter untuk atlet difabel di True 24 Tv, dan sudah 93 episode dan ditayangkan setiap minggu di Thailand. Melalui siaran tersebut, orang tahu kehidupan atlet yang berbeda dan bagaimana mereka berjuang untuk mendapatkan medali untuk negara.

Ditulis oleh: Natalia S Tjahja Stephen Curry telah mencetakan 31 poin dalam kemenangan Golden State Warriors atas Toronto Raptors di Game 5 NBA Finals, dengan skor akhir 106-105.




Bola.com, Jakarta - Komite Olimpiade Filipina (POC) resmi mengganti gim NBA 2K19 dengan Hearthstone pada  SEA Games 2019 di Filipina.

Gim Hearthstone sudah menjadi salah satu cabang yang dipertandingkan sebagai cabang ekshibisi Asian Games 2018. Pada laga ekshibisi itu, Indonesia diwakili oleh Hendry "Jothree" Handisurya. Pada perhelatan itu, Jothree mendapatkan medali perak.

Melihat prestasi tersebut, Indonesia tentu bisa berharap meraih medali emas dari nomor Hearthstone di SEA Games 2019.

Melansir esport.id (13/6/2019), seleksi pemain untuk pelatnas Indonesia cabang Hearthstone belum ditentukan. 

Cabang-cabang gim yang akan dipertandingkan pada esports Sea Games 2019 antara lain Dota 2, StarCraft II, Mobile Legends, Arena of Valor, Tekken 7, dan Hearthstone.

Pada SEA Games 2019 , Indonesia membidik dua medali emas dari Dota 2 dan Tekken 7. 

Sumber: IESPA, Esport.id Penggemar Esport khususnya game League of legends pasti tahu dengan Faker, gamer yang sudah mendunia dan melegenda. Faker hadir di Jakarta dalam gelaran ujicoba esports di Asian Games 2018.




Bola.com, Jakarta Kawhi Leonard mencetak 36 poin dalam kemenangan Raptors atas Warriors dengan skor akhir 105-92, Raptors memimpin 3-1 di NBA Finals 2019.




The Professional Basketball Writers Association (PBWA) announced today that L.A. Clippers Head Coach Doc Rivers has won the 2018-19 Rudy Tomjanovich Award, which honors an NBA coach for his cooperation with the media and fans, as well as his excellence on the court.

In his sixth season with the Clippers, Rivers, who previously won the Rudy Tomjanovich Award in 2011-12 as the Head Coach of the Boston Celtics, led the Clippers to a 48-34 record and earned the eighth seed in the Western Conference Playoffs. L.A. became the fifth team in NBA history to win at least 45 games without an All-Star. Rivers, the winningest head coach in franchise history, was named Western Conference Coach of the Month for October and November during the 2018-19 season and is a finalist for the NBA Coach of the Year.

Members of the PBWA, which include more than 200 NBA writers and editors, selected Rivers from five finalists including: Kenny Atkinson of the Brooklyn Nets, Mike D’Antoni of the Houston Rockets, Michael Malone of the Denver Nuggets and Nate McMillan of the Indiana Pacers.

The Rudy Tomjanovich Award is named after the former Houston Rockets and Los Angeles Lakers head coach who exemplified professionalism and respect to members of the media. During his 13 seasons as an NBA head coach, Tomjanovich compiled a 527-416 regular-season record, a 51-39 postseason record and won back-to-back NBA titles with the Houston Rockets in 1994 and 1995.

Rudy Tomjanovich Award Winners

2010-11 Jerry Sloan, Utah Jazz

2011-12 Doc Rivers, Boston Celtics

2012-13 George Karl, Denver Nuggets

2013-14 Frank Vogel, Indiana Pacers

2014-15 Steve Kerr, Golden State Warriors

2015-16 Dwane Casey, Toronto Raptors

2016-17 Stan Van Gundy, Detroit Pistons

2017-18 Steve Kerr, Golden State Warriors

2018-19 Doc Rivers, LA Clippers


The Raptors were better, the Warriors were scrappier and Toronto went into halftime at Oracle up, 60-57.

The lead honestly felt like it should be much larger for the Raptors. They shot the ball well, they harassed Golden State’s shooters, and they forced 10 turnovers. Kyle Lowry, who scored Toronto’s first 11 points, is up to 21, Pascal Siakam has 13 and Serge Ibaka closed the first half on a tear, repeatedly getting to the basket against Golden State’s small lineup, and has 10 off the bench.

But somehow, some way, the Warriors are staying in the game. Klay Thompson has nearly matched Lowry with 18 points, picking up 8 from the free-throw line, Andre Iguodala has 11, showing off a nice array of dunks, and Draymond Green is being his usual versatile self with 4 points, 9 rebounds and 8 assists.

The stars of the teams have been a bit quieter. Stephen Curry is being his usual disruptive self with his off-ball movement, but he’s scored just 9 points on 2 of 7 shooting. Kawhi Leonard has 9 points and 2 rebounds and picked up a costly third foul late in the quarter — one that gave Thompson three free points.

Golden State seems to have a choice: Go small to open up the offense (which lets Ibaka dominate inside), or go big to solidify its defense (leaving just one shooter on the court). Neither option is particularly appealing and Toronto, trying to close out a championship on the road, seems to be working to force an advantage no matter what the Warriors choose.

Scott Cacciola: I wrote about Kyle Lowry after he did a lot of little stuff to help the Raptors win Game 1. He did not exactly clutter the box score. Well, he has done everything for Toronto tonight: scoring, passing, leading, steadying. For all the change that the Raptors have undergone in recent seasons to shape themselves into bona fide contender, Lowry has been a constant. And he, more than anyone else in the franchise, with the possible exception of Masai Ujiri, the team’s president of basketball operations, has been through the most, including the many lows. He is doing all he can to try to end this thing tonight, on the highest of highs.

2nd Quarter: Toronto is missing Marc Gasol.

Stephen Curry came back into the game and Golden State went on an immediate 6-0 run to take a lead, 44-43.

Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply