Contact Form

 

Ricuh kaos ganti presiden di debat Pilgub Jabar, Deddy Mizwar sempat ngambek


Merdeka.com - Debat Pilgub Jawa Barat putaran kedua digelar di Balairung Universitas Indonesia (UI) Depok. Di pengujung acara sempat terjadi kericuhan yang dipicu oleh closing statement pasangan nomor tiga yaitu Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik).

Pasangan ini menyebut jika terpilih dalam Pilgub Jabar 2018, maka pada tahun 2019 nanti akan ganti presiden. Kemudian diikuti dengan dibentangkannya kaos bertuliskan '2018 Asyik Menang, 2019 Ganti Presiden'. Melihat hal itu para pendukung PDIP geram.

Hal ini sempat membuat pasangan nomor empat yaitu Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi terdiam di atas panggung. Bahkan di antara riuhnya pendukung pasangan TB Hasanuddin-Anton Charliyan (Hasanah), Deddy Mizwar sempat menghampiri sang istri untuk menenangkan.

Pasalnya, istri pemeran Nagabonar itu terlihat khawatir dengan situasi tersebut. Deddy pun mengaku sudah tidak semangat untuk menyampaikan closing statement. Akhirnya, Dedi Mulyadi yang memberikan closing statement.

Sementara itu, massa pun masih terus emosi dengan ucapan pasangan Asyik. Mereka meminta agar Bawaslu mendiskualifikasi pasangan tersebut. Bahkan ada kader yang memaksa naik ke panggung. Namun dihalangi oleh petugas.

Massa baru mereda setelah TB Hasanuddin mengeluarkan statement. "Semua tenang. Saudara jangan ikuti apa yang diterorkan kepada kita," kata Hasan menenangkan.

Dia pun meminta agar para pendukungnya kembali ke rumah dengan tenang. Dengan tegas Hasan mengimbau agar jangan ada yang melakukan tindakan melanggar hukum. "Jadi pulang kembali jangan merugikan diri sendiri, saudara pulang bersama saya. Ikuti perintah saya," tegasnya.

Kang Hasan juga meminta pendukungnya agar memaafkan atas apa yang terjadi tadi. Persoalan yang ada kata dia akan diselesaikan di jalur yang semestinya. "Saudara jangan dibiasakan main teror. Jangan lakukan kegiatan melanggar hukum kita bukan teroris, pulang. Kita selesaikan dengan Bawaslu. Kita belum masuk pada tahap pilpres, kalau mengerti tidak akan dilakukan, jadi maafkan beliau-beliau," pungkasnya. [bal]




DEPOK , KOMPAS.com - Calon wakil gubernur Jawa Barat nomor urut tiga, Ahmad Syaikhu, mempertanyakan kebijakan Ridwan Kamil saat menjabat Wali Kota Bandung yang tidak membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayahnya.

Syaikhu menilai, tidak dibentuknya BPBD tingkat Kota Bandung, akan sangat rentan ketika terjadi bencana yang menimpa kota, kabupaten, atau bahkan provinsi. "Bandung adalah Ibu Kota Jawa barat. Ini kaitannya dengan kesiapan kita menghadapi bencana lingkungan," ucap Syaikhu, dalam debat publik putaran kedua, di Kampus UI Depok , Senin (14/5/2018).

"Saya melihat, di Kota Bandung itu justru Kang Emil mengambil kebijakan tidak membentuk BPBD," tambahnya.

Baca juga: Sudrajat-Syaikhu Bawa Kaus 2018 Asyik Menang, 2019 Ganti Presiden, Debat Pilgub Jabar Berakhir Panas Hal senada diungkapkan calon gubernur Jawa Barat nomor urut empat, Deddy Mizwar. Ia tidak melihat visi dan misi pasangan Rindu (Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum) yang mengangkat soal isu lingkungan. "Jangan-jangan, ini baru ngarang. Silahkan diperiksa, tidak ada visi-misi tadi. Tapi baguslah, ada inovasi teknologi pertanian," ucap Deddy. Menanggapi dua hal itu, Ridwan Kamil menyebut, bahwa di Kota Bandung sudah dibentuk Dinas Kebencanaan. Fungsinya, sambung Emil, sama seperti tugas BPBD. Yaitu, cepat tanggap ketika ada bencana. "Di Bandung itu ada namanya Dinas Kebencanaan, fungsinya sama saja, pak. Aksinya cepat tanggap kalau ada bencana dan lain-lain," tutur Emil.

Baca juga: Alasan Ridwan Kamil Kenakan Pita Hitam di Debat Kedua Pilgub Jabar Emil menyebut, sebesar 60 persen wilayah Jawa Barat berpotensi mengalami bencana hidrologis. Karena itu, pasangan Rindu berkomitmen membuat cetak biru yang diberi nama Resillion Provit. "Inilah yang akan memastikan anggaran, koordinasi, inovasi-inovasi, demi kemajuan Jabar. Insya Allah Resilion Provit menjadi jawaban untuk kebencanaan dari pasangan Rindu," tutup Emil.

Kompas TV Pemilihan Gubernur Jawa Barat menjadi gelaran pilkada paling ketat.




TRIBUNNEWS.COM - Debat Pilgub Jawa Barat berakhir ricuh, Senin (14/5/2018).

Debat tersebut berlangsung di Balairung Universitas Indonesia Depok.

Kericuhan bermula ketika pasangan nomor urut tiga, Sudrajat-Ahmad Syaikhu memberikan closing statement dan menunjukkan kaus bertuliskan #2019GantiPresiden.

"Warga Jawa Barat yang saya cintai, para saudara-saudaraku yang saya hormati. Sudrajat dan Syaikhu, saya tidak pernah menjadi bupati, tidak pernah menjadi gubernur. Saya hanya bekas duta besar. Pengalaman-pengalaman saya di luar, pengalaman-pengalaman saya duduk di pemerintahan tingkat nasional akan saya bawa dengan ilmu-ilmu yang saya miliki untuk membangun Jawa Barat yang paling modern, maju bertaqwa dan sejahtera," ungkapnya.

"Saudara-saudaraku, pilihlah nomor 3, Asyik. Kalau Asyik menang, insya Allah 2019 kita akan mengganti presiden," ujar Sudrajat.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply