Contact Form

 

Ini Alasan Demokrat Tolak Sandi Cawapres Prabowo


SERAMBINEWS.COM -  Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno resmi menjadi capres- cawapres peserta Pilpres 2019 setelah mendaftar di kantor Komisi Pemilihan Umum ( KPU), Jakarta Pusat pada Jumat (10/8/2018) siang.

Proses pendaftaran dilakukan di lantai dua kantor KPU dan diawali penyerahan berkas syarat pencalonan.

Berkas diserahkan oleh Prabowo Subianto kepada Ketua KPU Arief Budiman. Setelah itu tim KPU memeriksa kelengkapan syarat pendaftaran.

Keduanya tiba bersamaan, Jumat (10/8/2018) pukul 13.35 WIB.

Pasangan calon Prabowo-Sandiaga Uno diusung oleh empat parpol, yakni Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat.

Saat pendaftaran hadir sejumlah petinggi parpol pendukung, antara lain Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Sekjen PAN Eddy Soeparno.

Ada pula Presiden PKS Sohibul Iman, Sekjen PKS Mustafa Kamal, Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan.

Baca: Kanada tak Rencanakan Pembalasan Ekonomi Terhadap Saudi

Baca: Pasca Jokowi Memilih Maruf Amin Jadi Cawapres di Pilpres 2019, Ini Tanggapan Sejumlah Public Figure

Sebelumnya, Jokowi bersama Ma'ruf Amin juga resmi mendaftar sebagai bakal capres dan cawapres ke KPU.

Kedatangan Jokowi dan Ma'ruf ini diiringi oleh seluruh parpol koalisi.

Diantaranya, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.




Partai Demokrat (PD) menolak Sandiaga Uno jadi cawapres pendamping Prabowo Subianto . Alasannya, elektabilitas Sandiaga Uno rendah di berbagai lembaga survei. "Kita kan dasar analisisnya lembaga survei tentu kawan-kawan semua pernah melihat lembaga survei. Nama Sandi kan rendah elektabilitasnya, artinya butuh perjuangan lebih keras daripada menyandingkan seseorang yang sosok elektabilitasnya lebih tinggi yaitu yang jadi pertimbangan kita," ucap Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP PD Ferdinand Hutahaean di kediaman SBY, Jalan Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (10/8/2018) dinihari. Ferdinand juga mengatakan, Ketum Gerindra Prabowo Subianto memberikan alasan memilih Sandiaga. Prabowo disebut Ferdinand menyampaikan pasangan ini akan memenangkan Pilpres 2019 .

"Ya Pak Prabowo sampaikan alasan ini kesepakatan dari teman-teman koalisi lain. Ya itu aja yang disampaikan dan beliau merasa yakin bahwa berpasangan dengan Sandiaga Uno eliau akan menangkan Pilpres 2019 nanti, itu aja," tutur dia. Menurut Ferdinand, Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) elektabilitasnya lebih tinggi dari calon lain. Apalagi elektabilitas Sandiaga masih dibawah AHY. "Justru itu kalau kita lihat dari survei ada AHY, Gatot, Anies dan beberapa nama yang elektabilitasnya tinggi. Kita ingin menimang-menimang kalau Sandi jauh dibawah sekali," jelas dia. Demokrat juga tak terlihat dalam deklarasi Prabowo-Sandiaga, menurut dia masih mempertimbangkan calon alternatif. Namun Prabowo lebih memilih deklarasi tersebut. "Ya kita kan belum putus ya, karena komunikasi masih sama Pak Prabowo pertimbangkan untuk cari alternatif nama lain yang punya kemungkinan lebih besar ya tapi Pak Prabowo memutuskan untuk deklarasi. Kita tadi sudah dikasih tahu tapi kita belum bisa bersama-sama di sana pada saat deklarasi karena kita lagi kumpul," ujar dia. Dikesempatan terpisah, Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief menilai sulit untuk memenangkan Prabowo-Sandiaga. Sebab Demokrat sudah melakukan perhitungan dalam Pilpres 2019. Alasan lainnya, Prabowo telah mengkhianati Demokrat dalam koalisi dan mencium aroma politik yang tidak sehat. "Ketiga berdasarkan perhitungan kami bahwa kemungkinan menang di koalisi Pak Prabowo sangat kecil dan kami melihat Pak Prabowo tidak serius untuk menang dalam pilpres ini," tutur Andi. Partai Demokrat juga akan melakukan rapat majelis tinggi untuk membahas arah koalisi pada Jumat (10/8) pagi. Demokrat bakal menentukan bergabung koalisi Prabowo atau Jokowi. Tonton Video: Koalisi Prabowo-Sandiaga Tanpa Demokrat [Gambas:Video 20detik]




Rentetan deklarasi dan pendaftaran capres/cawapres 2019 oleh Joko Widodo ( Jokowi )-Ma'ruf Amin serta Prabowo Subianto -Sandiaga Uno telah usai. Masing-masing kubu memiliki warna-warna tersendiri saat deklarasi dan pendaftaran Pilpres di KPU. Seperti pada kubu Jokowi dengan Koalisi Indonesia Kerja saat mengumumkan cawapres di Restoran Plataran Menteng, Jakarta, Kamis (9/8). Drama penentuan cawapres terjadi di menit-menit akhir di mana Jokowi akhirnya memutuskan Ma'ruf menjadi cawapresnya. Padahal sebelumnya, Mahfud Md digadang-gadang jadi cawapres dan diminta standby tak jauh dari Plataran Menteng. Deklarasi Jokowi-Ma'ruf Amin. (Foto: Pradita Utama) "Terlepas Pak Mahfud sangat punya kompetensi, tetapi ada barrier sebut saja dari PKB atau PDIP karena bagaimana menyangkut langkah di Pileg 2019 dan 2024. Sehingga kemudian muncul drama, Pak Mahfud yang dikonfimasi paginya menerima realitas politik. Artinya realitas kompetisi di sesama internal parpol terutama menyangkut figur yang diterima tanpa menyebabkan turbulence. Jadi, aspek dramatis pada figur," ujar Analis Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto kepada wartawan, Jumat (10/8/2018).

Saat Jokowi sudah mengumumkan koalisi, kubu Prabowo baru menyusul deklarasi jelang pergantian hari. Sebab, sempat terjadi dinamika di internal koalisi Prabowo. Apalagi Partai Demokrat (PD) tak hadir saat deklarasi Prabowo-Sandiaga, meskipun ujung-ujungnya PD berlabuh ke Koalisi Prabowo. Deklarasi Prabowo-Sandiaga di Kertanegara. (Foto: Ari Saputra) "Pola dukungan Gerindra dan Partai Demokrat jelang injury time terjadi kekisruhan di media sosial, misalnya Pak Andi Arief dengan Pak Arief Poyuono sampai injury time Partai Demokrat tak berada di lokasi deklarasi," kata Gun Gun. Beda deklarasi, beda juga momen saat kubu Jokowi dan Prabowo mendaftarkan diri ke KPU hari ini. Tokoh-tokoh yang hadir saat pendaftaran Jokowi ke KPU dinilai lebih menunjukkan hierarki kekuasaan di parpol di mana tokoh sentral terletak pada ketum dan sekjen parpol, meski pidato Jokowi terlihat lebih membumi di banding Prabowo. "Jokowi equalitarian style. Itu terlihat dari menggandeng tangan Ma'ruf Amin dan jauh lebih mudah dengan bahasa yang biasa (saat pidato)," ujar Gun Gun. "Jokowi lebih equalitarian, lebih model kesetaraan. Dia casual, lebih menunjukkan kebersahajaan," imbuhnya. Jokowi dan Ma'ruf Amin. Foto: Pradita Utama Sementara itu tokoh-tokoh yang hadir saat Prabowo mendaftarkan diri ke KPU lebih variatif. Selain para ketum dan sekjen, hadir juga tokoh lain seperti Amien Rais, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), hingga Titiek Soeharto. Untuk nama yang terakhir, kehadiran Titiek sekaligus menunjukkan arah dukungan politik keluarga Cendana. "Itu termasuk menjadi indikasi ke mana kekuatan Tommy Soeharto dan Partai Berkarya, keluarga Soeharto berlabuh. Kalau diperhatikan kehadiran Mbak Titiek bisa jadi simbol keluarga Soeharto ke mana," jelas Gun Gun. Soal pidato yang disampaikan, Prabowo berbeda dengan Jokowi. Prabowo menunjukkan pidato berapi-api dari atas sunroof mobil. Prabowo seolah hendak menunjukkan atau pamer kekuatan lewat orasi di hadapan pendukungnya. Prabowo menyapa pendukung dari sunroof mobil. (Foto: Pradita Utama) "Prabowo lebih ke power, otoritas dan dia menunjukkan kegagahan dan lain-lain. AHY sama Ibas menunjukkan mereka sudah sampai di titik akomodasi politik dan representasi mereka jadi pesan Demokrat menyalurkan suara di basis konstituennya," pungkas Gun Gun. Simak Juga 'Membandingkan Gaya Jokowi dan Prabowo saat Daftar Pilpres': [Gambas:Video 20detik]




Sandiaga Uno Jadi Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2019

Abi Sarwanto , CNN Indonesia | Kamis, 09/08/2018 23:30 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Gubernur DKI Jakarta  Sandiaga Uno secara resmi dipilih oleh Ketua Umum Partai Gerindra  Prabowo Subianto sebagai calon wakil presidennya pada pilpres 2019 . "Tiga pimpinan partai politik telah memberikan kepercayaan kepada saya dan saudara Sandiaga Uno untuk maju sebagai calon presiden can calon wakil presiden untuk masa bakti 2019-2024," kata Prabowo di rumahnya, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (9/8). Hadir dalam deklarasi, elite Partai Amanat Nasional (PAN) seperti Amien Rais, Zulkifli Hasan dan elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS) seperti Sohibul Iman dan Salim Segaf Al Jufri. Namun tidak terlihat perwakilan elite Partai Demokrat dalam deklarasi yang juga dihadiri perwakilan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama itu.

Sebelumnya, Sandiaga telah mengajukan surat keterangan tidak pailit ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Surat keterangan ini merupakan salah satu syarat mendaftarkan diri sebagai calon presiden atau calon wakil presiden 2019 yang diatur dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU).

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebelumnya mengaku ditawari posisi cawapres bagi Prabowo lebih dahulu ketimbang Sandiaga. Namun, Anies menolak tawaran itu. "Sesudah saya menyampaikan tidak [ingin jadi cawapres], baru Pak Sandi [ditawarkan]," kata Sandi di Balai Kota Jakarta, Kamis (9/8). Anies juga sudah berbicara empat mata dengan Sandiaga soal pencalonan sebagai cawapres. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengatakan deklarasi Prabowo dan cawapresnya akan dilakukan pada malam ini. Hasim mengatakan peluang pasangan Prabowo-Sandiaga belum berubah hingga beberapa waktu terakhir, "kecuali kalau Tuhan menentukan lain, ya," katanya. Nama Sandiaga muncul belakangan pada bursa cawapres kubu Prabowo. Dia dianggap sebagai sosok yang bisa mewakili anak muda.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Andre Rosiade menyebut sosok cawapres yang diusung pihaknya merupakan sosok muda dan menarik. Dia pun menyebut pilihan ini berbeda dengan sosok pendamping Joko Widodo yang disebutnya lebih sepuh. Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno juga sempat mendatangi Balai Kota Jakarta, Kamis (9/8) sore. Ia datang beberapa jam sebelum Prabowo Subianto mengumumkan calon wakil presiden. Prabowo sempat menyambangi Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Aljufri pada Kamis sore ini. Ia keluar dari rumah Salim sekira pukul 16.20 WIB. Mantan Danjen Kopassus itu keluar rumah pada saat bersamaan Ketua GNPF Ulama Yusuf Martak juga datang ke kediaman Prabowo. Menjelang pengambilan keputusan, Sandiaga telah mendatangi rumah Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (8/8).

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Sehari jelang pengumuman, situasi sempat memanas ketika Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief menyampaikan kegeramannya kepada Prabowo dan Sandiaga Uno. Dia menyebut Prabowo sebagai jenderal kardus dan menuding Sandiaga telah membayar PAN dan PKS sebesar Rp500 miliar. "Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghatgai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus," tulis Andi Arief melalui akun Twitter @AndiArief_.

Andi Arief mengklaim memiliki data akurat mengenai dugaan 'mahar' Rp500 miliar yang disiapkan Sandiaga untuk PAN dan PKS. Ia menyebut uang itu sebagai imbal balik agar Sandiaga, yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, dipilih menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo di pilpres 2019. Sementara itu, dalam beberapa kesempatan, Prabowo memang digadang-gadang akan dipasangkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada pilpres 2019. Prabowo sendiri beberapa kali telah bertemu dengan SBY. Pendaftaran capres dan cawapres pada pemilu 2019 akan ditutup Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat (10/8). Kedua kubu recananya akan mendaftarkan jagoan masing-masing ke KPU besok. (pmg/DAL)



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply