Contact Form

 

Dollar Hari Ini Dekati Rp 15.000, Rupiah Anjlok Disebut Terendah Sejak Krisis Ekonomi Tahun 1998


Liputan6.com, Jakarta DPR mengkritik pemerintah karena kondisi rupiah yang saat ini menyentuh level 14.800 per Dolar Amerika Serikat (AS).

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menegaskan pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Hal tersebut dilakukan agar perubahan nilai tukar rupiah mencerminkan fundamental ekonomi yang menopangnya dan fleksibilitas rupiah dapat dikelola dan diserap perekonomian dengan baik.

"Kami akan terus mewaspadai pergerakan nilai tukar rupiah yang dipicu oleh sentimen global dan perubahan kebijakan negara Amerika Serikat," kata Menkeu Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Selasa (4/9/2018).

Selain itu, dia juga menegaskan BI dan OJK akan terus menjaga sistem keuangan dan fungsi intermediasi agar tetap stabil dan tahan terhadap guncangan global.

"Dalam rangka mitigasi dan antisipasi terhadap risiko nilai tukar rupiah , Pemerintah dan BI akan menyiapkan dan memanfaatkan kerjasama regional dan global untuk memperkuat instrumen second line of defense ," ujarnya.

Dia juga menjelaskan dalam konteks yang sangat dinamis, penetapan asumsi nilai tukar tahun 2019 menjadi tantangan yang tidak mudah karena harus mencerminkan kombinasi antara faktor fundamental yang menopang nilai Rupiah, namun juga harus antisipasif terhadap sentimen pasar yang mudah berubah.

Dia menyatakan pemerintah akan menggunakan seluruh instrumen kebijakan, baik instrumen fiskal maupun instrumen kebijakan struktural untuk terus melakukan penguatan struktur perekonomian Indonesia dengan memperkuat sektor industri manufaktur yang mampu menghasilkan devisa, dan mengurangi impor terutama impor barang konsumtif.

"Juga mendukung pariwisata, sehingga neraca perdagangan dan transaksi berjalan menjadi kuat," ujar dia.

Sementara itu, perbaikan iklim investasi juga dilakukan agar dapat menarik arus modal dari luar dengan tujuan untuk memperkuat neraca modal sehingga neraca pembayaran akan semakin kokoh yang akan menopang stabilitas nilai tukar rupiah.

"Pemerintah juga terus memperkuat basis investor dalam negeri dan melakukan pendalaman pasar keuangan, sehingga stabilitas nilai surat berharga pemerintah dapat dijaga."

Sebelumnya, Anggota fraksi Partai Gerindra, Bambang Haryo mengkritisi pemerintah yang selalu mengatakan bahwa kondisi ekonomi baik-baik saja meski rupiah hampir mendekati level 15.000.

Padahal, menurutnya, kondisi tersebut sudah mengkhawatirkan terlebih saat ini impor pangan cukup tinggi. Seperti komoditas kedelai, jagung, gula hingga beras.

"Hampir seluruh komoditas kita impor dan ini mnenurut saya terlalu memprihatikan dan selalu Pak Presiden menyampaikan kurs Dolar terjadi menguat di beberapa negara. Memang benar, tapi kondisi di Indonesia yang terparah," kata Bambang di Gedung DPR RI, Selasa (4/9).

Bambang meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan hal tersebut kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Di kehidupan masyarakat ini sangat memberatkan dan tolong Menkeu (Sri Mulyani) sampaikan kepada Presiden (Jokowi) agar impor dikurangin bukan malah ditambah," ujarnya.

Senada, Michael Wattimena anggota fraksi partai Demokrat menyampaikan pemikirannya mengenai kondisi rupiah saat ini.

Dia menjelaskan, Indonesia punya sejarah pahit mengenai krisis moneter yaitu yang terjadi 20 tahun silam tepatnya tahun 1998.

"Indonesia ini adalah negara yang besar, kita punya pengalaman yang pahit pada tahun 1998 dimana Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi," ujarnya.

Dia menegaskan, hal tersebut jangan sampai terulang kembali. Oleh sebab itu dia meminta pemerintah segera melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Sebab saat ini rupiah sudah mulai merangkak ke level 14.500.

"Kami sangat mencintai Indonesia dan memiliki pengalaman pahit di mana Indonesia mengalami krisis ekonomi," ujarnya.

Dia meminta pemerintah jujur dan terbuka mengenai kondisi ekonomi saat ini dimana kondisi ekonomi global yang bergejolak selalu dituding menjadi penyebab rupiah terdepresiasi.

Padahal, lanjutnya, dalam nota keuangan yang disampaikan Presiden pada tanggal 16 Agustus 2018 terkait RAPBN 2019 Rupiah diasumsikan 14.400.

"Nilai tukar yang diasumsikan meningkat. Jadi kondisi ini, tolong Menkeu jelaskan secara jujur keadaan ekonomi saat ini. Sebab kita tidak ingin dalam situasi 1998 yang mengalami krisis ekonomi. Nota keuangan saja yang disampaikan oleh Presiden Rupiah berada pada mendekati 14.800 padahal hari ini sudah ingin mencapai 14.900, untuk itu saat ibu menjelaskan kami mohon ibu menjelaskan secara jujur. Saya pikir janganlah kita kaitkan masalah-masalah ini dengan negara lain yang tidak ada kaitannya," dia menandaskan.




- Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah hari ini bergerak di level Rp 14.820 hingga Rp 14.940. Demikian dikutipdari data perdagangan Reuters, Selasa (4/9/2018).Dolar AS parkir di level Rp 14.930 pada penutupan perdagangan hari ini. Rupiah tercatat tertekan 0,8% terhadap dolar AS sepanjang hari ini.Rupiah sendiri tak sendirian kalah dari dolar AS. Mata uang negara lainnya rata-rata juga keok dari dolar AS sepanjang hari ini. Di antaranya euro yang tertekan 0,53%, yen Jepang tertekan 0,32%, dolar Australia 0,57%, dolar Kanada 0,47% hingga peso Meksiko 0,90%.Tertekannya rupiah berbanding lurus dengan perdagangan di bursa saham IHSG hari ini. Meski bergerak cenderung positif, namun IHSG melaju di rentang yang sangat tipis dan langsung melorot ke zona merah sore ini.IHSG turun 62,278 poin (1,04%) ke 5.905,301. Sementara indeks LQ45 turun 9,840 poin (1,05%) ke 931,654.


BANJARMASINPOST.CO.ID - Dollar Hari Ini Dekati Rp 15.000, Rupiah Anjlok Disebut Terendah Sejak krisis ekonomi (krismon) Tahun 1998

Dollar Hari Ini Kuat Rupiah Loyo, Tembus Rp 14.882 Terendah Sejak Tahun 1998.

Baca: Menikah dengan Habib Usman, Ternyata Kartika Putri Sudah Punya Anak, Lihat Foto-fotonya

Memahnya atau rupiah loyo ini menimbulkan kekhawatiran.

Meskipun tidak hanya mata uang Indonesia Rupiah yang loyo, tapi nyaris semua negara berkembang.

Sampai Senin (4/9/2018) pukul 15:27 WIB, Rupiah diperdagangkan di Rp 14.822 per dollar AS.

Padahal, pada perdagangan hari sebelumnya, dollar/rupiah masih di level 14.710.

Baca: Roy Suryo Dapat Surat Tagihan dari Kemenpora, Belum Kembalikan 3.226 Item Aset Saat Jabat Menpora

Dibandingkan harga penutupan, posisi rupiah hari ini paling lemah sejak tahun 1998.

Tapi, dari perdagangan intraday, rupiah pernah sempat mencapai Rp 14.828 per dollar AS pada 29 September 2015 lalu.

Baca: Fadli Zon Sebut Anti Pancasila & PKI Soal Ustadz Abdul Somad Batal Ceramah karena Diduga Intimidasi

Rupiah tetap melemah, kendati penguatan dollar AS mereda sedikit ketimbang kemarin dibanding mata uang utama dunia.




TRIBUNNEWS.COM - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) telah menembus angka Rp 15.029, pada Selasa (4/9/2018) malam.

Seperti dikutip TribunWow.com dari laman Kursdollar.net, hingga pukul 19.20 WIB, nilai tukar rupiah kini mencapai Rp 15.029 per dolar AS.

• Nilai Tukar Rupiah Makin Melemah, Gerindra: Jelas Membuat Utang Pemerintah Melonjak

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (3/9/2018), menurut Bloomberg, Rupiah melemah ke posisi Rp 14.815 per Dolar AS.

Bloomberg mengestimasi, hari ini kurs rupiah akan bergerak pada kisaran Rp 14.780 hingga Rp 14.845 per Dolar AS.

Posisi kurs rupiah, berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) hari ini juga melemah ke posisi Rp 14.840 per Dolar AS dari posisi kemarin Rp 14.767 per Dolar AS.

BACA ARTIKEL SELENGKAPNYA DI SINI >>>

Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply