Contact Form

 

Giorgio Chiellini: Sejarah Tak Berpihak Pada Tottenham Hotspur


KOMPAS.com - Bek Juventus , Giorgio Chiellini, angkat bicara seusai timnya mengalahkan Tottenham Hotspur dalam laga leg kedua babak 16 besar Liga Champions di Stadion Wembley, Rabu (7/3/2018) atau Kamis dini hari WIB. Pertandingan antara Tottenham dan Juventus dimenangi tim tamu dengan skor 2-1. Gol The Lilywhites dicetak oleh Son Heung-Min pada menit ke-39 sedangkan gol Juventus datang dari lesakan Gonzalo Higuain (64') dan Paulo Dybala (67').

(Baca Juga: VIDEO - Son Heung-Min 2 Kali Diinjak Bek Juventus ) Juventus melaju ke perempat final Liga Champions dengan keunggulan agregat 4-3. Pada leg pertama di Turin, kedua tim bermain imbang 2-2. Juventus sebetulnya tampil di bawah tekanan sepanjang babak pertama. I Bianconeri sama sekali tak mampu melepaskan tendangan tepat sasaran, sedangkan Spurs sanggup menghujamkan lima sepakan on target. Akan tetapi, pasukan Massimiliano Allegri mampu bangkit pada 45 menit kedua. "Saat turun minum, kami mengatakan kepada diri sendiri untuk tetap tenang meskipun terus tertekan. Kami percaya peluang kami akan tiba," kata Chiellini seperti dilansir BolaSport.com dari UEFA.

(Baca Juga:  VIDEO - Dani Alves Dikelabui Pemain Muda Real Madrid ) Palang pintu berusia 33 tahun ini pun menyadari satu kekurangan Tottenham. "Tottenham membuktikan bahwa mereka adalah tim hebat. Saya pikir mereka hanya mempunyai sedikit kekurangan untuk menjadi salah satu tim terbaik di Eropa, yakni pengalaman," ucap Chiellini. "Beberapa tahun lalu, kami berada di posisi sama dengan mereka, tetapi sekarang kami mampu menembus dua final Liga Champions dalam tiga musim terakhir. Pengalaman itu yang membantu kami menghadapi pertandingan seperti ini," ujar Chiellini lagi. Chiellini menjadi salah satu bintang Juventus dalam laga kontra Tottenham. Squawka melaporkan Chiellini memenangi empat duel udara, empat tekel, melakukan 13 sapuan dan dua intersep! (Septian Tambunan)




KOMPAS.com — Manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino menilai, gol beruntun Juventus menjadi penyebab timnya kalah dan tersingkir dari Liga Champions musim ini. Padahal, mereka sudah di ambang pintu menuju perempat final. Tottenham menjamu Juventus dengan modal hasil 2-2 pada leg pertama babak 16 besar di Turin. Namun, ketika tampil di Stadion Wembley, Rabu (7/3/2018) waktu setempat atau Kamis dini hari WIB, mereka justru menelan kekalahan 1-2.

(Baca Juga:  VIDEO - Dani Alves Dikelabui Pemain Muda Real Madrid ) Padahal, pada partai penentuan di hadapan publik sendiri, tim berjulukan Spurs itu lebih dulu membuka keunggulan 1-0 pada babak pertama lewat gol Son Heung-Min pada menit ke-39. Namun, Juventus sanggup mencetak dua gol balasan pada paruh kedua berkat torehan Gonzalo Higuain (64') dan Paulo Dybala (67'). Gol pertama Juventus berawal dari umpan silang Stephan Lichtsteiner yang disundul Sami Khedira. Higuain dengan mudah menyambar bola di mulut gawang Tottenham. Sementara itu, gol kedua lahir setelah Dybala lepas dari kawalan pemain Tottenham seusai menerima umpan terobosan Higuain. Berhadapan satu lawan satu dengan penjaga gawang Hugo Lloris, Dybala tanpa ragu menghunjamkan sepakan keras.

Meski Tendangan Bebasnya Memang Mematikan, Ternyata Ada Sosok di Balik Kesuksesan Tendangan Lionel Messi https://t.co/nsnJUCSvxw

Opta Paolo mencatat, jarak antara gol Higuain dan Dybala cuma 2 menit 49 detik alias 169 detik. "Kurang dari 3 menit kami kebobolan dua gol. Dua kesalahan besar dan itulah yang menyebabkan kami tersingkir," ucap Pochettino seperti dilansir BolaSport.com dari BBC . "Kami pantas mendapat lebih dalam dua pertandingan. Saya bangga. Kami tampil fantastis hingga gol pertama mereka dan kami juga mendominasi permainan," ujar sang pelatih. Hasil akhir 2-1 itu membawa Juventus melaju ke perempat final Liga Champions dengan keunggulan agregat 4-3. Bianconeri baru akan mengetahui lawannya pada babak delapan besar setelah undian pekan depan. (Wisnu Nova Wistowo)




Bek Juventus ini sejak awal pecaya klubnya akan lolos karena pengalaman mereka di kompetisi besar. OLEH  DEWI AGRENIAWATI Giorgio Chiellini percaya sejarah berpihak pada Juventus melawan Tottenham Hotspur, setelah juara Serie A Italia itu bangkit untuk mendepak Spurs di babak 16 besar Liga Champions.

Tottenham memetik hasil imbang 2-2 di Turin dan menambah keunggulan agregat di babak pertama di Wembley berkat gol Son Heung-Min.

Namun, Juventus menemukan dua gol dalam tiga menit di babak kedua, berkat duo Argentina Gonzalo Higuain dan Paulo Dybala. Hasil tersebut cukup untuk I Bianconeri lolos ke perempat-final dengan agregat 4-3. Terkait

Terlepas dari kesulitan yang Juventus hadapi, dan kualitas Spurs, Chiellini mengatakan tuan rumah tak punya sejarah di kompetisi ini.

“Tottenham memiliki banyak pemain besar – Kane, [Christian] Eriksen, [Dele] Alli, namun kami tahu mereka selalu menyia-nyiakan peluang,” kata Chiellini kepada BT Sport.

“Inilah sejarah Tottenham. Mereka selalu menciptakan banyak peluang, namun mereka selalu gagal. Kami selalu percaya pada sejarah.

Chiellini juga merujuk pada kemenangan Real Madrid atas Paris Saint-Germain sehari sebelumnya, sebagai bukti lain bahwa sejarah dan mental klub dapat membuat perbedaan.

“Anda lihat pertandingan antara Madrid dan Paris, sejarah itu penting. Kami menggunakan kemampuan kami dan mendapat kemenangan.”




Hanya karena peragaan tiga menit nan magis dari Juventus, Tottenham dipaksa gigit jari. OLEH  PETER STAUNTON      PENYUSUN  SANDY MARIATNA    Ikuti di Twitter Harus diakui, secara permainan Tottenham Hotspur adalah tim yang lebih baik ketimbang Juventus di sepanjang dua pertandingan babak 16 besar Liga Champions. Spurs mendominasi bola, membuat sang juara Italia kerepotan, dan tiket kelolosan tampaknya berada di tangan Harry Kane dkk.

Tapi itu semua tidak ada artinya. Dalam momen krusial seperti itu, laskar Massimiliano Allegri memiliki ketenangan, ketahanan, dan kecemerlangan untuk mengubah jalan cerita pertandingan dan memutarbalikkan logika.

Gonzalo Higuain adalah striker brilian. Dia boleh jadi akan dikenang sejarah sebagai pemain hebat tapi pecundang karena sinarnya kerap meredup di laga-laga besar. Namun jika Higuain tidak hidup di era Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, ia akan menjadi sampel teratas dari sebutan striker kelas dunia. Terkait

Dua gol cepat Higuain di sembilan menit pembuka di leg pertama membuat Spurs bekerja ekstra keras untuk bisa bangkit di Turin. Ketika memasuki leg kedua, ada ketakutan besar dari suporter Juventus bahwa laga di Wembley bisa menjadi akhir dari era emas tim kesayangan mereka.

Skuat mereka terlihat basi, tua, dan membosankan. Keberadaan Andrea Barzagli, sosok 37 tahun, di pos bek kanan mencerminkan hal itu. Juventus mendambakan yang segar-segar untuk membuka jalan era kesuksesan yang baru. Benar saja, Barzagli dibuat kocar-kacir oleh Son Heung-min dan gol pembuka di London memang dicetak oleh penyerang Korea Selatan itu.

Selepas turun minum, sesuatu yang ajaib terjadi. Hanya dalam tempo 2 menit 49 detik, takdir Tottenham telah ditentukan. Ini bermula dari pergantian pemain yang dilakukan Juventus. Allegri memasukkan Stephan Lichtsteiner di bek kanan dan Kwadwo Asamoah di bek kiri sehingga Alex Sandro leluasa menyerang dari sayap kiri. Spurs langsung kelabakan dengan perubahan simpel ini.

Sebuah umpan silang Lichtsteiner bergulir tepat ke arah Higuain dan penyerang Argentina itu tidak membuat kesalahan. Inilah alasan mengapa Juventus merekrut Higuain, yakni untuk bersinar di malam seperti ini, bukan untuk merebut Scudetto . Dialah sang protagonis dan sang pembeda untuk level Eropa. Tribun tandang pun bersorak merayakan gol El Pipita . Tugas berat Juventus terasa ringan seketika.

Tak butuh waktu lama bagi Bianconer untuk menjemput gol kedua, yang tidak kalah cantik. Higuain melepas umpan terobosan kepada Paulo Dybala dan calon megabintang itu dengan tenang mencepoloskan bola ke jala Hugo Lloris. Seperti halnya Higuain, Dybala juga menjadi aktor kunci kemenangan Juventus.

Setelah terbebas dari cedera yang menjeratnya selama beberapa bulan terakhir, Dybala kembali membikin gol lewat tembakan injury time kontra Lazio pada akhir pekan untuk membawa Juve ke jalur juara Serie A. Itulah Juventus, tim yang punya kemampuan untuk meremukkan hati lawan-lawan mereka di saat terakhir.

Tottenham, seperti halnya Paris Saint-Germain sehari yang lalu, baru saja mendapat pelajaran brutal di Eropa. Jika PSG menghamburkan uang untuk menggapai mimpi mereka di Eropa (dan tetap gagal), Spurs mengambil langkah yang lebih hemat (tapi juga gagal).

PSG dan Spurs sama-sama menghadapi lawan yang memiliki sejarah dan tradisi panjang di Liga Champions. Keduanya boleh saja menampilkan sepakbola yang lebih baik, tetapi Real Madrid dan Juve selalu punya jalan keluar.

Andai terundi dengan lawan yang lebih enteng di babak 16 besar, nasib Spurs barangkali akan lebih baik. Di fase grup, mereka adalah salah satu tim paling impresif, tidak pernah kalah dan mampu menang atas Madrid dan Borussia Dortmund. Tapi itu semua tidak ada artinya. Dalam pertandingan hidup-mati seperti ini, kegagalan bukanlah opsi untuk Juventus.

“Kami bisa melakukan apa pun, termasuk tampil buruk selama 50 menit lalu membalikkan keadaan begitu saja. Kami sudah membuktikan bahwa kami adalah tim yang tangguh. Bukan Juventus namanya jika tidak tangguh,” ungkap Barzagli selepas laga.

Sayangnya, ketangguhan semacam itu belum dimiliki oleh Spurs.



Total comment

Author

fw

0   comments

Cancel Reply